Mimpi dikejar Buaya aja sudah bisa bikin ngompol di celana, apalagi ketemu buaya congor to congor di kehidupan nyata. Sosok hewan monyong ini memang sangat menakutkan apalagi buat orang yang hobi boker di sungai. Lagi enak-enak buang hajat tiba-tiba pantatnya dipatuk buaya, wadau jadi somplak sebelah deh. Buaya dari jaman dahulu memang sangat fenomenal, sering dikaitkan dalam legenda cerita rakyat hingga mitos ghaib. Bahkan, sosok buaya di Era Melek Internet pun masih dibenci oleh kaum hawa terutama buat Cowok Buaya.
Lain halnya dengan di Kota Taga-Ghana, Buaya Bersahabat Baik Dengan Masyarakat Paga. Paga adalah kota kecil di Kassena Nankana West District, bagian utara negara tersebut yang berbatasan dengan Burkina Faso. Di Paga, ada dua kolam alami yang luas, yakni pertama di dekat kawasan Navrango dan satunya di Zengen. Kolam tersebut berisikan banyak buaya yang panjangnya bisa mencapai 3 meter alias buaya raksasa!
Menariknya, masyarakat di Paga tidak pernah ketakutan dengan reptil tersebut. Justru kalau melihat langsung, Anda bakal dibikin geleng-geleng kepala. Anak-anak kecil berenang dengan riang di kolamnya dan para wanita mengambil air dengan santainya. Padahal, ada banyak buaya di sekitar mereka.
Percaya tidak percaya, manusia dan buaya di sana memiliki semacam koneksi. Dari sejak zaman dulu kala, manusia tidak pernah menyakiti atau mengusir buaya. Setali tiga uang, buaya juga tidak pernah menyerang atau memakan manusia. Legenda menyebutkan, suatu waktu ada seorang pria di Paga pada dikejar singa. Sampailah dia di kolam yang berisikan buaya. Dia lalu meminta sang buaya untuk menyelamatkannya agar terhindar dari kejaran singa. Buaya mengabulkannya, pria itu ditolong disebrangkan ke sisi kolam lainnya dan terhindar dari kejaran singa. Sang pria pun juga berjanji, dia dan keturunannya tidak akan pernah menyakiti buaya.
Legenda lain menyebutkan, ada seorang pria yang berjalan dari tempat yang jauh menuju Paga. Ketika itu, Kota Paga masih hutan belantara saja. Hingga akhirnya, perbekalan dia habis dari makanan dan minuman. Saat itu, seekor buaya malah menuntunnya jalan ke suatu tempat dan membuat lubang. Pria itu langsung menggali lubang yang ditunjukkan buaya, lalu keluarlah air dalam jumlah yang banyak.
Atas legenda-legenda itu yang hingga kini dipercaya masyarakat di Paga, buaya juga menjadi hewan yang mereka sucikan. Itulah alasan mengapa manusia dan buaya di sana bisa hidup damai berdampingan. Ada lagi cerita menarik tentang buaya di Paga. Tahun 2007 silam, banjir besar melanda kota tersebut yang sampai menewaskan beberapa orang. Aneh bin ajaib, buaya yang ada di dua kolam di sana justru selamat dan tidak berkurang seekor pun. Mereka tetap berada di kolam, meski debit airnya meningkat. Kolamnya juga ternyata tidak pernah kering sepanjang tahun, walau sedang musim kemarau.
Inilah yang jadi daya tarik Kota Paga. Turis yang mampir ke sana, bisa membuktikan betapa harmonisnya hubungan manusia dengan buaya. Kalau punya nyali, Anda juga bisa duduk di atas buaya sambil berfoto. Sama seperti apa yang dilakukan anak-anak kecil di sana. Untuk berfoto dengan buaya, turis dikenai biaya 2 Chedi atau sekitar Rp 7 ribu saja. Biasanya, kolam di Zenga yang jadi tempat turis untuk berfoto-foto. Sedangkan yang satunya dianggap suci dan disakralkan. Mungkin cuma di kota ini saja, buaya bersahabat dengan manusia.
Uji Nyali Gulat Buaya yang Aneh Dan Mengerikan
Misteri Eyang Datuk Banjir Di Lubang Buaya
Seram! Buaya Jadi Makanan Hidangan Pesta Perkawinan
Source
travel.detik.com_Cuma Di Kota Ini Buaya Bersahabat Dengan Manusia
Posting Komentar