Kaum selebriti ikut kesal melihat ulah Gayus Tambunan yang ngacak-ngacak hukum di Indonesia. Mengaku tak paham soal hukum, tapi mereka menilai, bekas pegawai Ditjen pajak itu jadi sakti karena dengan uangnya dia bisa “membeli” hukum. Pemerintah pun didesak serius membenahi hukum agar ada keadilan. Berikut pendapat artis soal Gayus dan hukum di Indonesia.
Aline Adita, Nggak Respect Dengan Aparat
Penegakan hukum yang amburadul membuat Aline Adita nggak percaya adanya keadilan di Indonesia.
“Jadinya agak kurang respect aja kalau kerjanya seperti itu. Sudah waktunya hukum kembali ditegakkan dan akhiri semua kepura-puraan di dalam tubuh penegak hukum itu sendiri,” cetus Aline Adita menyoal penegakkan hukum di Indonesia.
Sebelum kasus Gayus Tambunan bergulir, kata Aline, masyarakat sudah mencium aroma tidak beres dalam proses penegakkan hukum.
“Harusnya aparat penegak hukum bisa menimbulkan kepercayaan dong buat masyarakat. Jangan bikin masyarakat jadi curiga terus dengan proses hukum yang berjalan di Indonesia,” keluhnya.
Aline sadar, membangun kembali kepercayaan masyarakat bukan pekerjaan mudah. Tapi, katanya, harus dicoba.
“Bagaimana mungkin upaya penegakkan hukum bisa dilakukan jika aparat penegak hukumnya terus menerus menunjukkan ketidakadilan pada orang-orang yang bermasalah terhadap hukum,” terang bintang film Aku Atau Dia tersebut.
Ratna Listy, Gayus Layak Jadi Staf Ahli Polri
Permintaan Gayus menjadi staf ahli di Kepolisian atau Kejaksaan, dicibir banyak orang. Tapi bagi artis Ratna Listy, permintaan Gayus layak diapresiasi.
“Kayaknya boleh juga dikabulin permintaan Gayus. Dia bisa membongkar mata rantai mafia atau korupsi di Indonesia. Dia kayaknya udah capek dijadikan kambing hitam terus. Mungkin awalnya dia menikmati, tapi lama kelamaan dia kesal juga karena dia terus yang menjadi korban,” kata host Bedah Rumah ini.
Ratna mengatakan, kalau Gayus pemain teri, masih ada lagi gembong mafia di belakang pria yang kerap jadi headline di berbagai media itu. Ibu dua anak ini pun bingung dengan ulah mafia yang begitu berkuasa.
“Anehnya negeriku ini. Kita punya pemimpin, tapi nggak bisa kendalikan korupsi di Indonesia. Seakan nggak punya power sebagai seorang presiden,” ujar Ratna yang akan tampil di pementasan teater bertema Korupsi Dan Politik bersama Sys NS bulan depan.
Ratna mengatakan, para mafia hukum di negeri ini seakan membodohi masyarakat Indonesia. “Pemimpin negeri ini sudah tahu adanya konspirasi dan rakyat dibohongi. Padahal, rakyat Indonesia itu nggak bodoh,” ujarnya.
Lalu apa solusinya? “Harus ada pemerintah yang kuat dan bisa memberantas korupsi di negeri ini. Pemerintah yang bersinergi dengan KPK untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya,” jawab Ratna.
Ardina Rasti, Hukum Kita Amburadul
Bagi artis Ardina Rasti, penegakan hukum jadi cermin benar atau tidaknya sebuah negara mengurus rakyatnya.
“Kalau hukum aja nggak bisa ditegakkan, kapan mau benernya bangsa ini,” ucap Rasti saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Kasus Gayus Tambunan yang leluasa ke luar negeri meski tengah dibui, menurut Rasti, cermin penegakan hukum di Indonesia masih amburadul.
“Perlakuan khusus terhadap orang-orang yang sedang dihukum itu nggak adil. Ibaratnya, kalau penjahat kecil ditangkap, tapi yang besar malah dibebasin,” protesnya.
Bintang film Virgin ini berharap, penegak hukum di Kejaksaan dan Kepolisian sadar. Jika kondisi hukum di tanah air begini terus, ia takut masyarakat jadi nggak percaya pada hukum di Indonesia.
“Masak sih mau terus-terusan hukum di Indonesia dicap negatif. Nanti malah masyarakat nggak percaya lagi sama aturan dan hukum kalau pelaksanaannya diprotes terus,” keluh bekas pacar Lucky Wija ini.
Rasti minta pemerintah mampu untuk mewujudkan penegakan hukum yang transparan bagi masyarakat.
“Transparansinya untuk orang-orang awam seperti aku harus lebih jelas lagi aja. Jangan sampai yang bersalah nggak ditindak, yang nggak salah malah disalah-salahin,” pungkasnya.
Momo Geisha, Hukum Bisa Dibayar
Sepak terjang Gayus Tambunan menembus barikade hukum di Indonesia, memang mengejutkan banyak orang. Mendengar berita itu, musisi Momo Geisha sempat nggak percaya.
“Emang gila. Melihat Gayus seperti sekarang kayaknya berat banget. Banyak kasus terbongkar tapi menguap gitu aja. Kayaknya hukum memang bisa dibayar. Kita sayang banget sama hal itu,” ucap Momo saat dijumpai di Studio RCTI, baru-baru ini.
Momo belum melihat langkah konkret pemerintah menyelesaikan kasus-kasus hukum. Dalam kasus Gayus misalnya, aturan hukum di Indonesia bisa dicap negatif oleh banyak orang.
“Misalnya gini, biar penjara tapi kalau loe punya duit, di penjara bisa dijadiin hotel. Kalau nggak kita bayar joki sekian, terus kita bisa kemana-mana. Itu kan luar biasa banget,” ujar pemilik nama asli Narova Morina Sinaga itu.
Pelantun Jika Cinta Dia ini mendesak pemerintah membenahi aturan hukum di Indonesia. “Harus ada gerakan yang pasti untuk menyelesaikan permasalahan hukum di Indonesia. Jadi penguasa itu yang harus bener-bener jujur dan adil dan mampu memberikan ketentraman bagi rakyatnya,” pinta cewek yang dikabarkan dekat dengan Gading Marten itu.
Ine Febrianti, Ada Ribuan Gayus Di Indonesia
Ine Febrianti geleng-geleng kepala ditanya masalah Gayus dan koruptor di Indonesia. Nah berharap Indonesia bersih, wanita kelahiran tahun 1976 ini menyarankan pemimpin negeri ini belajar soal seni.
Biasanya, orang yang memiliki jiwa seni, kata Ine, juga memiliki budi pekerti dan hati nurani.
“Contoh Bung Karno, dia punya jiwa seni tinggi sekali. Juga Bung Hatta, dia nggak akan makan yang bukan haknya. Beda banget sama orang-orang di pemerintahan sekarang. Lebih baik kita mencari orang yang punya budi pekerti dan hati nurani. Jangan cari orang pinter, udah banyak,” ujar Ine.
Bicara soal korupsi, menurut Inne, sulit memutuskan mata rantai koruptor di Indonesia. Apalagi, menurutnya, kancah perpolitikan di Indonesia paling parah dibandingkan negara-negara lain yang ada di Asia.
“Gue yakin semua dunia politik memang begitu. Cuma gue denger perpolitikan Indonesia yang paling parah. Korupsi di Indonesia sudah seperti mata rantai setan yang nggak bakal keputus kalau pemerintahnya nggak kuat,” tutur sutradara film Tuhan Pada Jam 10 Malam ini serius bicara soal penegakan hukum.
Lebih lanjut ibu tiga anak ini mengatakan, hidup benar dan jujur di Indonesia sudah sangat sulit. Sebab, kata Ine, semuanya ada unsur-unsur korupsi.
“Di pemerintahan orang yang baik dan benar justru salah. Karena sekarang ini yang mayoritas adalah koruptor. Yang nggak beres justru dibenarkan. Yang benar jadi salah, yang salah jadi benar,” ucap bintang sinetron Dewi Selebriti ini sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Tentang mafia yang menguasai hukum Indonesia, Ine mengaku tak tahu menahu. Yang pasti, menurutnya, saat ini ada ribuan Gayus yang tersebar di Indonesia dan sulit terdeteksi.
“Gue nggak ngerti soal mafia dan cara kerjanya seperti apa. Tapi yang pasti, mental seperti itu sudah susah nggak tahu mana yang haram mana yang halal,” tukas Ine. (rakyatmerdeka.co.id)
Aline Adita, Nggak Respect Dengan Aparat
Penegakan hukum yang amburadul membuat Aline Adita nggak percaya adanya keadilan di Indonesia.
“Jadinya agak kurang respect aja kalau kerjanya seperti itu. Sudah waktunya hukum kembali ditegakkan dan akhiri semua kepura-puraan di dalam tubuh penegak hukum itu sendiri,” cetus Aline Adita menyoal penegakkan hukum di Indonesia.
Sebelum kasus Gayus Tambunan bergulir, kata Aline, masyarakat sudah mencium aroma tidak beres dalam proses penegakkan hukum.
“Harusnya aparat penegak hukum bisa menimbulkan kepercayaan dong buat masyarakat. Jangan bikin masyarakat jadi curiga terus dengan proses hukum yang berjalan di Indonesia,” keluhnya.
Aline sadar, membangun kembali kepercayaan masyarakat bukan pekerjaan mudah. Tapi, katanya, harus dicoba.
“Bagaimana mungkin upaya penegakkan hukum bisa dilakukan jika aparat penegak hukumnya terus menerus menunjukkan ketidakadilan pada orang-orang yang bermasalah terhadap hukum,” terang bintang film Aku Atau Dia tersebut.
Ratna Listy, Gayus Layak Jadi Staf Ahli Polri
Permintaan Gayus menjadi staf ahli di Kepolisian atau Kejaksaan, dicibir banyak orang. Tapi bagi artis Ratna Listy, permintaan Gayus layak diapresiasi.
“Kayaknya boleh juga dikabulin permintaan Gayus. Dia bisa membongkar mata rantai mafia atau korupsi di Indonesia. Dia kayaknya udah capek dijadikan kambing hitam terus. Mungkin awalnya dia menikmati, tapi lama kelamaan dia kesal juga karena dia terus yang menjadi korban,” kata host Bedah Rumah ini.
Ratna mengatakan, kalau Gayus pemain teri, masih ada lagi gembong mafia di belakang pria yang kerap jadi headline di berbagai media itu. Ibu dua anak ini pun bingung dengan ulah mafia yang begitu berkuasa.
“Anehnya negeriku ini. Kita punya pemimpin, tapi nggak bisa kendalikan korupsi di Indonesia. Seakan nggak punya power sebagai seorang presiden,” ujar Ratna yang akan tampil di pementasan teater bertema Korupsi Dan Politik bersama Sys NS bulan depan.
Ratna mengatakan, para mafia hukum di negeri ini seakan membodohi masyarakat Indonesia. “Pemimpin negeri ini sudah tahu adanya konspirasi dan rakyat dibohongi. Padahal, rakyat Indonesia itu nggak bodoh,” ujarnya.
Lalu apa solusinya? “Harus ada pemerintah yang kuat dan bisa memberantas korupsi di negeri ini. Pemerintah yang bersinergi dengan KPK untuk memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya,” jawab Ratna.
Ardina Rasti, Hukum Kita Amburadul
Bagi artis Ardina Rasti, penegakan hukum jadi cermin benar atau tidaknya sebuah negara mengurus rakyatnya.
“Kalau hukum aja nggak bisa ditegakkan, kapan mau benernya bangsa ini,” ucap Rasti saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Kasus Gayus Tambunan yang leluasa ke luar negeri meski tengah dibui, menurut Rasti, cermin penegakan hukum di Indonesia masih amburadul.
“Perlakuan khusus terhadap orang-orang yang sedang dihukum itu nggak adil. Ibaratnya, kalau penjahat kecil ditangkap, tapi yang besar malah dibebasin,” protesnya.
Bintang film Virgin ini berharap, penegak hukum di Kejaksaan dan Kepolisian sadar. Jika kondisi hukum di tanah air begini terus, ia takut masyarakat jadi nggak percaya pada hukum di Indonesia.
“Masak sih mau terus-terusan hukum di Indonesia dicap negatif. Nanti malah masyarakat nggak percaya lagi sama aturan dan hukum kalau pelaksanaannya diprotes terus,” keluh bekas pacar Lucky Wija ini.
Rasti minta pemerintah mampu untuk mewujudkan penegakan hukum yang transparan bagi masyarakat.
“Transparansinya untuk orang-orang awam seperti aku harus lebih jelas lagi aja. Jangan sampai yang bersalah nggak ditindak, yang nggak salah malah disalah-salahin,” pungkasnya.
Momo Geisha, Hukum Bisa Dibayar
Sepak terjang Gayus Tambunan menembus barikade hukum di Indonesia, memang mengejutkan banyak orang. Mendengar berita itu, musisi Momo Geisha sempat nggak percaya.
“Emang gila. Melihat Gayus seperti sekarang kayaknya berat banget. Banyak kasus terbongkar tapi menguap gitu aja. Kayaknya hukum memang bisa dibayar. Kita sayang banget sama hal itu,” ucap Momo saat dijumpai di Studio RCTI, baru-baru ini.
Momo belum melihat langkah konkret pemerintah menyelesaikan kasus-kasus hukum. Dalam kasus Gayus misalnya, aturan hukum di Indonesia bisa dicap negatif oleh banyak orang.
“Misalnya gini, biar penjara tapi kalau loe punya duit, di penjara bisa dijadiin hotel. Kalau nggak kita bayar joki sekian, terus kita bisa kemana-mana. Itu kan luar biasa banget,” ujar pemilik nama asli Narova Morina Sinaga itu.
Pelantun Jika Cinta Dia ini mendesak pemerintah membenahi aturan hukum di Indonesia. “Harus ada gerakan yang pasti untuk menyelesaikan permasalahan hukum di Indonesia. Jadi penguasa itu yang harus bener-bener jujur dan adil dan mampu memberikan ketentraman bagi rakyatnya,” pinta cewek yang dikabarkan dekat dengan Gading Marten itu.
Ine Febrianti, Ada Ribuan Gayus Di Indonesia
Ine Febrianti geleng-geleng kepala ditanya masalah Gayus dan koruptor di Indonesia. Nah berharap Indonesia bersih, wanita kelahiran tahun 1976 ini menyarankan pemimpin negeri ini belajar soal seni.
Biasanya, orang yang memiliki jiwa seni, kata Ine, juga memiliki budi pekerti dan hati nurani.
“Contoh Bung Karno, dia punya jiwa seni tinggi sekali. Juga Bung Hatta, dia nggak akan makan yang bukan haknya. Beda banget sama orang-orang di pemerintahan sekarang. Lebih baik kita mencari orang yang punya budi pekerti dan hati nurani. Jangan cari orang pinter, udah banyak,” ujar Ine.
Bicara soal korupsi, menurut Inne, sulit memutuskan mata rantai koruptor di Indonesia. Apalagi, menurutnya, kancah perpolitikan di Indonesia paling parah dibandingkan negara-negara lain yang ada di Asia.
“Gue yakin semua dunia politik memang begitu. Cuma gue denger perpolitikan Indonesia yang paling parah. Korupsi di Indonesia sudah seperti mata rantai setan yang nggak bakal keputus kalau pemerintahnya nggak kuat,” tutur sutradara film Tuhan Pada Jam 10 Malam ini serius bicara soal penegakan hukum.
Lebih lanjut ibu tiga anak ini mengatakan, hidup benar dan jujur di Indonesia sudah sangat sulit. Sebab, kata Ine, semuanya ada unsur-unsur korupsi.
“Di pemerintahan orang yang baik dan benar justru salah. Karena sekarang ini yang mayoritas adalah koruptor. Yang nggak beres justru dibenarkan. Yang benar jadi salah, yang salah jadi benar,” ucap bintang sinetron Dewi Selebriti ini sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Tentang mafia yang menguasai hukum Indonesia, Ine mengaku tak tahu menahu. Yang pasti, menurutnya, saat ini ada ribuan Gayus yang tersebar di Indonesia dan sulit terdeteksi.
“Gue nggak ngerti soal mafia dan cara kerjanya seperti apa. Tapi yang pasti, mental seperti itu sudah susah nggak tahu mana yang haram mana yang halal,” tukas Ine. (rakyatmerdeka.co.id)
Posting Komentar