Batuk Bisa Jadi Pertanda Alergi Susu Sapi

Batuk, pilek, sesak napas dan asma yang sering terjadi pada anak, ternyata bisa juga gara-gara alergi susu sapi atau susu formula. Kasus alergi susu merupakan kasus yang banyak dialami bayi dan balita.

Namun, anak-anak dan bayi yang batuk pilek serta sesak napas juga kadang kala bisa disebabkan oleh infeksi. Untuk itu, sangat penting mengetahui perbedaannya.

“Ciri batuk pilek karena infeksi dan karena alergi bisa dibedakan,” ujar Dr. Zakiudin Munasir, Sp. A (K), Ketua Divisi Alergi Imunologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta.

Dokter Zaki mengatakan batuk pilek karena alergi biasanya tidak disertai demam dan hidung beringus encer. Sementara, batuk pilek karena infeksi, biasanya disertai demam dan cairan pada hidung yang berwarna hijau dan kental.

Pada beberapa kasus, alergi juga bisa mengganggu saluran pencernaan yang mengakibatkan mual, muntah, diare dan sakit perut. Ruam kulit, gatal, bengkak dan eksim juga bisa menjadi gejala alergi. Untuk itu, penanganan alergi susu sapi pada anak perlu diketahui orangtua agar tak menghambat pertumbuhan anak.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tentang diagnosis dan cara penanganan alergi susu sapi tahun 2010 dijelaskan bahwa prinsip utama terapi untuk alergi susu sapi adalah menghindari secara total (complete avoidance) segala bentuk produk susu sapi. Namun, harus tetap memberikan nutrisi seimbang dan sesuai untuk tumbuh kembang bayi dan anak.

“Jika anak punya alergi susu sapi, jangan berikan susu yang memiliki kandungan sama, seperti susu kambing atau susu mengandung turunan protein yang sama. Sebagai penggantinya bisa memberi formula kedelai,” katanya.

Ia mengingatkan, dalam memberikan susu formula atau kedelai juga tak bisa sembarangan. Ada aturan yang harus diikuti. Untuk bayi berusia di bawah 6 bulan boleh diberikan dalam kasus-kasus tertentu. Lalu, jangan pernah memberikan bayi susu kedelai yang dijajakan di pinggir jalan.

Berikan hanya formula kedelai yang terdapat di apotek, dengan rekomendasi dari dokter ahli. Hal yang terpenting adalah memantau faktor genetik, hindari pencetusnya, dan khusus bayi yang baru lahir jangan lupa berikan hanya air susu ibu (ASI), serta hindari segala hal yang bisa menimbulkan alergi seperti karpet atau asap rokok.

Beberapa studi klinis di dunia menyatakan, bahwa alergi susu sapi pada anak bisa berkurang atau sembuh dengan sendirinya. Hal ini seiring bertambahnya usia dan meningkatnya imunitas tubuh.
Sebanyak 19 persen anak bahkan ada yang terbebas dari alergi pada usia 4 tahun. Lalu, 42 persen anak terbebas dari alergi pada usia 8 tahun dan 64 persen anak bebas alergi di usia 12 tahun serta 79 anak persen terbebas dari alergi pada usia 16 tahun.

“Meskipun begitu, beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa alergi ini bisa menetap hingga dewasa,” kata dr. Zaki.