Kaset Sudah Punah?

Semakin berkembangnya teknologi memberikan pengaruh pada industri musik. Dampak dari era digital itu membuat produk fisik seperti kaset maupun CD mulai tersisihkan.

"Setelah tahun 2004 terjadi penurunan dalam arti orang bebas download dan itu menjadikan [penjualan] CD fisik menjadi turun," kata pengamat musik, Bens Leo di acara seminar 'Towards The Fortune of Indonesian Music Unlimited 2020' di Grha Citra Caraka Telkom, Jalan Gatot Subroto, Senin 2 Mei 2011.

Salah satu konten yang sekarang ini sedang menjadi trend adalah unduhan lewat akses digital yaitu konten musik. Konten musik digital di Indonesia pada saat ini biasanya diunduh melalui situs-situs ilegal. Hal itu dianggap justru mempermudah adanya pembajakan. Karena itu, bentuk fisik dari hasil karya musisi tetap dibutuhkan.

"Memang wajib hukumnya produk fisik masih ada karena alangkah celakanya kalau itu hanya lewat digital saja, tanpa ada album fisiknya. Lagipula sekarang sudah banyak ya penjualan album dengan packaging yang bagus," ujar Bens.

Menurut dia, tampilan fisik dari sebuah karya musisi sangatlah penting, apalagi untuk para kolektor. Kuantitas musisi yang makin berkembang juga membuat persaingan makin ketat. Tak hanya musisi dari major label, namun indie label pun mempunyai kesempatan yang sama dalam persaingan itu.

"Saya rasa indie memiliki angka yang bagus juga. Paling nggak mereka juga harus punya mini album ya, bukan hanya single," kata pria bertubuh kurus itu.

Meski begitu, masyarakat memang tidak bisa menghindari era digital. Promosi sebuah karya juga dianggap lebih gampang di era digital. Namun, beberapa perusahaan seperti major label masih setia mempertahankan bentuk fisik.

"Kalau bentuk fisik seperti kaset itu lebih kuat di daerah. Sebenarnya kalau seperti di Amerika, kaset itu masih ada. Di Indonesia produksinya juga masih ada tapi pelan sekali, karena tergantung pabriknya juga," kata Rahayu Kertawiguna, pimpinan label Nagaswara.