Dr. I Gede Wenten Penemu Indonesia yang jarang diketahui

i gede wenten
Namanya I. Gede Wenten. Tidak banyak orang yang tau tentang kiprah dan keberadaan beliau, maka dari itu saya jelaskan sedikit tentang latar belakangnya.

Beliau adalah sepupu jauh (beda kakek) dari TS, sering ngobrol, bercanda, dan tahu betul prestasi yang dibuatnya.

Beliau adalah satu2nya pemegang hak paten bidang bioteknologi membrane, membran yang mampu menyerap dan menfiltrasi segala macam limbah dari yang paling ringan sampai yang paling beracun sehingga bisa diminum.

Hal ini saya utarakan bukan sekedar omong kosong, dan beberapa tahun lalu TS berkesempatan untuk membuktikan statement diatas dengan meminum limbah beracun yang telah diolah menggunakan teknologi membran yang dimaksud.

Termasuk dalam temuan beliau, aplikasi teknologi membran akhirnya diterapkan untuk dunia medis, yaitu dalam pencucian darah bagi penderita gagal ginjal. (tidak banyak yang tahu bahwa teknologi ini sudah ada, karena kurang mendapat atensi dari Pemerintah. Mereka terlalu dungu dan terlalu rakus).

Hak paten ini sempat ingin dibeli oleh negara2 seperti Amerika, Jepang, Denmark, Australia, dan Inggris. Beliaupun di tawarkan menjadi warga negara kehormatan oleh negara2 tersebut. Kasarnya, tinggal telepon kedutaan negara2 tersebut, maka segalanya akan disiapkan. Beliau ditawari gaji yang sangat besar (mencapai milliaran rupiah bahkan sebelum krismon tahun 1998), sampai segala fasilitas yang super mewah untuk beliau, istri dan anak2nya.

Namun, jiwa nasionalisme beliau jauh lebih besar dari segala kemewahan yang ditawarkan negara2 superpower.

TS sangat bangga dengan jiwa nasionalis yang tidak menukar kemampuan dan kehebatan sumber daya Indonesia demi segepok uang dan hasilnya dinikmati oleh asing.

Sejatinya, kemampuan dan kelebihan kita harus dikembangkan dan hasilnya haruslah dinikmati oleh orang Indonesia juga. Tidak untuk bangsa lain.

Saat ini beliau memiliki pabrik yang memproduksi membran2 tersebut, termasuk berbagai aplikasinya, saat ini menjadi penasehat untuk beberapa Gubernur dan pejabat pusat (seringkali karena mereka terlalu sibuk dengan para wanita simpanannya).

TS berkesempatan bekerjasama dengan beliau untuk membangun Bali, lebih spesifik dalam membangun kabupaten Buleleng, yang mana hasilnya baru akan terlihat beberapa tahun mendatang.

Berikut adalah sedikit penggalan cerita yang TS dapatkan dari berita tentang I Gede Wenten


I Gede Wenten merupakan sosok yang sangat energik dan bersemangat. Pria yang kerap dipanggil Wenten ini ini, selalu memberi inspirasi dan motivasi bagi lawan bicaranya. Dosen Departemen Teknik Kimia ITB yang mengaku senang menggunakan batik dalam kesehariannya ini, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk dunia pendidikan dan penelitian. Selalu optimis namun tetap bersahaja adalah ciri khasnya.

I Gede Wenten merupakan sosok fenomenal di dunia industri membran. Betapa tidak, paten pertama sebagai hasil disertasi doktoralnya langsung mendapat perhatian dunia membran bahkan disebut-sebut sebagai revolusi terbesar pada industri bir dalam 50 tahun terakhir. Paten pertamanya tentang klarifikasi bir di Denmark ini adalah karya yang pertama mengangkat namanya. Penemuan itu sanggup membuat orang berdecak kagum karena sang penemunya justru orang Indonesia yang tidak memiliki industri bir besar seperti di Denmark. Penghargaan tertinggi dari Filtration society di London pun di sabetnya, bukti dari tingginya inovasi dalam temuan beliau. Produktifitas dan semangatnya yang sangat tinggi menjadikan beliau disegani banyak pihak, bahkan dari peneliti senior sekalipun.

Sejarah Pendidikan

Wenten lahir 43 tahun yang lalu di lingkungan keluarga nelayan kecil di Desa Pengastulan, Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali. Kehidupan sulit dimasa kecil telah menempanya menjadi pribadi yang mandiri dan pekerja keras. Ia meraih gelar sarjana di Jurusan Teknik Kimia ITB tahun 1987. Alur hidupnya kemudian membawanya melanjutkan studi ke Denmark. Gelar master tahun 1990 dan doktor tahun 1995 diraihnya dari Denmark Technical University (DTU). Saat mengambil program doktornya itu, ia berhasil menemukan dan mematenkan kontribusi pertamanya di dunia membran. Saat ini beliau aktif menjadi staff pengajar di Departemen Teknik Kimia ITB

Meraih Penghargaan dan Paten

Kiprah dan kualitasnya di bidang membran sudah diakui dunia. Berbagai penghargaan dari berbagai institusi telah diraihnya. Sebut saja “Suttle Award” dari Filtration Society di London, sebuah penghargaan tertinggi dari institusi tersebut bagi para peneliti di bawah usia 35 tahun. Penghargaan ini diperoleh atas karyanya yang berjudul “Mechanisms and Control of Fouling in Crossflow Microfiltration”,yang di buat pada tahun 1994. Dalam perjalanan kariernya yang bersangkutan juga berhasil meraih penghargaan “Adhicipta Rekayasa” dari Persatuan Insinyur Indonesia pada tahun 1995, “Science and Technology Award” dari Indonesia Toray Science Foundation tahun 1996, Penghargaan “Peneliti Muda Indonesia” dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 1996, Habibie Award tahun 2000, dan “Wipo Award” dari WIPO-UNDP sebagai “Best Inventor”, serta “RUT Award” dari Kementerian Riset dan Teknologi pada tahun 2004. Selain itu beberapa paten juga telah terdaftar di lembaga paten Indonesia, Jepang, Kanada, dan USA

Namun diluar sangkaan bahwa penghargaan yang menjadi favorit beliau, dan ternyata tidak pernah tercantum di CV, adalah dikukuhkan sebagai alumni terbaik ITB ’82. “Memperoleh pengakuan dari teman sendiri itu lebih sulit. Dunia boleh mengakui, tapi kalo teman, sampai mati pun kadang tetap nggak mau mengakui’, begitulah pengakuan Wenten ketika ditanya alasannya. “Penghargaan itu bagi saya adalah beban moral untuk tetap semangat berkarya”, lanjutnya.

Visi dan Misi dalam Dunia Membran

Saat ini perkembangan dunia membran sangat pesat dan kian hari pemanfaatannya bak jamur di musim penghujan. Namun aplikasi membran masih didominasi oleh perusahaan ataupun industri yang beroperasi dalam skala besar. ”Membran nantinya bisa dipake dimana-mana, membran dapat diaplikasikan disegala sektor bahkan termasuk rumah tangga dan penjual bakso sekalipun”, begitulah masa depan membran dalam pandangan Wenten. Selain itu, beliau juga bertekad untuk memerangi anggapan bahwa membran itu mahal sehingga tidak kompetitif. ”Saat ini harga membran sudah bisa ditekan sampai seperempat dari harga sebelumnya sehingga membran bisa sangat kompetitif”, ujar beliau meyakinkan.

Aplikasi Membran di Industri dan Medis

Aplikasi membran di industri sangat banyak. Saat ini yang paling banyak pada aplikasi pemurnian air dan pengolahan limbah. Aplikasi industri yang sedang dikembangkan di Indonesia, khususnya ITB, adalah aplikasi di bidang medis untuk produksi Dialysate dan mesin Mesin Hemodialisis. Bidang Bioteknologi untuk Single-Cell Protein Production, Cell recovery, dan membran bioreaktor (MBR). Juga dibidang lain seperti refinasi gula, pengolahan starch, Kelapa Sawit, tambak, dan sebagainya.

Beberapa aplikasi di Indonesia memang berbeda dari yang biasa digunakan di dunia. Seperti aplikasi di tambak udang, mungkin kita yang pertama di sektor ini. Bahkan menurut beliau, Indonesia adalah negara satu-satunya yang memanfaatkan teknologi membran di sektor ini.

Aplikasi membran untuk keperluan medis juga sangat diharapkan masyarakat, mengingat biaya cuci darah yang sangat mahal. ”Tidak hanya ginjal buatan, segala komponen cuci darah kita udah ada jalan ke sana. Ya kapanpun pemerintah siap ya kita siap untuk jalankan ini”, ungkap beliau optimis.

Aplikasi membran untuk air minum

Aplikasi membran di bidang produksi air minum sudah sangat luas, dan teknologinya pun sudah berkembang pesat. Namun hingga kini produksi air minum kita (PDAM) masih menggunakan cara-cara konvensional yang menyebabkan kualitas air masih di bawah standar air minum sehingga tidak dapat langsung diminum. ”PDAM sudah seharusnya menggunakan membran”, ungkap beliau. ”tapi apakah PDAM mau mengadopsi teknologi ini atau tidak itu bukan urusan kita, tekankan ini dengan keras”, lanjutnya. ”Kita bersedia membantu tetapi saya tidak mau masuk dalam sistem mereka, birokrasi, yang akan menempatkan kita sesuai sistem mereka”, tutur beliau dengan tegas. Peneliti kita ini memang sosok yang ogah berurusan dengan masalah birokrasi pemerintahan. Namun beliau berani memberikan garansi bahwa penggunaan membran di sektor ini sangat kompetitif baik dari segi kualitas maupun segi keekonomisan.

“Level harga air minum kita saat ini masih terlalu tinggi sebenarnya. Jadi kalo akses air bersih itu mahal kita kurang setuju untuk itu. Kita sebenarnya sudah siap dengan teknologi portable drinking water yang mampu menghasilkan air kualitas tinggi. Bahkan rumah-rumah bisa memiliki instalasi air bersih sendiri dengan harga terjangkau”, itulah solusi yang ditawarkannya.

Posisi Industri Membran Indonesia

Indonesia memang terlambat start dalam teknologi membran. Negara-negara maju seperti USA, Jepang, telah mulai mengembangkan membran sejak 50 tahun yang lalu. Sementara kita jauh tertinggal dari mereka. Namun, saat ini kita sudah mulai bangkit dan mengejar ketertinggalan . ”Statemen kita di dunia membran keras dan saya rasa kita diakui diseluruh dunia”, kenang beliau saat memberikan plenary lecture pada Simposium membran ketiga beberapa waktu yang lalu. ”Membran kita lebih murah dari negara lain, khususnya di Asia. Bahkan lebih murah dari buatan Cina. Soal kualitas kita garansi”. Tanpa mengungkapkannya lebih jauh beliau lalu menceritakan sekilas tentang simposium membran yang diadakan di ITB beberapa waktu lalu (26-27/04/05). ”Afrika Selatan bahkan ngambil membran dari kita dan segala sektor sedang dijajaki untuk aplikasi membran dari kita”, lanjut beliau menjelaskan hasil dari simposium itu. Sebagai negara berkembang kita memang harus memiliki strategi jitu untuk mampu bersaing dengan negara-negara yang sudah maju.

Peran Pemerintah dalam Industri Membran

”Pemerintah nggak perlu ngrecoki, dan kita jangan terlalu berharap dengan peran pemerintah. Kalo mau regulasi juga silakan tetapi nantinya suka-suka mereka juga. Pemerintah ngatur pemerintahan dengan baik aja lah. Kalo pemerintah bisa akomodatif dan adaptif pasti kita dukung. Kalo pemerintah memang akomodatif seperti PDAM kan merupakan salah satu peran pemerintah, jadi ya itu terserah mereka”, tutur beliau.

Tentang Penelitian

Masalah klasik seperti keterbatasan dana, diakui oleh beliau memang masih ada. Namun karena sudah terbiasa dan memiliki strategi tertentu maka hal itu bisa dihadapi. sendiri. ”Kalo kita mengandalkan pihak lain kita nggak jalan-jalan’, ujarnya. Tentang aplikasi di industri Wenten memiliki rumus jitu. ”Penelitian mengikuti alur mekanisme pasar. Kalo penelitian kita berkualitas dan dibutuhkan oleh industri maka tidak ada alasan kenapa mereka (industri) tidak membiayai dan menggunakannya”. Tidak seperti di Eropa dan negara-negara maju, peneliti di Indonesia tidak dibiayai negara.”Peneliti kita disuruh cari makan sendiri. Sehingga kita mati-matian membuat karya yang lebih kreatif dan inovatif agar penelitiannya tetap bisa jalan”, kenang beliau.

Ditanya tentang kerjasama penelitian, beliau ternyata memiliki banyak kerjasama dengan dunia Industri. Bahkan di bidang kelapa sawit nilainya mencapai empat miliar rupiah. Namun tidak sama halnya dengan kerjasama dengan peneliti lain. ”Saya itu berat sekali kalo mengenai kerjasama antar peneliti, karena kita tidak mau direpotkan oleh persoalan rutinitas kampus persoalan antar peneliti yang seringnya hanya ’sama-sama’nya tapi kerjanya nggak jalan-jalan”, begitu penjelasan beliau.

Aplikasi Membran Skala Kecil

Aplikasi membran skala kecil banyak dirintis oleh beliau. Sebut saja alat portable drinking water, ’tebuku’ untuk petani tebu, Small Residential Ultra Purifier Package untuk rumah tangga, RO emergency kit, dan masih banyak yang lain. Bahkan tukang bakso pun diharapkan bisa memanfaatkan membran sehingga tidak perlu mencari air setiap saat. Alat-alat inipun telah digunakan dalam penanggulangan pasca Tsunami di Aceh, karena bentuknya yang kompak, ringan, dan mudah dibawa. Bahkan untuk RO emergency kit tidak membutuhkan pompa listrik hanya dioperasikan dengan pompa tangan.

”Kalo sekarang kemarau saya bisa jamin kalian tidak akan mengalami kekeringan. Air yang sudah dipake mandi ,cuci, dan sebagainya jangan dibuang. Ditampung ntar kita olah dan dipake lagi. Misalnya di atas dipake mandi, ntar dilewatkan membran berikutnya dipake apa gitu seterusnya”, papar beliau meyakinkan.

”Kalian harus bisa buktikan sendiri omongan saya. Kalo statemen kita keras seperti ini maka itu pasti sudah berdasar. Kalian harus bisa jadi penerus”, begitulah pesan beliau menutup pembicaraan.

source