Dunia ini memang adalah gelanggang pertunjukkan, apa saja boleh kita mainkan di sini. Jalanan juga adalah panggung sandiwara, sekaligus panggung pertunjukkan. Setidak-tidaknya itulah yang ada dalam pikiran dan tingkah seorang kakek tua di Manhattan New York.
Kakek renta ini sudah berusia 97 tahun, dan tiap ia hari berjalan pincang membawa keranjang dorong, dan menghampiri setiap ada mobil yang sekiranya berhenti di traffic light persimpangan jalan. Kepada pengemudi mobil ia meminta recehan dan memberi koran sebagai gantinya. Mungkin tidak pernah ada yang mengira kalau lelaki tua renta ini bukan sekedar pengemis biasa. Padahal pada kenyataannya kakek tua ini termasuk orang terkenal. Ia adalah seorang miliuner terkemuka.
Dialah Irwin Corey. Seorang comedian, aktor, dan juga aktivis politik. Setiap hari dalam seminggu penuh ia menyusuri 35th East Street di Manhattan. Ia menyusuri sepanjang jalan 35th itu untuk meminta recehan demi recehan dari orang-orang sekitar situ. Padahal, Corey yang sudah sekian lama berkecimpung di dunia teater, televisi, dan beberapa klub komedi serta berkarir sangat bagus di Broadway tentu tidak membutuhkan recehan-recehan itu. Bahkan ia sama sekali bukan tunawisma. Ia memiliki apartemen mewah dan punya banyak uang.
‘Professor’ Irwin Corey terlahir sebagai seorang anak yang harus mengecapi kemiskinan dari keluarga miskin di lingkungan yang miskin di Brooklyn New York. Ia lahir tepat tanggal 29 July, 1914. Nah, karena kemiskinan yang membungkus keluarga ini begitu kuta, akhirnya membuat orang tua Corey menempatkan ia beserta kelima kakak beradiknya ke sebuah panti asuhan di New York. Di sanalah Corey tinggal menetap hingga usianya mencapai 13 tahun. Setelah itu, langkah menapaki sukses demi sukses sudah menunggu Corey, ketika ia memulaikan petualangannya jauh di California. Singkat cerita, ia akhirnya berhasil menapaki karirnya di dunia hiburan. Menjadikan ia sebagai seseorang yang “one of the most brilliant comedians of all time”. Komedian paling brilian sepanjang masa. Ingin melihat ‘Profesor’ Irwin Corey secara dekat? Ini official websitenya: Irwin Corey.
Ciri khas-nya begitu dikenang dan begitu melekat di hati para penggemarnya. Dengan gaya berbicara bernada tinggi, double talk dan sangat panjang, orang seakan langusng mengenalinya sekali dengar saja. Bahkan para fans sudah begitu hafal gaya bicaranya yang selalu dimulai dengan kata “However…”
Anaknya mengatakan bahwa gaya orang tua mereka adalah unik dan memiliki kedalaman yang luar biasa ketika mengungkapan kalimat-kalimat yang sarat makna filosofis: “No one in fact is any more important than another.” Memang betul, bahwa sesungguhnya tidak boleh ada seorang pun yang merasa dirinya lebih penting daripada orang lain. He (Corey) is constantly digressing from his own tangent, so he’s digressing from a digression.”
Pada tahun 1974 Professor Irwin Corey pun pernah menerima penghargaan the National Book Award for Gravity’s Rainbow.Dalam pidato sambutannya yang laksana peragaan stand up comedy luar biasa menawan, unik, dan lucu, ia pun bersabda antara lain seperti ini, mari kita simak:
However… accept this financial stipulation – ah – stipend in behalf of, uh, Richard Python for the great contribution and to quote from some of the missiles which he has contributed…Today we must all be aware that protocol takes precedence over procedure. Howewer you say – WHAT THE – what does this mean… in relation to the tabulation whereby we must once again realize that the great fiction story is now being rehearsed before our very eyes, in the Nixon administration… indicating that only an American writer can receive…the award for fction, unlike Solzinitski whose fiction doesn’t hold water. Comrades – friends, we are gathered here not only to accept in behalf of one recluse – one who has found that the world in itself which seems to be a time not of the toad – to quote even Studs TurKAL. And many people ask “Who are Studs TurKAL?” It’s not “Who are Studs TurKAL?” it’s “Who am Studs TurKAL?……”
Itulah Irwin Corey….
Penampilannya ketika lagi di jalanan memang berantakan dan kumuh. Tapi apartemen yang dimilikinya berada di salah satu kawasan elit di New York, dan nilai apartemen miliknya diperkirakan adalah seharga 3,5 juta USD, atau sekitar 31 Miliar rupiah. Lalu muncul pertanyaan, apa alasan kakek kaya ini menyamar sebagai orang miskin dan menjadi gembel jalanan serta peminta-minta yang tak punya apa-apa?
Atas pertanyaan itu, Irwin Corey menjawab: Untuk membunuh rasa kesepian akibat ditinggalkan istri yang mendampinginya selama 70 tahun. Di samping itu juga, dengan melakukan hal itu ia berkesempatan menolong sesamanya yang lain. Para gelandangan dan pengemis jalanan.
Kakek berusia 97 tahun ini juga ternyata tidak pernah mengantongi uang yang berhasil ia kumpulkan Dalam sehari biasanya ia mendapatkan 250 USD (sekitar 2 jutaan rupiah), semuanya ia sumbangkan untuk bantuan medis bagi anak-anak di Kuba. Ia bahkan sudah pernah mengunjungi Kuba untuk membawa bantuan. Ia sempat berfoto dengan sang penguasa Kuba Fidel Castro, yang fotonya lalu dipajang kakek ini di dinding apartemennya yang mewah itu.
Corey juga sebenarnya belum sepenuhnya berhenti dari dunia hiburan yang sudah digelutinya selama delapan dekade. Ia masih tampil secara regular, belum berapa lama ini ia juga tampil di sebuah klub lokal di Chicago. Di dunia hiburan inilah sang kakek pertama kalinya mendapat julusan ‘professor’. Julukan itu sudah disandangnya sejak tahun 1940-an. Ini tentu dikarenakan penampilannya yang sangat khas dengan jas berekor, dasi tali, sepatu kets tinggi, dan rambut berdiri tak beraturan mirip orang-orangan sawah.
Pada saat mengemis, ia selalu bersikap sopan kepada setiap orang yang ditemuinya di jalanan. Bahkan ia memiliki sapaan yang lucu kepada setiap mereka yang memberinya recehan, “See you later alligator.” Ketika diwawancarai koran New York Times, kakek tua yang kaya raya ini tidak memberikan jawaban rinci dan pasti mengenai jumlah kekayaannya. Tapi menurut agen yang menanganinya selama kurun waktu 50 tahun yaitu seorang bernama Irvin Arthur (yang sudah berusia 85 tahun saat ini) mengatakan bahwa uang Corey sangat banyak. Bahwa Corey sesungguhnya tak butuh uang apapun dari hasilnya mengemis di jalanan. “Ini bukan soal uang, tapi jalanan adalah panggung pertunjukannya.
Kakek renta ini sudah berusia 97 tahun, dan tiap ia hari berjalan pincang membawa keranjang dorong, dan menghampiri setiap ada mobil yang sekiranya berhenti di traffic light persimpangan jalan. Kepada pengemudi mobil ia meminta recehan dan memberi koran sebagai gantinya. Mungkin tidak pernah ada yang mengira kalau lelaki tua renta ini bukan sekedar pengemis biasa. Padahal pada kenyataannya kakek tua ini termasuk orang terkenal. Ia adalah seorang miliuner terkemuka.
Dialah Irwin Corey. Seorang comedian, aktor, dan juga aktivis politik. Setiap hari dalam seminggu penuh ia menyusuri 35th East Street di Manhattan. Ia menyusuri sepanjang jalan 35th itu untuk meminta recehan demi recehan dari orang-orang sekitar situ. Padahal, Corey yang sudah sekian lama berkecimpung di dunia teater, televisi, dan beberapa klub komedi serta berkarir sangat bagus di Broadway tentu tidak membutuhkan recehan-recehan itu. Bahkan ia sama sekali bukan tunawisma. Ia memiliki apartemen mewah dan punya banyak uang.
‘Professor’ Irwin Corey terlahir sebagai seorang anak yang harus mengecapi kemiskinan dari keluarga miskin di lingkungan yang miskin di Brooklyn New York. Ia lahir tepat tanggal 29 July, 1914. Nah, karena kemiskinan yang membungkus keluarga ini begitu kuta, akhirnya membuat orang tua Corey menempatkan ia beserta kelima kakak beradiknya ke sebuah panti asuhan di New York. Di sanalah Corey tinggal menetap hingga usianya mencapai 13 tahun. Setelah itu, langkah menapaki sukses demi sukses sudah menunggu Corey, ketika ia memulaikan petualangannya jauh di California. Singkat cerita, ia akhirnya berhasil menapaki karirnya di dunia hiburan. Menjadikan ia sebagai seseorang yang “one of the most brilliant comedians of all time”. Komedian paling brilian sepanjang masa. Ingin melihat ‘Profesor’ Irwin Corey secara dekat? Ini official websitenya: Irwin Corey.
Ciri khas-nya begitu dikenang dan begitu melekat di hati para penggemarnya. Dengan gaya berbicara bernada tinggi, double talk dan sangat panjang, orang seakan langusng mengenalinya sekali dengar saja. Bahkan para fans sudah begitu hafal gaya bicaranya yang selalu dimulai dengan kata “However…”
Anaknya mengatakan bahwa gaya orang tua mereka adalah unik dan memiliki kedalaman yang luar biasa ketika mengungkapan kalimat-kalimat yang sarat makna filosofis: “No one in fact is any more important than another.” Memang betul, bahwa sesungguhnya tidak boleh ada seorang pun yang merasa dirinya lebih penting daripada orang lain. He (Corey) is constantly digressing from his own tangent, so he’s digressing from a digression.”
Pada tahun 1974 Professor Irwin Corey pun pernah menerima penghargaan the National Book Award for Gravity’s Rainbow.Dalam pidato sambutannya yang laksana peragaan stand up comedy luar biasa menawan, unik, dan lucu, ia pun bersabda antara lain seperti ini, mari kita simak:
However… accept this financial stipulation – ah – stipend in behalf of, uh, Richard Python for the great contribution and to quote from some of the missiles which he has contributed…Today we must all be aware that protocol takes precedence over procedure. Howewer you say – WHAT THE – what does this mean… in relation to the tabulation whereby we must once again realize that the great fiction story is now being rehearsed before our very eyes, in the Nixon administration… indicating that only an American writer can receive…the award for fction, unlike Solzinitski whose fiction doesn’t hold water. Comrades – friends, we are gathered here not only to accept in behalf of one recluse – one who has found that the world in itself which seems to be a time not of the toad – to quote even Studs TurKAL. And many people ask “Who are Studs TurKAL?” It’s not “Who are Studs TurKAL?” it’s “Who am Studs TurKAL?……”
Itulah Irwin Corey….
Penampilannya ketika lagi di jalanan memang berantakan dan kumuh. Tapi apartemen yang dimilikinya berada di salah satu kawasan elit di New York, dan nilai apartemen miliknya diperkirakan adalah seharga 3,5 juta USD, atau sekitar 31 Miliar rupiah. Lalu muncul pertanyaan, apa alasan kakek kaya ini menyamar sebagai orang miskin dan menjadi gembel jalanan serta peminta-minta yang tak punya apa-apa?
Atas pertanyaan itu, Irwin Corey menjawab: Untuk membunuh rasa kesepian akibat ditinggalkan istri yang mendampinginya selama 70 tahun. Di samping itu juga, dengan melakukan hal itu ia berkesempatan menolong sesamanya yang lain. Para gelandangan dan pengemis jalanan.
Kakek berusia 97 tahun ini juga ternyata tidak pernah mengantongi uang yang berhasil ia kumpulkan Dalam sehari biasanya ia mendapatkan 250 USD (sekitar 2 jutaan rupiah), semuanya ia sumbangkan untuk bantuan medis bagi anak-anak di Kuba. Ia bahkan sudah pernah mengunjungi Kuba untuk membawa bantuan. Ia sempat berfoto dengan sang penguasa Kuba Fidel Castro, yang fotonya lalu dipajang kakek ini di dinding apartemennya yang mewah itu.
Corey juga sebenarnya belum sepenuhnya berhenti dari dunia hiburan yang sudah digelutinya selama delapan dekade. Ia masih tampil secara regular, belum berapa lama ini ia juga tampil di sebuah klub lokal di Chicago. Di dunia hiburan inilah sang kakek pertama kalinya mendapat julusan ‘professor’. Julukan itu sudah disandangnya sejak tahun 1940-an. Ini tentu dikarenakan penampilannya yang sangat khas dengan jas berekor, dasi tali, sepatu kets tinggi, dan rambut berdiri tak beraturan mirip orang-orangan sawah.
Pada saat mengemis, ia selalu bersikap sopan kepada setiap orang yang ditemuinya di jalanan. Bahkan ia memiliki sapaan yang lucu kepada setiap mereka yang memberinya recehan, “See you later alligator.” Ketika diwawancarai koran New York Times, kakek tua yang kaya raya ini tidak memberikan jawaban rinci dan pasti mengenai jumlah kekayaannya. Tapi menurut agen yang menanganinya selama kurun waktu 50 tahun yaitu seorang bernama Irvin Arthur (yang sudah berusia 85 tahun saat ini) mengatakan bahwa uang Corey sangat banyak. Bahwa Corey sesungguhnya tak butuh uang apapun dari hasilnya mengemis di jalanan. “Ini bukan soal uang, tapi jalanan adalah panggung pertunjukannya.
Posting Komentar