Belajar dari Anak Miskin Cacat yang Dermawan

Selamat pagi sahabat, pada postingan kali ini ane mau nyampein tentang kisah inspiratif Belajar dari Anak Miskin Cacat yang Dermawan. Berikut kisahnya Shobt. Ada seorang anak yang kurus hanya tinggal tulang berbalut kulit, dan rambutnya sendiri pun sudah menguning mungkin karena terpaan sinar matahari dan malnutrisi setiap hari, menyeret-nyeret tubuhnya karena kakinya cacat. Dia memegang sebuah mangkuk besi. Anak itu merangkak di depan meja yang bertuliskan “Donasi”. Orang-orang berpikir: “Ia akan lewat.” Sebagian lagi berpikir bahwa anak ini minta diberikan sumbangan dan sebagainya. Tapi selanjutnya merupakan kejadian yang tak terduga! Dia berkata pada orang-orang dewasa itu, “Saya ingin menyumbang!”.

Belajar dari Anak Miskin Cacat yang Dermawan
Anak itupun menuang koin dari mangkuknya. Para petugas yang ada disitu mengulurkan tangan ingin membantu, tapi dia ingin melakukannya dengan tangannya sendiri. Para petugas tak bisa berkata apa-apa karena anak itu memberikan semua yang diperolehnya kepada Lembaga Amal dengan usahanya dan dengan tangannya sendiri.

Ternyata tak hanya itu. “Saya masih punya uang lagi.” Anak itu berkata dengan antusias sambil merogoh saku celananya. Anak itu mengambil beberapa lembar uang dan kemudian menyumbang… lagi !! Dalam hati petugas berteriak, “Aduh adik ini. Jangan-jangan dia sudah menyumbang semua uangnya!” Bagaimana orang yang menurut standar normal miskin itu ternyata begitu kaya hatinya? Memang kita jangan pernah memandang rendah orang lain. Tapi terlebih lagi, jangan kita memandang rendah diri sendiri.

Kadang kita tidak dapat memilih apakah kita bisa punya kekayaan materi, kita juga tidak bisa memilih kondisi tubuh kita, tapi kita selalu bisa memilih untuk memiliki kekayaan hati. Anak itu telah menunjukkan hal ini kepada kita semua. Aduh, mata petugas sampai berair air melihat anak itu. Sungguh kagum. Melihat wajahnya, tubuhnya, kondisinya, rasanya jika berpas-pasan di jalan, mungkin petugas akan merasa iba. Tapi dengan ini, petugs baru sadar anak itu bukan orang yang perlu dikasihani karena anak itu sudah begitu kaya. Tapi anak itu perlu dikasihi agar dapat berbagi lagi dengan orang lain.

Menurut orang bijak mengatakan bahwa ”Sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan, kita bukan hanya menolong orang lain atau mahkluk lain. Sesungguhnya kita sedang membantu diri sendiri agar lebih bahagia. Temukanlah kebahagiaan dengan memberi.” Anak itu saja bisa. Kita juga pasti bisa. Semoga sahabat-sahabat semakin bersemangat menjalani hari yang lebih baik lagi. Terima kasih.