Kisah Perempuan Penuh Dengan Kesabaran - Siapkan tisu untuk membaca kisah ini. Namanya adalah Aini. begitulah Nur biasa memanggilnya. Salah satu "adik" terbaik yang pernah Nur miliki, yang pernah nur temui dan alhamdulillah Allah telah mempertemukan mereka berdua.
Seharusnya 19 Nopember nanti ia genap menginjak usia 37 tahun. Beberapa tahun dengannya, banyak contoh yang bisa nur ambil dari adiknya itu. Sikap dewasa, sikap sabar, istiqomah, dan sikap pengabdian yang luar biasa dalam meretas jalan dakwahnya. Seorang pendakwah yang tangguh dan tak pernah menyerah. Sosok wanita yang tidak pernah mengeluh, memiliki semangat tinggi dan memiliki khusnuzon (prasangka baik) yang teramat tinggi kepada Allah. Dan dia adalah salah satu amanah nur (kakanya) terberat, ketika waktunya harus ia sudah memasuki sebuah jenjang ikatan dalam rumah tangga yaitu pernikahan.
Ketika beberapa temannya yang lain lebih muda darinya melenggang dengan mudahnya menuju jenjang pernikahan tersebut, namun Aini tidak, Allah taqdirkan ia harus terus meretas dalam kesabaran. Sudah beberapa kali nur berikhtiar membantu adiknya itu menemukan ikhwan yang shalih, tetapi ketika sudah memulai setengah perjalanan proses pernikahnya, Allah pun berkehendak lain. Namun aini, tidak pernah ada kata-kkata protes yang keluar dari lisannya sedikitpun, tidak juga ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa sang ikhwan begitu "lemahnya" hingga tidak mampu menerjang berbagai macam penghalang? Atau ketika masalah suku, fisik, serta terlebih usia yang selalu menjadi kendala utama seorang ikhwan untuk mengundurkan diri, Aini pun tidak pernah mempertanyakan atau memprotesnya " kenapa ikhwan sekarang seperti ini?
Tidak ada gurat di wajah rasa sesal, kecewa, atau sedih, ataupun tutur katanya yang menunjukkan sesalnya. Kepasrahan dan keyakinan dalam hati terhadap kehendak Allah begitu indah terlukis dalam hatinya.
Hingga, akhirnya datanglah seorang ikhwan shalih yang baik akhlak serta ilmunya, datang dan berkenan untuk menjadikan aini seorang pendamping hidupnya. Tidak ada luapan rasa senang dan bahagia yang aini tampakkan selain ucapan singkat yang penuh makna, "Alhamdulillah.. jazakillah kakak sudah membantu... mohon doanya agar diridhai Allah".
Alhamdulillah, dalam proses ta`aruf Allah mudahkan mereka, padahal usia ikhwan tersebut lebih muda dari usia aini. Namun, karena mereka berkomitmen pada sunnah Rasulullah untuk menyegerakan sebuah pernikahan, maka rencana mereka untuk melaksanakan akad nikah satu bulan kemudian, bertepatan dengan selesainya adik sang ikhwan itu menyelesaikan kuliah di negeri Mesir.
Namun, Allah Maha Berkehendak, Maha Sebaik-baik Pembuat keputusan.
Jelang dua minggu hari pernikahannya, sebuah kabar duka datang. Yaitu usai Aini mengisi sebuah pengajian, motor yang dikendarai aini terserempet sebuah mobil, dan menabrak sebuah kontainer didepannya. Aini yang sholihah pun harus meregang nyawa di ruang ICU. Selang dua hari setelah peristiwa itu, Rumah sakit yang menangani aini pun menyerah. Tidak sanggup untuk berbuat banyak karena melihat kondisinya yang begitu parah.
Hanya iringan dzikir disertai tangis yang berada disana. Semua keluarga Aini juga keluarga sang ikhwan pun sudah berkumpul. Mereka semua mencoba menata hati bersama untuk pasrah dan bersiap untuk menerima apapun ketentuan-Nya. Semua orang yang berada di situ hanya bisa berdoa agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuk aini. Hingga akhirnya, Allah mengijinkan Aini tersadar dan aini mulai menggerakkan jari-jemarinya. Allahu akbar... sebait harapan pun kembali mereka rajut supaya Allah berkenan memberikan kesembuhan kepada aini, walaupun harapan itu terus menipis karena melihat kondisi aini yang semakin melemah. Hingga kemudian, entah kenapa, sang ikhwan mengajukan satu permintaan kepada keluarga Aini yang membuat kaget semua orang yang ada diruangan itu.
"Ijinkan saya untuk membantunya menggenapkan setengah Agama ini. Jika Allah berkehendak memanggilnya, maka ia datang menghadap Robbnya dalam keadaan sudah melaksanakan sunnah Rosulullah..."
Dalam kedaaan yang sedang tidak karuan, akhirnya dua keluarga besar aini dan sang ikhwan itupun sepakat memenuhi permintaannya.
Ibu aini pun membisikkan rencana tersebut di telinga Aini. Dan baru kali itulah nur melihat air mata mengalir dari sepasang mata jernih aini.
Tepat pada pukul 16.00, dihadiri penghulu, orang tua dari dua pihak, serta beberapa sahabat aini dan dokter serta perawat rumah sakit. Proses pernikahan yang penuh tangis dan duka itu pun dilaksanakan. Tidak seperti pelaksanaan pernikahan biasa yang diiringi tangis kebahagiaan, maka pernikahan aini tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit digambarkan. Begitu khidmat, sepi namun penuh isak tangis kesedihan yang begitu dalam.
Dan tepat setelah ijab qobul itu terucap, kemudin sang ikhwan pun mencium kening Aini serta membacakan doa untuknya diatas kain perban putih yang sudah berganti warna menjadi merah menutupi hampir seluruh kepala Aini. Lirih, nur dan orang sekitar aini pun masih mendengar Aini berucap, "Tolong Ikhlaskan saya....".
Hanya beberapa menit. Ya, hanya beberapa menit setelah ijab qobul itu. Tangispun memecah ruangan itu, yang tadinya senyap menahan sesak dan air mata. Akhirnya Allah menjemput aini dalam keadaan tenang dan penuh senyum indah.
Allah maha rohman rohim telah menjemput seorang bidadari. Sungguh indah karunia dan janji yang telah Allah berikan pada aini. Aini memang hanya pantas untuk para mujahid-Nya di Jannah al firdausi.
Dan sang ikhwan pun melepas dengan penuh sukacita, "Saya telah menikahi seorang bidadari. Nikmat mana lagi yang saya dustakan....". Begitulah sang ikhwan shalih itu mengutip dari ayat Ar Rahman-Nya.
"Selamat jalan aini selamat jalan adikku sayang." Begitulah sang kakak nur berkata dalam hatinya. "Engkau memang bidadari surga yang Allah tidak berkenan seorang ikhwan pun di dunia ini yang mampu mendampingi kehidupanmu kecuali ikhwan sholih yang bersungguh-sungguh di jalan dakwah dengan ikhlas, sabar, tawadhu dan siap berjihad dijalan ilahi robbi dan kelak saat menutup mata nanti sebagai seorang syuhada."
Itulah kisah seorang perempuan yang penuh dengan kesabaran dari ane. Selamat jalan Aini. Semoga Allah memberi tempat terindah dan terbaik di surga Allah, dan semoga Allah kumpulkan kita kelak didalam surga bersama dengan orang-orang yang sholih dan sholihah. Amin
Seharusnya 19 Nopember nanti ia genap menginjak usia 37 tahun. Beberapa tahun dengannya, banyak contoh yang bisa nur ambil dari adiknya itu. Sikap dewasa, sikap sabar, istiqomah, dan sikap pengabdian yang luar biasa dalam meretas jalan dakwahnya. Seorang pendakwah yang tangguh dan tak pernah menyerah. Sosok wanita yang tidak pernah mengeluh, memiliki semangat tinggi dan memiliki khusnuzon (prasangka baik) yang teramat tinggi kepada Allah. Dan dia adalah salah satu amanah nur (kakanya) terberat, ketika waktunya harus ia sudah memasuki sebuah jenjang ikatan dalam rumah tangga yaitu pernikahan.
Ketika beberapa temannya yang lain lebih muda darinya melenggang dengan mudahnya menuju jenjang pernikahan tersebut, namun Aini tidak, Allah taqdirkan ia harus terus meretas dalam kesabaran. Sudah beberapa kali nur berikhtiar membantu adiknya itu menemukan ikhwan yang shalih, tetapi ketika sudah memulai setengah perjalanan proses pernikahnya, Allah pun berkehendak lain. Namun aini, tidak pernah ada kata-kkata protes yang keluar dari lisannya sedikitpun, tidak juga ada keluh kesah, atau bahkan mempertanyakan kenapa sang ikhwan begitu "lemahnya" hingga tidak mampu menerjang berbagai macam penghalang? Atau ketika masalah suku, fisik, serta terlebih usia yang selalu menjadi kendala utama seorang ikhwan untuk mengundurkan diri, Aini pun tidak pernah mempertanyakan atau memprotesnya " kenapa ikhwan sekarang seperti ini?
Tidak ada gurat di wajah rasa sesal, kecewa, atau sedih, ataupun tutur katanya yang menunjukkan sesalnya. Kepasrahan dan keyakinan dalam hati terhadap kehendak Allah begitu indah terlukis dalam hatinya.
Hingga, akhirnya datanglah seorang ikhwan shalih yang baik akhlak serta ilmunya, datang dan berkenan untuk menjadikan aini seorang pendamping hidupnya. Tidak ada luapan rasa senang dan bahagia yang aini tampakkan selain ucapan singkat yang penuh makna, "Alhamdulillah.. jazakillah kakak sudah membantu... mohon doanya agar diridhai Allah".
Alhamdulillah, dalam proses ta`aruf Allah mudahkan mereka, padahal usia ikhwan tersebut lebih muda dari usia aini. Namun, karena mereka berkomitmen pada sunnah Rasulullah untuk menyegerakan sebuah pernikahan, maka rencana mereka untuk melaksanakan akad nikah satu bulan kemudian, bertepatan dengan selesainya adik sang ikhwan itu menyelesaikan kuliah di negeri Mesir.
Namun, Allah Maha Berkehendak, Maha Sebaik-baik Pembuat keputusan.
Jelang dua minggu hari pernikahannya, sebuah kabar duka datang. Yaitu usai Aini mengisi sebuah pengajian, motor yang dikendarai aini terserempet sebuah mobil, dan menabrak sebuah kontainer didepannya. Aini yang sholihah pun harus meregang nyawa di ruang ICU. Selang dua hari setelah peristiwa itu, Rumah sakit yang menangani aini pun menyerah. Tidak sanggup untuk berbuat banyak karena melihat kondisinya yang begitu parah.
Hanya iringan dzikir disertai tangis yang berada disana. Semua keluarga Aini juga keluarga sang ikhwan pun sudah berkumpul. Mereka semua mencoba menata hati bersama untuk pasrah dan bersiap untuk menerima apapun ketentuan-Nya. Semua orang yang berada di situ hanya bisa berdoa agar Allah berikan yang terbaik dan terindah untuk aini. Hingga akhirnya, Allah mengijinkan Aini tersadar dan aini mulai menggerakkan jari-jemarinya. Allahu akbar... sebait harapan pun kembali mereka rajut supaya Allah berkenan memberikan kesembuhan kepada aini, walaupun harapan itu terus menipis karena melihat kondisi aini yang semakin melemah. Hingga kemudian, entah kenapa, sang ikhwan mengajukan satu permintaan kepada keluarga Aini yang membuat kaget semua orang yang ada diruangan itu.
"Ijinkan saya untuk membantunya menggenapkan setengah Agama ini. Jika Allah berkehendak memanggilnya, maka ia datang menghadap Robbnya dalam keadaan sudah melaksanakan sunnah Rosulullah..."
Dalam kedaaan yang sedang tidak karuan, akhirnya dua keluarga besar aini dan sang ikhwan itupun sepakat memenuhi permintaannya.
Ibu aini pun membisikkan rencana tersebut di telinga Aini. Dan baru kali itulah nur melihat air mata mengalir dari sepasang mata jernih aini.
Tepat pada pukul 16.00, dihadiri penghulu, orang tua dari dua pihak, serta beberapa sahabat aini dan dokter serta perawat rumah sakit. Proses pernikahan yang penuh tangis dan duka itu pun dilaksanakan. Tidak seperti pelaksanaan pernikahan biasa yang diiringi tangis kebahagiaan, maka pernikahan aini tersebut penuh dengan rasa yang sangat sulit digambarkan. Begitu khidmat, sepi namun penuh isak tangis kesedihan yang begitu dalam.
Dan tepat setelah ijab qobul itu terucap, kemudin sang ikhwan pun mencium kening Aini serta membacakan doa untuknya diatas kain perban putih yang sudah berganti warna menjadi merah menutupi hampir seluruh kepala Aini. Lirih, nur dan orang sekitar aini pun masih mendengar Aini berucap, "Tolong Ikhlaskan saya....".
Hanya beberapa menit. Ya, hanya beberapa menit setelah ijab qobul itu. Tangispun memecah ruangan itu, yang tadinya senyap menahan sesak dan air mata. Akhirnya Allah menjemput aini dalam keadaan tenang dan penuh senyum indah.
Allah maha rohman rohim telah menjemput seorang bidadari. Sungguh indah karunia dan janji yang telah Allah berikan pada aini. Aini memang hanya pantas untuk para mujahid-Nya di Jannah al firdausi.
Dan sang ikhwan pun melepas dengan penuh sukacita, "Saya telah menikahi seorang bidadari. Nikmat mana lagi yang saya dustakan....". Begitulah sang ikhwan shalih itu mengutip dari ayat Ar Rahman-Nya.
"Selamat jalan aini selamat jalan adikku sayang." Begitulah sang kakak nur berkata dalam hatinya. "Engkau memang bidadari surga yang Allah tidak berkenan seorang ikhwan pun di dunia ini yang mampu mendampingi kehidupanmu kecuali ikhwan sholih yang bersungguh-sungguh di jalan dakwah dengan ikhlas, sabar, tawadhu dan siap berjihad dijalan ilahi robbi dan kelak saat menutup mata nanti sebagai seorang syuhada."
Itulah kisah seorang perempuan yang penuh dengan kesabaran dari ane. Selamat jalan Aini. Semoga Allah memberi tempat terindah dan terbaik di surga Allah, dan semoga Allah kumpulkan kita kelak didalam surga bersama dengan orang-orang yang sholih dan sholihah. Amin
Posting Komentar