Di sebuah dusun, di pinggiran kota besar, hiduplah seorang janda tua bersama anak gadisnya yang semata wayang. Karena kesulitan ekonomi, dan juga karena Si Emak sudah tak kuat lagi mencari nafkah, maka anaknya Si Oneng bermaksud pergi mencari nafkah di kota besar. Karena memang tidak ada pilihan, Si Emak terpaksa mengizinkan permata hatinya itu merantau ke kota.
Ketika Oneng akan berangkat, Emak menasihatinya:
“Oneng, anakku yang paling cantik di rumah ini. Kalau suatu hari kamu harus berpacaran di kota besar sana, kamu harus memilih laki-laki yang memenuhi 3 syarat, yaitu, pertama, dia harus orang yang hemat. Kedua, dia harus lebih bodoh dari kamu. Dan yang ketiga, dia harus masih perjaka ting-ting.”
“Iya, Mak, akan Oneng ingat pesan Emak,” janji Oneng.
Maka berangkatlah Oneng ke kota besar, dengan naik angkot – yang ongkosnya 2 ribu rupiah saja, soalnya memang dekat. Singkat cerita, karena kemujurannya, Oneng segera mendapatkan pekerjaan yang lumayan bagus – yaitu sebagai pembantu di sebuah rumah kost. Karena demi menghemat pengeluaran, Oneng hanya pulang seminggu sekali.
IstimewaIstimewaSuatu hari, yang biasanya Oneng pulang ke rumah hari Sabtu sore, kali ini dia pulang Minggu sore. Dan dengan gembira dia lalu bercerita kepada Emak soal kekasih hatinya:
“Mak, Oneng sekarang udah punya pacar. Dan pacar Oneng ini memenuhi 3 syarat yang dulu Emak bilang. Gini, Mak. Dengerin, ya? Kemarin sore, Oneng ama dia jalan-jalan ke Puncak. Tapi lantaran kemalaman, kami sepakat menginap saja di hotel kecil. Nah, terus pacar Oneng bilang, supaya hemat, kita mesen kamarnya satu aja, buat berdua. Nah, dia hemat kan, Mak?”
“Waduh...!” Si Emak, kecut hatinya. “Terus, Neng?”
“Waktu mau tidur, pacar Oneng bilang, mendingan tidurnya jangan pake pakaian, supaya pakaiannya nggak kusut. Padahal, di Puncak kan hawanya dingin ya, Mak? Masak ngajak tidur nggak pake baju. Itu kan artinya dia lebih bodoh dari Oneng. Iya kan, Mak?”
“Terus... kalian tidur nggak pake pakaian?” tanya Emak, hampir semaput.
“Ya iyalah! Daripada pakaian kami kusut, kan bisa malu pulangnya,” jawab Oneng.
“Aduuuhhh... abis deh anak gue...!” keluh Emak, patah hati.
“Tapi yang penting, Mak, pacar Oneng ini bener-bener masih perjaka, Mak!” Oneng gembira.
“Kok tau? Emang tandanya apa?” tanya Emak, bingung.
“Soalnya, Mak, burungnya masih dibungkus karet, Mak. Itu kan artinya masih disegel. Iya kan, Mak?”
“Aduh, Oneeeeng...!” Gubrak! Emak semaput.
“Wah, Emak saking senangnya sampe pingsan....” kata Oneng
Ketika Oneng akan berangkat, Emak menasihatinya:
“Oneng, anakku yang paling cantik di rumah ini. Kalau suatu hari kamu harus berpacaran di kota besar sana, kamu harus memilih laki-laki yang memenuhi 3 syarat, yaitu, pertama, dia harus orang yang hemat. Kedua, dia harus lebih bodoh dari kamu. Dan yang ketiga, dia harus masih perjaka ting-ting.”
“Iya, Mak, akan Oneng ingat pesan Emak,” janji Oneng.
Maka berangkatlah Oneng ke kota besar, dengan naik angkot – yang ongkosnya 2 ribu rupiah saja, soalnya memang dekat. Singkat cerita, karena kemujurannya, Oneng segera mendapatkan pekerjaan yang lumayan bagus – yaitu sebagai pembantu di sebuah rumah kost. Karena demi menghemat pengeluaran, Oneng hanya pulang seminggu sekali.
IstimewaIstimewaSuatu hari, yang biasanya Oneng pulang ke rumah hari Sabtu sore, kali ini dia pulang Minggu sore. Dan dengan gembira dia lalu bercerita kepada Emak soal kekasih hatinya:
“Mak, Oneng sekarang udah punya pacar. Dan pacar Oneng ini memenuhi 3 syarat yang dulu Emak bilang. Gini, Mak. Dengerin, ya? Kemarin sore, Oneng ama dia jalan-jalan ke Puncak. Tapi lantaran kemalaman, kami sepakat menginap saja di hotel kecil. Nah, terus pacar Oneng bilang, supaya hemat, kita mesen kamarnya satu aja, buat berdua. Nah, dia hemat kan, Mak?”
“Waduh...!” Si Emak, kecut hatinya. “Terus, Neng?”
“Waktu mau tidur, pacar Oneng bilang, mendingan tidurnya jangan pake pakaian, supaya pakaiannya nggak kusut. Padahal, di Puncak kan hawanya dingin ya, Mak? Masak ngajak tidur nggak pake baju. Itu kan artinya dia lebih bodoh dari Oneng. Iya kan, Mak?”
“Terus... kalian tidur nggak pake pakaian?” tanya Emak, hampir semaput.
“Ya iyalah! Daripada pakaian kami kusut, kan bisa malu pulangnya,” jawab Oneng.
“Aduuuhhh... abis deh anak gue...!” keluh Emak, patah hati.
“Tapi yang penting, Mak, pacar Oneng ini bener-bener masih perjaka, Mak!” Oneng gembira.
“Kok tau? Emang tandanya apa?” tanya Emak, bingung.
“Soalnya, Mak, burungnya masih dibungkus karet, Mak. Itu kan artinya masih disegel. Iya kan, Mak?”
“Aduh, Oneeeeng...!” Gubrak! Emak semaput.
“Wah, Emak saking senangnya sampe pingsan....” kata Oneng
Posting Komentar