Kisah Sunarno, Bekas Pemulung Menjadi Miliyader

Kisah Sunarno, Bekas Pemulung Menjadi Miliyader ~ Bapak Sunarno namanya, ia adalah mantan pemulung yang sekarang menjadi orang kaya berkat ketekunannya untuk menjalankan bisnis MLM Forever Young Indonesia. Dulu ia mencari nafkah  dengan mengais-ngais sampah. Kini ia jadi  jutawan MLM karena mensukseskan orang lain.
sumber gambar : www.pengusaha.us
Jangan sekali-kali meremehkan profesi seorang pemulung. Lewat bisnis MLM-nya, pemulung ini bisa jadi jutawan. Setidaknya begitulah yang dialami Sunarno. “Saya sendiri tidak membayangkan, setelah menemukan usaha ini ternyata kok lebih cepat dari pada rekan-rekan yang lebih mapan dan berpendidikan, “ tutur pria kelahiran Solo, tanggal 5 Agustus 1961 ini. Tentunya berkat satu hal yaitu kerja keras.

Prestasi yang diraihnya memang paling cepat dibanding dengan yang lain. Hanya dalam kurun 27 bulan, ia berhasil menempati peringkat Senior Network Director, posisi tertinggi di Forever Young MLM. Jaringannya kini sudah lebih dari 100 ribu orang, tersebar di seluruh Indonesia. Seiring dengan itu, penghasilan di atas Rp. 15 juta per bulan, sepeda motor, mobil, rumah dan berbagai bonus wisata ke luar negeri telah dinikmatinya.

Lantaran lahir dari kalangan keluarga miskin. Sunarno hanya bisa menamatkan sekolahnya di SD. Lebih prihatin lagi, sejak kecil ia sudah yatim piatu. Terpaksa ikut orang ke beberapa kota, jadi kacung untuk sekedar bisa hidup. Tapi itu tidak lama dilakoni. Ketika kembali ke Solo, akhirnya ia memilih profesi pemulung. Kok jadi pemulung ? “Saya bosan jadi kacung yang selalu disuruh-suruh orang. Jiwa saya ingin kebebasan.” Jawabnya.

Tinggal di daerah kumuh yang berjarak 500 meter dari tempat pembuangan sampah. Pekerjaannya mengais-ngais sampah, mengumpulkan barang bekas. Plastik dan kardus jadi incarannya. Setiap hari ia bersama teman-teman menanti datangnya mobil truk sampah. Begitu mobil pembawa reziki tiba, mereka berlarian untuk mendekat, lalu berebut barang-barang bekas, siapa cepat, dia dapat. “Apalagi yang namanya balung (tulang). Itu ibarat emas bagi kami. Nilainya tinggi kalau di jual,” jelas ayah dua anak ini.

Ia sendiri pernah merasa amat bahagia sewaktu mendapatkan bonggol kubil (kol). Soalnya “benda berharga” itu didapatnya setelah mengalahkan beberapa saingan. Lewat “kompetisi” yang ketat ia berhasil mendapatkannya. “Hati saya bangga dan puas karena itu suatu prestasi” katanya tersenyum. Ada satu hal yang membahagiakan hatinya, yaitu saat menyetel radio tatkala masih hidup di kolong jembatan .”Sayangnya tak terkira, sama bahagianya dengan orang naik mobil Mercy atau Volvo,” tambah ayah tiga orang anak ini.

Sinar terang perubahan hidup mulai tampak pada tahun 1994, ketika tetangganya memperkenalkan bisnis  MLM.  Hampir tiap hari tetangganya sebelah bercerita, walau kadang-kadang ia tidak menangkap maksudnya. Maklum  cuma lulusan SD. Jangankan ngerti, untuk hafal nama MLM yang berbahasa Inggris itu saja susah banget. “Seminggu belum hafal,” katanya tertawa.” Tadinya saya nggak mikirin. Tapi lantaran sering dengar dan lihat, lama-lama hafal juga”.

Setelah belajar dan ditempa dalam berbagai training dan seminar, dalam hatinya timbul keyakinan. Mulailah ia menjalani bisnis MLM sepenuh hati. Pagi hari, sesuai profesi, ia  cari barang-barang bekas. Siangnya, setelah mandi, pergi memprospek orang.

Di usaha apa saja pasti ada tantangan. Sunarno pun begitu. Dibilang ngeyal atau mimpi, itu masih halus. Soalnya ada yang mencercanya bagi cicak makan tiang. Namun itu tidak mengecilkan hatinya, sebab sejak kecil ia sudah terbiasa dengan kompetisi dan tantangan “ Itulah yang mendorong saya untuk maju. Orang gagal itu biasanya enggak mau menghadapi tantangan. Kalau nggak siap mental, yang paling mudah  dilakukan adalah berhenti,” kata pria yang gemar bertani ini.

Menurut Sunarno, kunci keberhasilannya hanya satu yaitu keyakinan. Sebab keyakinan itu seakan-akan kenyataan. Ia tumbuh dari penguasaan materi dan belajar dari orang-orang sukses. Bila ingin sukses, bergabunglah dengan orang-orang yang sukses, minimal ketularan, motivasinya dalam  berusaha sederhana saja, kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa, pasti bisa !

Lucunya, dulu karena tinggal di tempat kumuh, sebagian orang belum mau menerima ajakannya, “Kalau kamu berhasil, baru saya mau ikut,” kata mereka. Namun setelah berhasil, Sunarno menagih janji. Mereka menjawab. “Lha iya, terang saja pak Narno, sekarang sudah berhasil kok. Jadi lagi-lagi saya yang disalahkan,” katanya sembari  tertawa kecil. “Itu soal mental. Semua itu kembali ke diri pribadi masing-masing” ujarnya lebih lanjut.

Bila teringat kehidupan masa lalu, Sunarno masih diliputi rasa haru. Jadi ketika  dapat fasilitas rumah dari MLM, Sunarno sengaja memilih di Mojosongo, daerah yang ia huni dulu agar tidak lupa pada sejarah. Tapi bila dulu  orang meremehkannya, sekarang lain. “Kalau lingkungan butuh sesuatu, saya yang lebih dulu dimintai sumbangan, “ ujarnya.

Menurut Sunarno, kehidupan itu ibarat tiada gelombang yang indah tanpa menerjang karang. Banyak orang mendambakan hidup aman, damai, tentram, bahagia dan sejahtera. Hidup seperti ini ideal sekali. “Bagi saya hidup itu sederhana saja, minimal kita punya cita-cita, yaitu sukses dalam segala bidang. Tapi untuk itu diperlukan tindakan, rencana, tujuan, komitmen, keyakinan, mengenal diri, dan cinta. Itu semua  merupakan mata rantai yang tak terpisahkan”.

Sebelum berpisah, ia berpesan kepada rekan-rekan dalam jaringanya dan untuk semua orang pada umumnya agar tidak gampang menyerah, siap dikritik, semangat menyala- nyala, selalu berjuang, rela berkorban, dan berdoa. “Beranilah mengambil keputusan, karena keputusan itulah langkah awal untuk kesuksesan” pungkasnya.

Dari kisah hidup pak Sunarno ini kita bisa mendapat pelajaran yang berharga bahwa untuk meraih sesuatu yang kita harapkan kita harus terus berjuang untuk meraih apa yang kita inginkan dan bahwa kita harus juga mengingat roda kehidupan itu juga berputar.

Oleh Eep Khunaefi