![]() |
| Foto: Radar Semeru |
Maunya sih ambil singkong untuk begadang. Tapi kalau dapatnya dari nyuri yaw ajar saja kalau nggak dapat barokah. Al hasil, peserta begadangpun jadi kecewa berat.
Ceritanya begini. Saat itu Cong Kenek sedang melakukan tugasnya untuk mengabadikan prosesi syukuran yang ada di kecamatan candipuro. Saat itu, Cong Kenek datang bersama-sama dengan Mat Tasan teman karibnya.
Acara syukuran yang diadakan masyarakat setiap tahunya itu, mengarak keliling kampong hasil panen dari sawah mereka masing-masing. Yang diarak itu merupakan hasil bumi warga. Salah satunya singkong.
Cong Kenek asal desa bades kecamatan pasirian ini sudah ngiler-ngiler melihat singkong yang juga diarak oleh warga. Besar-besar dan menggairahkan. “ waduh, iku pohong enak koyok e ndeh,” kata Cong Kenek. “ iyo enak, opo maneg dibakar enak gae cangkruk an,” kata Mat Tasan menanggapi pertanyan Cong Kenek. “ piye yo? Opo oleh aku njalok neng pak honge,” Tanya Cong Kenek. “yo gak iso cong, iku maringene dadi rabutane warga. Lek gak melu ngerebut gak iro keduman,” kata Mat Tasan.
Cong Kenek yang lagi ngidam singkong memberanikan diri untuk bertanya kepada petugas jaga untuk diambilkan singkong agar tidak direbut oleh warga yang mengikuti arak-arakan. Petugas itupun mengiakan apa yang diminta Cong Kenek. Namun, namanya juga Cong Kenek tidak mudah percaya dengan pernyataan petugas tersebut. Sembunyi-sembunyi saat mengambil gambar, dia ambil dan selipkan singkong ke dalam ransenlnya.
Tentu hal itu membuat Mat Tasan bertanya heran. “ loh, laopo kowe cong,:?”Tanya Mat Nganu. “ uwes ta meneng, iki ape tak gawe begadang bek rek arek dek omah,” jawab Cong Kenek. “ lek gak ngene, nko gak keduman,” tambahnyaa.
Hingga, akhirnya tas ransel yang dimiliki Cong Kenek penuh dengan singkong yang diambilnya secara sembunyi-sembunyi tersebut. Ketika acara arak-arakan hasil bumi sudah selesai, Cong Kenek mengajak Mat Tasan untuk bergabung dalam acara bakar-bakar singkong nanti malam di rumahnya.
“awakmu engkok nang umah yo,aku wes ngundang konco-konco gae cangkrok mbek bakar-bakar singkong,” kata Cong Kenek mengajak sahabat karibnya itu. Dengan singkatnya Mat Tasan mengiakan permintaan itu.
Akhirnya sampai juga pada acara bakar-bakar singkong hasil buruan Cong Kenek tadi siang. Via telpon Cong Kenek kembali mengingatkan Mat Tasan untuk datang ke rumahnya. “ haloo, ada perintah??” Kata Mat Tasan menjawab telpon Cong Kenek. “ perintah-perintah gundulmu iku, ayo neng umah wes, di enteni konco-konco iki,”timbal Cong Kenek. “siap komandan, merapat,” jawabnya dan langsungmenutup telponya.
Dengan antusiasnya, Cong Kenek mengajak puluhan temannya untuk menikmati singkong yang diperolehnya. “ oleh teko endi pohong iki cong,” Tanya Mat Nganu teman Cong Kenek. “uwes gak usah kakean takon, ayo genine di uripi,” jawab Cong Kenek.
Setelah semua siap, barulah singkong itu dimasukan ke bara api. Ngalor-ngidul pebincangan mereka, dan akhirnya sampai pada pembahasan singkong yang Cong Kenek dapatkan.”uwes ta rek, iki rejeki ojok ditolak,” kata Cong Kenek. “alah rejeki opo wong jepek singit-singitan ngunu,” timbal Mat Tasan yang saat itu sudah berada di lokasi.
“Wes-wes , ra usah dibahas. Iku koyok wes mateng pohonge ayok disikat,” kata Cong Kenek mengalihkan pembicaraan. Lantas semua mendekat ke bara api, dan mengambil singkong yang sudah matang itu satu persatu. Sehingga, semua temannya mendapatkan satu jatah singkong untuk begadang nanti malam.
Pertama kali yang mencobanya adalah Cong Kenek. Dia tahu terlebih dahulu jika singkong yang dibawanya itu memiliki rasa pahit. Namun dia biarkan, dengan alas an teman-temannya juga ikut merasakan. “ weh, pait cong. Pohong opo iki,” Tanya Mat Nganu. Cong Kenek hanya diam, mau tertawa waktunya belum tepat. Alhasil, Cong Kenek hanya menarik alisnya ke atas dan mulutnya menganga. Seolah-olah tidak mendengar apa yang temannya tanyakan itu.
“ wes –wes rek, iki aku saksi matane iki, gak barokah iki pohong mangkane dadi pait ngene,” kata Mat Tasan menjawab kegaluan teman-temannya. Cong Kenek hanya cengar-cengir.

Posting Komentar