Dapat Nyamkranyam Karena Lupa Hari Ultah Selingkuhan

Foto: cong kenek
Siapa gak jengkel tujuh turunan jika pada hari ulang tahunnya sang pujaan hati lupa. Sudah kadung janjinya muluk-muluk kemarinnya, eh saat tiba waktunya hanya ngomong ngalor ngidul di telepon. Pantas selingkuhan kek gini di nyamkranyam
Sebagai lelaki tangguh, Cong Kenek beranggapan pantang jika punya satu pujaan hati. Apalagi jika cuma satu istri. Sebab, dia berdalih, kuota cinta kasihnya akan tumpahtumpah jika hanya dikucurkan pada satu perempuan saja. Tak heran jika kemana-mana, dia selalu sombong. Sesumbar kesana-kemari. Tak peduuli anak kyai, maupun anak preman. Asal kinyis-kinyis, langsung dirayu sampai njungkel-njungkel. Nah, suatu ketika, salah seorang janda beranak dua yang bernama Yu Tub asal Rowokangkung berhasil dia embat. Setelah pendekatan rampung, juga tahu jika Cong Kenek sudah beristri, Yu Tub akhirnya menerima pinangan sebagai madu dari Cong Kenek. “Kari kapan aku dilamar wes mas-mas,” katanya menantang. “Sik-sik-sik, iku urusan keri. Sing penting diantara kita wes saling memahami ae disek sayang,” rayunya. Keduanyapun mulai menjalin hubungan asmara. Setiap hari Cong Kenek menelepon Yu Tub.
Sebaliknya juga demikian. Bahkan, Cong Kenek sering membelikan barang-barang untuk Yu Tub dan kedua anaknya. Tak cuma itu, Cong Kenek berjanji disaat hari istimewanya Yu Tub akan mengajak keluarganya berlibur ke luar negeri. “Nanti semisal ulang tahunmu sayang, kita akan liburan kemana yang sayang suka. Aku janji, ajak anak-anak juga gapapa,” katanya sesumbar. Suatu ketika, diakhir pekan, Cong Kenek menerima telepon dari Yu Tub dengan gaya yang gak biasa. “Maaas, aku kangen, gak btau ya ini hari apa kok aku kangen banget,” katanya manja. “Aduh, biasa ae tah sayang. Koyok arek ABG ae. Iling awak dewe wes tuwek. Iki mesti ujung-ujunge njaluk ndang dilamar iki,” sambung Cong Kenek menyindir. Yu Tub hanya merengut dan merespon geleng-geleng. Siang harinya, kembali Yu Tub menelepon Cong Kenek. Dengan gayanya yang manja tetapi tidak menunjukkan maksud dan tujuannya. “Sik tah sayang, enek opo iki kok serius banget Manjanya. Njaluk diajak hoho hihe tah?,” tanya Cong Kenek.
“Ngawur ae,” jawabnya. Lagi-lagi Yu Tub tak menjawab dengan jelas. Dia hanya menunjukkan jawaban dengan intonasi kecewa. Mukanya masam, merengut dan kembali lagi dia menunjukkan kekecewaan atas pertanyaan Cong Kenek yang sama sekali tak mengarah dengan yang ada dalam pikirannya. “Yaudah deh, sori ganggu. Assalamualaikum,” tutupnya melalui sambungan telepon. Menjelang malam menyelimuti senja, Yu Tub kembali melakukan hal yang sama. Malah dia menujukkan ekspresi yang begitu kecewanya. Sebab, Cong Kenek tak begitu nyambung dengan gayanya. Malah Yu Tub merasa tak dihiraukan lagi. Terasanya menyela kesibukan Cong Kenek. Karena sudah kadung muntab, akhirnya Yu Tub mengirimkan foto pada jejaring sosial milik Cong Kenek. Foto yang dikirim adalah ketika dia meniup lilin ulang tahun bersama teman-temannya. Dibawah foto itu, diberi satu kalimat caption. “Ternyata teman-temanku lebih sayang padaku dari yang lainnya,” tulisnya singkat. Mendapat kiriman itu, Cong Kenek langsung njingkat-njingkat. “Adduh, Masyaallah, saiki kan bener ulang tahune Yu Tub. Adduh, matek aku lek ngeneeeh,” sambatnya.
 “Pantesan ket isuk telepon aneh. Asline koyoke ape omong tapi aku sing lali. Addduh piye iki,” batinnya. Spontan dia langsung menghubungi Yu Tub. “Halo sayaang, aku sdauh tahu. Nanti kuberi kejutan kok sayang, tenang saja,” rayunya. Bukannya luluh, namun Yu Tub yang sudah tahu tidak akan ada apa-apa pada hari ulang tahunnya semakin muntab. “Wes ndak usah kakean cangkem mas. Aku wes ngerti sampean sibuk. Gak sempat iling ulang tahunku. Saiki ngeneh ae wes, ben aku karo konco-koncoku bahagia, rausah ngegombal mukidi sampean mas, ndak ape berharap maneh aku mas. Tiwas nggarai merongkol neng ati iki,” ucapnya ngeranyamngeranyam. Dicecar dengan maki-makian itu membuat Cong Kenek tak bisa berkutik. “Sabar sayang, ini sudah ikubungkuskan kadonya kok,” katanya. “Wes aku ora percoyo. Aku ngerti sampean saiki neng endi. Sampean neng daerah Candipuro seh.

Ngurus kerjoan seh. Siktas koncoku telepon. Dadi rausah kakean cangkem. Aku ape turu ae, wes kesel ngerayakno ultah karo konco-konco ket mau isuk. Gak ape berharap diajak neng luar negeri aku wes. Wes mas, asslamualaikum,” tutup Yu Tub. Cong Kenek melongo mendengar jawaban dan sikap tegas Yu Tub. Dia yang berada di dalam kendaraan terpontal-pontal mencari kado untuk diberikan pada selingkuhannya itu. Namun sayang, semua tak berhasil dia dapatkan. Karena waktunya sudah malam dan banyak toko tutup. “Wes apes temen aku. Kok iso aku iki lali ultahe selingkuhanku. Lek ngeneh carane rasane kudu bunu diri aku,” batinnya melas dan meratapi nasibnya di pinggir jalan.