Kadis Tata Air DKI: Anies Pintar Berteori Tapi Tidak di Praktek Lapangan

Anies Baswedan dikritik soal sumur resapan
Anies Baswedan dikritik soal sumur resapan. (viva.co.id)
ngawicybers.blogspot.com. Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan mengklaim mampu mengatasi banjir lebih cepat dibandingkan petahana Basuki Tjahaja Purnama. Dia memiliki ide menciptakan 'drainase vertikal' atau memperbanyak sumur resapan karena cara tersebut efektif untuk mengurangi intensitas limpahan air dari sungai.

Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta, Teguh Hendrawan menjelaskan, ide untuk membuat sumur resapan sebenarnya telah dilakukan semenjak era Joko Widodo. Namun, dia mengingatkan, terkadang apa yang namanya teori tidak selalu mudah diterapkan di lapangan.

"Namanya orang boleh saja berteori, berpikiran. Tapi terkadangkan enggak semudah yang dibayangkan. Teori boleh tapi praktik di lapangan kan kadang enggak gampang. Kalau dikatakan masalah dengan turunnya hujan maupun saluran air yang kita mau, kita udah bikin yang namanya sumur artesis, kita bikin yang namanya sumur resapan," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (17/2), seperti diberitakan Merdeka.com.

Dia mengungkapkan, Pemprov DKI Jakarta juga telah membuat aturan di mana harus membuat sumur resapan saat akan membangun gedung atau semacamnya. Namun ternyata tidak semua tanah dapat dijadikan daerah resapan.

"Tidak semua wilayah itu bisa dibuatkan sumur resapan, karena terkadang seperti di wilayah utara, karena jenis tanahnya lempung sehingga tidak bisa menyerap air. Karena beda kan yang namanya tanah merah dan tanah lempung, air itu kan ada yang bisa terserap, tapi ada juga yang tidak, jadi ngambang," jelasnya.

Teguh menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pemetaan mengenai kawasan mana-mana saja yang dapat dibangun sumur resapan.

Sebelumnya, Anies mengatakan, mengatasi banjir di Jakarta harus melibatkan semua pihak. Anies menegaskan, dirinya dan Sandi telah memiliki konsep agar Jakarta terbebas dari banjir. Yakni aliran air tidak harus semuanya langsung dibuang ke laut tetapi ada sebagian yang diserap ke dalam tanah.

"Kami memang pada akhirnya air itu harus menggunakan vertical drainase jangan selalu horizontal drainase. Artinya dialirkan ke laut saja enggak cukup, harus tetap dimasukkan ke bumi dan bumi kita di Jakarta membutuhkan air," jelas Anies.

"Karena itu pedekatan ke depan adalah vertikal drainase bukan horizontal. dengan cara seperti itu harapannya volume air yang dialirkan ke sungai itu bisa berkurang karena air-air itu sudah masuk dulu ke dalam tanah sebelum dikirimkan ke sungai," tambahnya.

Diakui Anies, di sisi lain, pengerukan dan pembuatan tanggul memang dianggap penting.

"Tentu kalau untuk yang dari hulu itu tanggul kita tambah di tempat-tempat seperti itu ditambah untuk bisa menampung ketika volume air besar itu untuk diperlukan. Di banyak tempat memang harus diperlukan itu pengerukan ya," tandasnya.