Kita semua tahu bahwa makanan yang mengandung lemak tinggi bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh. Tapi penelitian yang baru-baru ini dilakukan psikiater dan ahli nutrisi di Spanyol mengungkapkan, lemak berlebih tidak hanya berbahaya secara fisik, tapi juga berpengaruh pada kesehatan mental.
Dikutip dari geniusbeauty, studi yang diterbitkan di jurnal Science tersebut melibatkan 1200 orang. Setelah penelitian selama enam tahun, ditemukan bahwa makanan yang tinggi kandungan lemak berpotensi meningkatkan risiko depresi.
Di awal penelitian, kondisi kesehatan mental para responden diperiksa, dan tidak ditemukan adanya ketidaknormalan secara psikis. Peneliti lalu mulai memberikan mereka produk makanan yang mengandung lemak-trans. Jenis lemak ini biasa terdapat dalam makanan cepat saji, gorengan dan beberapa makanan dalam kemasan.
Selama enam tahun, tubuh responden menerima asupan lemak jenuh, dan para peneliti melakukan observasi terhadap kondisi psikologis mereka yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, berat badan dan kebiasaan buruk.
Hasilnya, 650 responden mengalami depresi selama enam tahun masa penelitian. Menurut data, grup ini mengonsumsi lemak berbahaya dalam jumlah besar.
Hal ini membentuk kesimpulan bahwa para pecinta 'junk food' kemungkinan menghadapi risiko terkena depresi 42 persen lebih besar.
Jadi, sebaiknya hindari konsumsi lemak berlebih dari makanan cepat saji. Memasak makanan sendiri mungkin perlu waktu dan tenaga, tapi dengan cara ini, Anda mengurangi risiko berbagai jenis gangguan kesehatan.
(hst/hst)
Dikutip dari geniusbeauty, studi yang diterbitkan di jurnal Science tersebut melibatkan 1200 orang. Setelah penelitian selama enam tahun, ditemukan bahwa makanan yang tinggi kandungan lemak berpotensi meningkatkan risiko depresi.
Di awal penelitian, kondisi kesehatan mental para responden diperiksa, dan tidak ditemukan adanya ketidaknormalan secara psikis. Peneliti lalu mulai memberikan mereka produk makanan yang mengandung lemak-trans. Jenis lemak ini biasa terdapat dalam makanan cepat saji, gorengan dan beberapa makanan dalam kemasan.
Selama enam tahun, tubuh responden menerima asupan lemak jenuh, dan para peneliti melakukan observasi terhadap kondisi psikologis mereka yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, berat badan dan kebiasaan buruk.
Hasilnya, 650 responden mengalami depresi selama enam tahun masa penelitian. Menurut data, grup ini mengonsumsi lemak berbahaya dalam jumlah besar.
Hal ini membentuk kesimpulan bahwa para pecinta 'junk food' kemungkinan menghadapi risiko terkena depresi 42 persen lebih besar.
Jadi, sebaiknya hindari konsumsi lemak berlebih dari makanan cepat saji. Memasak makanan sendiri mungkin perlu waktu dan tenaga, tapi dengan cara ini, Anda mengurangi risiko berbagai jenis gangguan kesehatan.
(hst/hst)
Posting Komentar