Kisah Abdullah Ibnu Ummi Maktum

Dunia Nabi ~ Abdullah ibnu Ummi Maktum adalah seorang sahabat Rasulullah yang buta sejak ia kecil. Ia adalah anak dari bibi Khadijah binti Khuwailid yang bernama Atikah binti Abdullah.

Abdullah ibnu Ummi Maktum bukanlah seorang penyair yang hebat, bukan ahli perang, dan bukan juga seorang tokoh Quraisy terkenal. Ia hanyalah orang biasa yang tinggal di Mekkah.


Suatu ketika, Ibnu Ummi Maktum mendengar bahwa para budak dan mustadh’afin (kaum tertindas) di kota Mekkah datang ke rumah Al-Arqam bin Abi Arqam. Mereka pergi secara sembunyi-sembunyi. Di sana, mereka mendengarkan dakwah Rasulullah yang mengajarkan persamaan dan persaudaraan sesama manusia. Ibnu Ummi Maktum sungguh tertarik dengan hal itu.

Kemudian, Ibnu Ummi Maktum memutuskan untuk pergi ke Al-Arqam seorang diri. Ia mendengarkan dakwah Rasulullah. Setelah itu, terbukalah hati Ibnu Ummi Maktum. Ia pun merasa tenang dan damai setelah mendengar dakwah Rasulullah. Dengan penuh keyakinan, ia memeluk agama Islam.

Sekalipun ia seorang yang buta. Ibnu Ummi Maktum memiliki semangat yang tinggi dalam mempelajari ajaran Islam. Ia menggunakan pendengarannya yang tajam untuk menangkap ajaran Rasulullah. Ia juga sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan  kepada Rasulullah. Ia mendengarkan dakwah Rasulullah dengan saksama. Demikianlah, Abdullah ibnu Ummi Maktum mempelajari Islam dengan penuh keyakinan.

Pada suatu hari, Rasulullah sedang berdakwah kepada para pembesar Quraisy di  Mekkah. Di antara mereka terdapat Al-Abbas bin Abdul Muthalib, Umaiyah bin Khalaf, dan Utbah bin Rabiah. Mereka diminta untuk  menyembah Allah. Bila mereka memeluk agama Islam, Rasulullah berharap orang lain pun akan memeluk agama Islam.

Ketika Rasulullah sedang berdakwah, tiba-tiba datang seorang lelaki tua yang buta. Ia adalah Abdullah ibnu Ummi maktum. Ia berkata, “Ya Rasulullah, bacakan dan ajarkan Al-Qur’an kepadaku.”. Mendengar hal itu, Rasulullah mengerutkan wajahnya dan berpaling dari Abdullah. Kemudian,  Abdullah berkata, “Ya Rasulullah, Ajarkan kepadaku apa yang diajarkan Allah kepadamu.” Abdullah meminta hal tersebut berulang kali. Ia tidak mengetahui bahwa Rasulullah sedang berdakwah kepada  pembesar di Mekkah. Rasulullah merasa terganggu karena Abdullah memotong pembicaraannya. Rasulullah bermuka masam dan berpaling dari Abdullah.

Kemudian, Allah menurunkan wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk melayani semua orang yang ingin mempelajari Islam dengan baik. Kisah ini berkaitan dengan ayat 1 – 11 Surat Abasa. “Dia ( Muhammad )  bermuka  masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut  kepada (Allah), maka  kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.”

Setelah kejadian tersebut, Rasulullah selalu menyambut kedatangan Abdullah bin Ummi maktum dengan baik. Ia membentangkan serban sebagai tempat duduk Abdullah ibnu  Ummi  Maktum. Rasulullah  melakukannya sebagai tanda hormatnya, ia berkata. “Selamat datang kepada orang yang menyebabkan aku ditegur Allah, Apa keperluanmu?”

Demikianlah, kisah  yang terjadi  antara Abdullah ibnu Ummi  Maktum dengan Rasulullah. Sungguh, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.

Pada saat Rasulullah memerintahkan berhijrah ke Madinah, umat muslim pun berhijrah. Salah seorang di antaranya adalah Abdullah ibnu Ummi Maktum. Ia adalah salah seorang sahabat yang termasuk golongan awal berhijrah ke Madinah. Pada saat Rasulullah sampai di Madinnah, Abdullah ibnu Ummi Maktum berada di deretan kaum muslim yang menyambutnya.

Di Madinah, Abdullah ibnu Ummi Maktum selalu mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah. Ia mendengarkan segala ucapan Rasulullah yang penuh dengan hikmah. Saat melaksanakan shalat berjamaah, Abdullah ibnu Ummi Maktum selalu berdiri di belakang Rasulullah, Abdullah ibnu Ummi Maktum selalu mengikuti seluruh kegiatan Rasulullah saw.

Selain Bilal, Rasulullah juga sering meminta Abdullah ibnu Ummi Maktum untuk mengalunkan adzan. Adzan ibnu Ummi Maktum sungguh merdu. Apabila Bilal mengumandangkan adzan. Abdullah ibnu Ummi Maktum bertugas mengumandangkan iqamah.

Rasulullah saw, juga sering menunjuk Abdullah ibnu Ummi Maktum sebagai pengganti dirinya. Pada saat Rasulullah berperang, Abdullah memimpin kaum muslim shalat berjamah. Abdullah juga menjadi imam shalat jumat dan khatib shalat. Rasulullah mempercayakan semua itu kepada Abdullah ibnu Ummi Maktum.

Pada suatu ketika Allah menurunkan ayat 95 Surat An-Nisaa, “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan satu derajat kepada orang-orang yang duduk. Kepada masing-masing  mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. “Ketika itu, Abdullah ibnu Ummi Maktum merasa mendapat ladang baru untuk melaksanakan amal kebajikan. Kebutaannya tidak menghalangi dirinya untuk berjuang di medan perang. Ketika itu, Abdullah menjadi pembawa bendera perang pada pertempuran di Al- Qadisiyah. Ia berjuang dengan harapan memperoleh surga  di sisi  Allah Ta’ala.

Abdullah ibnu Ummi Maktum menghabiskan waktunya dengan beribadah atau berperang. Ia  selalu mengikuti-Nya kegiatan Raulullah. Sungguh, kekurangannya tidak menghalangi kecintaan dan keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Oleh Sugiasih, S.Si.