Dunia Nabi ~ Abdullah bin Ubay adalah salah seorang munafik di Madinah, ia adalah pimpinan pemerintahan suku Aus dan Khazraj di Madinah. Abdullah memiliki anak yang bernama Habbab.
Saat ajaran Islam berkembang di Madinah, banyak penduduk Madinah yang mememluk agama Islam, sebenarnya Abdullah sama sekali tidak berkeinginan untuk beriman kepada Allah. Namun, ia tidak ingin disingkirkan oleh rakyatnya. Oleh karena itu, ia terpaksa untuk memeluk agama Islam.
Berbeda dengan bapaknya, Habbab yang memeluk agama Islam dengan ikhlas. Habbab sangat menyayangkan sikap bapaknya yang berpura-pura masuk agama Islam. Setelah beberapa lama, Habbab keluar dari rumah dan tidak tinggal bersama dengan bapaknya. Habbab menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pada suatu masa, Rasulullah menyeru kaum muslim untuk berjihad pada Perang Badar. Habbab ikut serta berjuang bersama Rasulullah. Abdullah, bapak Habbab, juga turut serta dalam peperangan tersebut. Namun tujuannya berperang berbeda dengan kaum muslim lainnya. Abdullah ikut serta berperang karena ingin memperoleh harta rampasan dari perang.
Ketika itu, perang Badar telah berakhir, Kaum Anshar dan kaum Muhajirin berselisih paham, mereka memperebutkan air dalam suatu telaga, saat terjadi perselisihan tersebut, Abdullah mengadu domba kedua belah pihak. Kepada kaum Muhajirin, ia berkata, “Kedatangan kalian telah menyempitkan negeri kami. Untuk hal sekecil ini, kalian tidak mau mengalah.”
Kemudian, ia juga mendatangi kaum Anshar, lalu ia berkata, “Sekarang kita harus berbagi harta dengan mereka. Seandainya saja dahulu kalian tidak menerima mereka. Tentu hal ini tidak akan terjadi”.
Peristiwa itu telah diketahui oleh Rasulullah, Oleh karena itu, Rasulullah memerintahkan kepada seluruh pasukan muslim untuk kembali ke Madinah. Sesampai di Madinah, Rasulullah menanyakan kebenaran perkataan itu kepada Abdullah. Di hadapan Rasulullah, Abdullah mengingkari seluruh perkataannya. Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah tentang hal yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar ayat tersebut, Habbab menemui Rasulullah. Habbab menangis tersedu-sedu lalu berkata, “Wahai Rasulullah Jika engkau memerintahkan kepadaku untuk membunuh ayahku, aku akan melaksanakannya. Jika engkau menyuruh orang lain membunuh ayahku, aku akan membalas atas kematian ayahku. Hingga akhirnya, aku berdosa karena membunuh seorang muslim dan aku akan masuk neraka.” Rasulullah pun merasa kasihan dengan Habbab. Ia berkata, “Aku tidak akan memerintahkan agar ayahmu dibunuh. Aku tetap berteman dengannya”.
Demikianlah, orang-orang munafik melakukan tipu daya. Allah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman. Padahal Allah telah menyiapkan neraka untuk mereka sebagai balasan atas tipu daya mereka. Kisah ini berkaitan dengan ayat 142 Surat An- Nisaa. “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.” (Surat An-Nisaa ayat 142) Maksudnya, mereka hanya melaksanakan shalat sekali-sekali saja, yaitu pada saat berada dihadapan orang lain.
Oleh Sugiasih, S.Si.
Posting Komentar