Pada awalnya, Abu Lukluah beragama majusi yang menyembah api. Kemudian, ia mengabdi kepada orang Romawi yang beragama Kristen. Saat itulah, ia berpindah agama dari Majusi ke Kristen. Setelah beberapa lama, ia dijual kepada Mughirah di Mesopotamia. Saat Mughirah kembali ke Madinah, ia membawa serta Abu Lukluah. Sejak itu, Abu Lukluah tinggal di Madinah.
Pada suatu ketika, Abu Lukluah datang menemui Khalifah Umar bin Khattab. Ia mengadukan majikannya, Mughirah. Menurutnya, Mughirah telah berbuat sewenang-wenang terhadap dirinya. Mughirah memaksanya untuk memberikan uang sebesar dua dirham setiap harinya, padahal penghasilannya kurang dari tiga dirham setiap harinya. Sekalipun berat, Abu Lukluah tetap memberikan uang kepada Mughirah selama beberapa hari. Abu Lukluah juga menceritakan bahwa dirinya telah meminta Mughirah agar jumlah uang yang harus disetor diturunkan. Namun, Mughirah menolaknya, Abu Lukluah menjadi marah dan timbul pertengkaran diantara keduanya.
Setelah mendengar pengaduan Abu Lukluah, Umar bin Khattab meminta Abu Lukluah datang kembali menemui dirinya pada esok hari waktu shalat dhuha. Sementara itu, Umar bin Khattab juga hendak memanggil Mughirah pada waktu yang sama. Dengan demikian, keduanya dapat dipertemukan untuk menyelesaikan permasalahan mereka.
Pada esok hari saat shalat subuh, Umar bin Khattab menjadi imam shalat berjamaah di masjid. Saat itulah, Abu Lukluah datang ke masjid. Ia menyelinap di antara kaum muslim yang shalat. Ia datang jauh sebelum waktu yang disepakati. Ternyata, ia memiliki maksud buruk. Saat Umar bin Khattab menjadi imam shalat, Abu Lukluah menusuk perutnya dengan menggunakan pisau. Umar pun terjatuh. Ia menahan rasa sakitnya dan meminta Abdurrahman bin Auf yang berada didekatnya untuk menggantikannya sebagai imam. Abdurrahman bin Auf pun segera memimpin shalat.
Ketika Umar terjatuh, rakaat kedua shalat subuh sudah hampir selesai. Dengan demikian, shalat subuh pun segera selesai. Setelah selesai, Abdurrahman bin Auf segera mendekati Umar bin Khattab. Ketika mengetahui, Khalifah Umar terluka dan darah yang mengalir di lantai, ia berteriak. “Tangkap pembunuh itu! Tangkap pembunuh khalifah!”. Orang-orang menjadi panik. Setelah beberapa saat, mereka baru mengejar pembunuh itu. Abdurrahman bin Auf dan beberapa orang memberikan perawatan darurat kepada Khalifah Umar.
Setelah beberapa lama, orang-orang yang mengejar Abu Lukluah kembali ke masjid. Mereka melapor kepada Abdurrahman bin Auf bahwa orang yang telah menusuk Umar bin Khattab telah mati karena bunuh diri.
Kejadian itu tidak hanya melukai Khalifah Umar, tetapi juga melukai belasan orang jamaah, Oleh karena itu, orang-orang pun membagi tugas. Sebagian orang merawat jamaah yang terluka. Sebagian yang lain mengadakan penyelidikan atas peristiwa subuh itu.
Tidak lama kemudian, Khalifah Umar bin Khattab tersadar dari pingsannya. Saat itu, ia menanyakan orang yang telah menusuknya. Ketika mengetahui yang menusuknya adalah Abu Lukluah, ia mengucapkan, “Alhamdulillahi rabbi alamiin, orang yang berusaha membunuhku bukan seorang muslim.” Ternyata, pengaduan Abu Lukluah kepada Umar bin Khattab itu hanyalah tipu daya. Rupanya, ia hanya ingin menyelidiki saja.
Setelah empat hari, keadaan Umar semakin parah. Kemudian, Umar memanggil enam sahabat, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Khuwailid, Saad bin Abu Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Abdurrahman bin Auf. Para sahabat itu diminta agar salah seorang di antara mereka bersedia menjadi penggantinya. Setelah itu, Umar meminta agar Aisyah didatangkan kehadapannya. Saat Aisyah berada di depannya, Umar meminta ijin agar dirinya dapat dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulullah. Semua permintaan Umar dipenuhi.
Setelah itu, Umar bin Khattab wafat pada usia 63 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 16 Zulhijah tahun 23 Hijriah. Ia dimakamkan di dekat makam Rasulullah.
Demikianlah, sang pemimpin yang adil dan bijaksana mati syahid.
Oleh Sugiasih, S.Si.
Posting Komentar