Dunia Nabi ~ Abdullah bin Hudzaifah adalah seorang sahabat Rasulullah yang berani berjuang di jalan Allah, ia juga senantiasa melaksanakan perintah Rasulullah.
Pada tahun ke enam Hijrah, Rasulullah hendak berdakwah di luar wilayah Jazirah Arab. Hal itu dilaksanakan dengan mengirimkan surat kepada kerajaan. Isi surat itu adalah ajakan untuk memeluk agama Islam. Ketika itu, Rasulullah mengutus enam orang sahabat untuk menyampaikan surat-surat tersebut. Salah satunya Abdullah bin Hudzaifah.
Tugas itu merupakan yang berat, Abdullah bin Hudzaifah dan para sahabat yang lain tidak mengenal wilayah yang dituju, termasuk bentang lahan dan adat istiadatnya. Mereka juga harus menempuh perjalan yang jauh dan melelahkan. Namun, Abdullah bin Hudzaifah dan para sahabat yang lain melaksanakannya dengan penuh keikhlasan.
Abdullah bin Hudzaifah mendapat tugas untuk menyampaikan surat kepada Raja Persia yang bernama Kisra. Ia menuruni gunung dan melewati padang pasir selama berhari-hari.
Ketika sampai di istana Raja Kisra, Abdullah bin Hudzaifah ditemui oleh penjaga. Ia menyampaikan maksud kedatangannya dan menunjukkan surat yang dibawanya. Tidak lama kemudian, informasi kedatangan Abdullah bin Hudzaifah sampai ditelinga Raja Kisra. Kemudian, Raja Kisra mengundang para pembesar kerajaan untuk melakukan pertemuan di istana. Setelah semua pembesar kerajaan telah hadir. Abdullah bin Hudzaifah dipersilakan masuk ke dalam istana.
Ketika ia sedang menghadap kepada Raja Kisra. Abdullah bin Hudzaifah mengatakan maksud kedatangannya. Ia pun memberikan surat itu langsung kepada Raja kisra, setelah menerima surat, Raja Kisra meminta penerjemah untuk membacakannya. Penerjemah baru membacakan pembukaannya, tetapi Raja Kisra sudah sangat marah. Raja Kisra merebut surat itu dan menyobek-nyobeknya, ternyata Raja Kisra marah karena namanya ditulis setelah nama Nabi Muhammad.
Kemudian, Raja Kisra memerintahkan agar Abdullah bin Hudzaifah dikeluarkan dari dalam istana. Saat itu, Hudzaifah tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada dirinya. Ada dua kemungkinan, yaitu dibunuh atau dibebaskan. Namun, Abdullah bin Hudzaifah tidak terlalu merisaukannya. Ia hanya dapat berserah diri kepada Allah. Setelah sampai di luar istana, ia segera meninggalkan istana dengan menunggang kudanya.
Setelah beberapa waktu, Raja Kisra memeringahkan agar Abdullah bin Hudzaifah di bawa ke dalam istana. Namun para pengawal tidak menemukannya, mereka segera mengejar Abdullah bin Hudzaifah, tetapi tidak berhasil.
Ketika sampai di Madinah, Abdullah bin Hudzaifah segera menghadap kepada Rasulullah, lalu ia menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya. Kemudian Rasulullah berkata, “Semoga Allah menghancurkan kerajaannya”.
Abdullah bin Hudzaifah Di Tawan Oleh Kaisar Heraclius
Pada suatu masa, pasukan muslim hendak melakukan penaklukan wilayah Syams. Sebagian pasukan muslim bertugas untuk menyerang pasukan Romawi yang berada di Kaisaria, Palestina. Pasukan muslim itu dipimpin oleh Abdullah bin Hudzaifah.
Dalam pertempuran itu, pasukan muslim tidak berhasil mengalahkan pasukan Romawi. Bahkan, Abdullah bin Hudzaifah dan beberapa tentara muslim ditawan oleh pasukan Romawi. Mereka dibawa untuk menghadap Kaisar Heraclius. Pada saat itulah, Kaisar Heraclius merasa mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendamnya kepada kaum muslim.
Pada awalnya, Kaisar Heraclius hendak menguji iman Abdullah. Ia menjanjikan sesuatu yang menggiurkan kepada Abdullah bin Hudzaifah. Pertama Kaisar Heraclius menjanjikan pemberian harta benda jika Abdullah bersedia pindah ke dalam agama Nasrani. Tawaran itu ditolak oleh Abdullah. Kemudian Kaisar Heraclius menawarkan putrinya untuk dinikahi oleh Abdullah jika ia mau memeluk agama Nasrani. Tawaran ini juga ditolak oleh Abdullah. Setelah itu, Kaisar Heraclius menawarkan sebagian kekuasaannya kepada Abdullah jika bersedia pindah ke dalam agama Nasrani. Sekali lagi Abdullah menolak tawaran Kaisar Heraclius. Kemudian, Kaisar kembali memberi tawaran. Kali ini tawarannya sangat menggoda, yaitu setengah kerajaannya. Meskipun demikian, Abdullah tetap menolaknya. Ia berkata, “Seandainya engkau hendak memberikan semua yang engkau miliki dan semua yang dimiliki oleh orang-orang Arab, aku tidak akan pernah meninggalkan agama Nabi Muhammad.
Karena gagal, Kaisar Heraclius hendak menerapkan cara lain, yaitu dengan cara penyiksaan. Kaisar Heraclius mengancam hendak membunuh Abdullah. Perkataan Kaisar Heraclius sama sekali tidak mempengaruhi Abdullah. Abdullah pun mempersilakan Heraclius untuk membunuhnya. Kemudian, Kaisar Heraclius memerintahkan agar Abdullah dimasukkan ke dalam penjara tanpa makanan dan minuman selama tiga hari. Setelah tiga hari itu, Abdullah diberi hidangan berupa daging babi dan minuman keras. Meskipun telah tiga hari tidak makan, Abdullah tetap tidak mau memakan daging babi ataupun minuman keras. Kali ini Kaisar Heraclius kembali gagal.
Kemudian, Kaisar Heraclius menerapkan cara lain. Ia memerintahkan pelayannya untuk memasak air dalam ketel raksasa. Setelah air yang mendidih, seketika itu, tubuh tawanan itu segera hancur dan dagingnya terlepas dari tulang. Semua itu disaksikan oleh Abdullah. Kemudian, Kaisar Heraclius memerintahkan agar Abdullah di masukkan ke dalam ketel yang mendidih, saat itulah, Abdullah menangis. Kaisar Heraclius tampak senang. Ia mengira Abdullah menangis karena takut mati. Setelah ditanyakan, jawabannya sangat mengejutkan Kaisar Heraclius. Ternyata Abdullah menangis bukan karena takut mati. Ia menangis karena ia hanya memiliki satu nyawa. Seandainya saja, memiliki nyawa sejumlah rambut di kepalanya, pasti ia akan menggunakannya untuk berjuang di jalan Allah. Sekali lagi Kaisar Romawi merasa gagal.
Kaisar Heraclius mulai putus asa, kemudian ia meminta Abdullah untuk mencium keningnya. Ia akan membebaskan Abdullah, jika Abdullah bersedia melakukannya. Kali ini Abdullah menyanggupinya dengan syarat Kaisar Heraclius membebaskan seluruh tawanan muslim yang jumlahnya mencapai lebih dari tiga ratus orang. Setelah Kaisar Heraclius menerima persyaratan tersebut, Abdullah mencium kening Kaisar Heraclius.
Kemudian, Abdullah dan sahabat-sahabat lainnya kembali ke Madinah. Ia menceritakan kejadian itu kepada Khalifah Umar Bin Khattab dan sahabat-sahabat di Madinah. Beberapa sahabat keberatan dangan keputusan Abdullah yang bersedia mencium kening Kaisar Heraclius. Namun, sebagian sahabat, termasuk Khalifah Umar bin Khattab tidak mempersalahkan hal itu. Mereka melihat hal itu sebagai sesuatu yang setimpal dengan jumlah tawanan muslim yang dibebaskan.
Oleh Sugiasih, S.Si.
Posting Komentar