Analisis Amatir Sungai Segah di Berau yang Tercemar dan Menyebabkan Ikan di Sungai Tersebut Mati

Salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan ilmu kimia  ialah mengenai isu lingkungan seperti Dampak Efek Rumah Kaca dan Pencemaran Sungai Segah. Ilmu kimia sangat diperlukan untuk menjaga lingkungan tetap aman dan sesuai sebagai tempat tinggal Manusia.

Beberapa minggu lalu aku mendapat kabar dari Umiku kalau dia habis beli ikan dengan harga yang sangat murah. Setelah di goreng, beberapa saat kemudian minyak goreng bekas memasak ikan itu berwarna hijau (ketika sudah dingin). Karena naluri ibuk-ibuk yang dapat ikan murah langsung main makan aja, akhirnya habislah ikan murahan itu.

Sungai Segah Tercemar

Ternyata air sungai di Berau (read: Sungai Segah) berwarna hijau dan belang-belang dan ikan di sungai matian. Dengan ciri-ciri itu, sudah jelas kalau terjadi pencemaran di Sungai Segah dan ini dalam kondisi yang sangat parah. Kenapa kukatakan sangat parah? Karena volume air yang mengalir di Sungai Segah itu sangat-sangat besar. Kapal penumpang dan kapal-kapal barang bahkan empat kapal Tongkang Batubara bisa melintasi sungai tersebut. Terbayang kan seberapa besarnya itu?

Setelah mendengar kabar itu, aku langsung larang Umi buat konsumsi ikan murahan itu. Menurutku memakan ikan yang telah terkena limbah itu sangat riskan dan berbahaya.

Tidak perlu ikan yang mati atau mabok karena limbah, ikan yang terkena limbah Hg saja itu berbahaya, padahal ikan tidak akan mati atau mabok ketika terkena Hg, mereka bisa hidup seperti biasa, tetapi kandungan Hg akan tetap ada dalam tubuhnya. Kemudian ketika manusia mengkonsumsinya, terjadilah musibah minamata.

Aku mengonfirmasi kabar ini ke temanku. Banyak sekali kabar yang beredar, ada yang bilang buaya di sungai juga terkapar tak berdaya (walaupun aku nggak percaya sih), ada yang bilang juga kalau itu terjadi karena kemarau panjang yang diikuti dengan hujan tiba-tiba (aku juga nggak percaya omong kosong macam ini), ada lagi yang dapat kabar burung bahwa kapal pembawa tawas tenggelam (kabar sesat macam apa ini?). Dan informasi yang sudah shahih ialah Ikan-ikan di sungai matian dan warna air sungai berubah menjadi Hijau belang-belang.

Untuk kabar pertama tentang sungai tercemar hingga buaya terkapar itu aku tertarik ingin lihat fotonya. Kalau saja benar, berarti mengerikan sekali limbahnya. Tetapi pada dasarnya, buaya tidak aakn mati semudah itu, buaya adalah makhluk tertua, yang bahkan hidup sejak zaman dinosaurus, tidak akan mungkin mati dengan begitu mudahnya.

Analisis Ahli Lingkungan

Kabar kedua ini katanya analisis dari seorang ahli lingkungan. Bahwasanya kalau terjadi kemarau panjang, kemudian hujan tiba-tiba, akan ada genangan air yang isinya mikroorganisme, kemudian ketika hujan deras, genangan ini tumpah ke sungai dan menurunkan BOD sungai sehingga ikan kehabisan Oksigen dan terkapar mati. *Just to make it looks true* Di klarifikasi kalau mikroorganismenya berwarna hijau.

Ada tiga keanehan yang aku tangkap disini. Yang pertama ialah kemarau panjang kemudian langsung hujan deras bukanlah fenomena yang baru di Kalimantan, khususnya di berau. Itu terjadi hampir setiap tahunnya, sementara fenomena ikan sungai matian ini ialah yang pertama kali.  Jadi jika analisisnya benar maka seharusnya kejadian ini berulang setiap tahunnya donk? Tapi nyatanya nggak. Kemudian yang kedua, kalau mikroorganisme berwarna hijau (umumnya ganggang) itu menghabiskan BOD (Bio Oxygen Demand) , maka mikroorganisme ini akan mampu bercampur dengan air sungai. Jadi warna sungai harusnya hijau total, atau hijau muda, tidak akan berbelang-belang. Ketiga, kalau benar ini hanya masalah kadar BOD yang menurun maka ikan tidak keracunan, ikan hanya mengalami masalah bernafas. Setelah digoreng ikan tidak akan membuat minyak menjadi warna hijau. Kenyataanya, warna minyak makan berubah menjadi hijau.

Kabar Tak Jelas

Kabar ketiga, lebih payah lagi. Pertama, kalau permasalahannya hanya kapal tawas yang tenggelam, maka akan segera ditemukan bangkai kapalnya, dan dengan begitu tidak perlu analisis lingkungan. Tawas merupakan koagulan, pengumpul partikel kotoran pada air. Maka tercelupnya sejumlah besar tawas ke sungai akan membuat air sungai menjadi bening, atau mengarah cenderung lebih bersih. Kenyataan bahwa air sungai berwarna hijau, membuat kabar ini sangat mustahil.

Analisis Peneliti Ahli

Ahli (yang tidak kusebutkan namanya, silahkan dibaca di Link Tribun News di Bawah) menyatakan pernyataan yang sangat aman, dan entahlah.. menurutku terlalu sederhana(read: konyol). (Mungkin ini sikap saintis yang benar). 
"Matinya ribuan ikan disebabkan beberapa faktor, antara lain aktivitas rumah tangga yang membuang sampah organik ke sungai."
Serius? Air sungai berubah warnanya, kemudian ikan matian dalam jumlah yang massive, (bahkan ikan berukuran 2,5 kg dan 3kg yang merupakan ikan dewasa dan besar itu semua matian hanya karena sampah organik rumah tangga? Are you kidding me? Ini pernyataan ahli? please deh!

Tidak seperti pernyataan ahli pertama itu, Ahli kedua ini lebih memberikan kabar bahagia buatku, dia sudah menyinggung adanya aktivitas perusahaan, walaupun tetap masih cari aman.

"Memang ada beberapa perusahaan perkebunan sawit yang ikut menyumbang (pencemaran), tapi selain perkebunan, seperti disebutkan oleh pak Asfie tadi, ada limbah peternakan dan limbah rumah tangga yang ikut menyumbang," kata Zulkifli.

Pak Ahli sekalian? Perubahan warna air dalam sehari atau dua hari secara total dan ekstrim ini apakah hanya karena limbah rumah tangga? Serius nggak sih kalian? Kalau ikan mati, kemudian tidak ada perubahan warna pada air, atau ikan mati tetapi secara bertahap dari yang berukuran kecil dulu, kemudian perlahan-lahan habis, itu mungkin limbah yang dibuang oleh masyarakat ke Sungai. Tetapi ribuan ikan mati dalam semalam, dan ini karena limbah organik rumah tangga? What a Joke!

Analisisku [Mahfuzh tnt]

Ada tiga hal yang paling tidak menyenangkan buatku, Kabar Hoax, Kebodohan dan yang ketiga ialah kombinasi dari keduanya yaitu Politik.

Aku membenci ketidak tahuan (read: Kebodohan), oleh karena itu aku langsung cek di Google.  Air yang berwarna hijau pada umumnya disebabkan karena adanya kandungan ganggang hijau biru dalam air. Ini merupakan kondisi normal airnya, yang memang pada dasarnya berwarna hijau, dan ekosistem di dalamnya berjalan dengan normal. Ikan tidak akan mati hanya karena kandungan ganggang hijau biru ini masuk ke sungai. Maka bisa dikatakan bukan ini penyebabnya.

Dari awal kabar ini kudengar, aku langsung 'menuduh' kalau ini pasti ada perusahaan yang membuang limbahnya di sungai. Karena perubahan warna itu berawal dari daerah Labanan yang dekat sekali dengan Pabrik Kelapa Sawit. Tetapi agar terlihat seperli saintis yang baik, aku harus melihat lebih luas kemungkinan-kemungkinan lain.

Setelah browsing cukup panjang, akhirnya aku dapatkan beberapa informasi kunci. Warna air yang berubah menjadi Hijau, mengindikasikan adanya limbah berupa kompleks logam(aku tahu ini dari kuliah). Kemudian aku mencari tahu jenis-jenis logam yang memiliki warna hijau. Dari beberapa literatur, aku temukan bahwa kromium dan tembaga yang umumnya memberikan warna hijau.

Di Berau, salah satunya di Labanan hanya ada pabrik kelapa sawit. Di Berau, bahkan mungkin di Kalimantan Timur tidak ada pabrik yang menggunakan logam kromium dan tembaga sebagai bahan dasarnya. Umumnya logam-logam komplesk semacam ini digunakan dalam industri cet dan tekstil (pewarnaan kain, kulit, dll). Maka ini sedikit aneh. Apa ada yang membawa limbahnya sampai ke Berau? Ahh.. Sepertinya nggak mungkin.

Sehari kemudian pemerintah setempat menyatakan air PDAM (yang bersumber dari Air Sungai Segah) pH-nya menurun hingga 4. pH ini sangat rendah, seperti pH pada peristiwa hujan Asam yang merusak lingkungan. Ini merupakan kadar keasaman yang sudah tergolong berbahaya untuk dikonsumsi. Karena iseng temanku melakukan uji sederhana tentang air PDAM. Uji pH asam basa ini sangat sederhana, menggunakan kunyit sebagai indikator asam basa air tersebut. Inilah hasilnya:

Uji PH Air dengan Kunyit
Thanks to Bro Ervan Nusnida untuk Foto dan Eksperimennya
Hasil ini menunjukkan bahwa air PDAM sudah mencapai pH sangat Asam (<4). pH air yang menurun ini membuat aku jadi kembali terfikirkan bahwa kalau limbahnya berasal dari pabrik Cat dan pewarnaan, harusnya tidak terlalu Asam. Berarti logam berwarna hijau ini tercampur ke limbah Organik (limbah organik pada umumnya bersifat sangat asam). Kalau begitu ceritanya, tinggal mengklarifikasi saja apakah dalam proses produksi kelapa sawit terdapat zat buang berupa logam Kromium atau Tembaga di dalamnya.

Hal yang membuatku lega ialah informasi dalam sebuah jurnal yang memberitahukan kalau dalam Proses Produksi Kelapa Sawit terdapat zat buang berupa logam tembaga. Dan yang membuatku kembali bertanya ialah jumlah tembaga pada zat buang itu sangat kecil, bagaimana bisa membuat hijau seluruh sungai?

Oleh karena ini membutuhkan analisis lebih lanjut yagn kompleks maka aku berharap ini akan diselesaikan pemerintah dengan penelitian lingkungan yang benar-benar akurat. Jika memang terbukti ada perusahaan yang bertanggung jawab atas kejadian ini, maka harus ditindak dengan tegas. Seharusnya sihh aku yakin kalau pelakunya bersalah secara hukum dan harus tertangkap. Tapi pada ahkinya aku cuma bisa menunggu kabar baiknya aja. :)

Jurnal: http://www.ijset.net/journal/191.pdf
Berita Pencemaran Sungai Segah: http://kaltim.tribunnews.com/2015/10/11/ini-penyebab-ribuan-ikan-mati-di-sungai-segah