Dunia Nabi ~ Berbekal sedekah minimal 10%, penyakitnya lambat laun mulai hilang. Ia sudah mulai merasakan tubuhnya enak dan bisa konsentrasi lagi mengurusi bisnis.
Enam belas tahun bekerja di sebuah perusahaan multinasional ternyata tidak cukup memuaskan dirinya. Padahal, ia sudah berusaha kuliah D3 dan S1 di STIE Jayakarta Salemba Jurusan Akuntansi agar karirnya meningkat. Namun, berkali-kali ia coba mengajukan permohonan agar kariernya meningkat, sebanyak itu pula ia mengalami kegagalan. Ia tetap menjadi staf akuntansi.
Akhitrnya, ia pun banting setir menjadi konsultan hukum di sebuah perusahaan yang telah didirikannya bersama temannya saat masih bekerja di perusahaan sebelumnya. Perusahaan bernama PT. Java Mitra Mandiri yang bermarkas di Mampang ini lebih membenahi sistem manajemen ISO.
Namun, otak bisnis Supriyanto (42 tahun) rupanya membawanya pada keinginan yang lain, ia ingin berbisnis, sesuatu yang sebenarnya sudah ia lakoni sejak masih bekerja. Saat itu, ia kadang nyambi jualan paynu, kaos MLM, dan sebagainya. “Pernah juga julan di pinggir jalan di Kelapa Gading selama seminggu,” ujarnya “Eng gak tahu saya kok gak maluan,” katanya lebih lanjut.
Setelah memutar otaknya, akhirnya ia pun membuka bisnis di bidang pendidikan (TK) di Bogor. Namun, belum saja TK itu dibuka, ia tiba-tiba sakit keras. ”Saat itu saya sedang di tol dalam perjalanan menuju TK,” ujarnya. Di tengah jalan itulah, tiba-tiba, ia merasa diserang sesuatu yang membuat badannya sakit (panas).
Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata tidak ada penyakit medis dalam dirinya. Namun, ia merasakan panas dan begitu sakit pada tubuhnya. Ia pun kemudian diklaim terkena “penyakit mistis”. Beragam pengobatan dilakukannya, namun tak kunjung sembuh, mulai dari rukyah dan pengobatan tradisional lainnya. “Orangtua mengira saya stres karena baru keluar dari perusahaan,” ujarnya. “Padahal, setelah keluar dari perusahaan itu, saya justru lebih bahagia,” akuinya.
Di tengah keputusan itulah, ia coba searching Internet dan tiba-tiba menemukan sebuah artikel tentang “sedekah mampu menyembuhkan penyakit”, karya Yusuf Manshur. Ia pun segera mengejar pesantren dimana sang Ustadz tersebut mengajar. Dari beliaulah, akhirnya, Supriyanto menemukan solusi segala penyakit yang dideritanya selama ini, yaitu sedekah.
Dengan sisa uang pesangon dari perusahaan dulu, ia pun langsung menyedekahkan sebagaian uangnya untuk pembebasan tanah yang hendak diwakafkan untuk pesantren milik Yusuf Manshur. Ia juga menyedekahkan anak-anak santri tahfidz al-Qur’an di beberapa pesantren dan sebagainya. Lalu mengundang anak-anak Yatim ke rumahnya di Jl. Timbul, untuk mereka santuni dan sebagainya.
Berbekal sedekah minimal 10% itulah, lambat laun penyakitnya mulai hilang. Ia sudah mulai merasakan tubuhnya enak dan konsentrasi lagi mengurusi bisnisnya. Akhirnya ia buka TK lagi di Jagakarsa melanjutkan TK di Bogor, yang tidak jadi. Kini, TK-nya telah berkembang dengan puluhan siswa, 13 orang karyawan yang terdiri dari guru, security dan supir antar jemput muridnya.
Tidak cukup membuka usaha TK, pada bulan Juli 2011, ia pun mulai membuka usaha baru lagi, Bakery, ia terbilang nekad membuka usaha ini mengingat latar belakangnya yang tidak memadai. “Bisnis itu harus nekad dan berani,” ujarnya. Mengingat banyak teman-temannya yang sukses terjun dalam bisnis kuliner, maka ia pun tertarik bergelut bisnis roti ini.
Kebetulan pula, ketika sedang meniatkan diri membuka usaha ini, ada seorang koki yang baru saja keluar dari usaha bakery. Koki itulah yang ia ajak kerjasama. Berbekal dana pinjaman Rp. 200 juta dari bank (dengan jaminan PT dan TK miliknya) dan uang hasil jualan mobilnya, ia pun segera membuka usaha roti.
Setelah satu tahun berjalan, kini usaha bakery-nya telah meningkat sangat tajam. Ia telah memilki 14 orang karyawan (6 sales, 4 juru masak, 2 delivery dan 2 aktivasi) dengan omset sekitar Rp. 70,-juta sebulan dan pelanggang tetap Coffa Cafe Group yang memiliki sekitar 20 cafe yang tersebar di seluruh jabodetabek.
Ada rahasia sukses usahanya? Ternyata tidak jauh-jauh dari sedekah. Rupanya setelah mengenal Yusuf Manshur, ia terus meningkatkan kadar sedekahnya. Kini, ia sering kali mengundang anak-anak yatim ke ruko bakery-nya untuk mereka santuni. Sebelumnya diadakan pengajian dulu yang dipimpin oleh seorang ustadzah. Kadang pula ia mendatangi Yayasan Nurul Amanah Srengseng di mana anak-anak yatim dan dhuafa tinggal yang jumlahnya sekitar 260 anak. Bahkan, setiap hari sebelum ia mengantar anaknya ke sekolah, ia usahakan menyediakan 10-15 bungkus nasi. Nasi-nasi itu kemudian ia bagikan ditengah jalan, kepada siapa saja yang memerlukannya.
Menurut Supriyanto, sedekah itu memiliki 4 (empat) keutamaan (Fadhilah), tolak bala, menyembuhkan penyakit, panjang usia dan tambah rezeki. Insya Allah, ujarnya, kalau kita mau mengamalkan sedekah, apapun niat atau usaha kita akan bisa berkembang. Selain itu, katanya, sedekah itu sebenarnya tidak perlu itung-itungan. Sebab, kalau kita pakai itung-itungan, maka Allah pun akan itung-itungan sama kita.
Selain mematangkan sedekah dan spritual lainnya, Supriyanto sering sharing bisnis dengan teman-temannya yang tergabung dalam komunitas Jakarta Enterpreneur Club. Sebuah komunitas yang didirikan oleh para alumni Enterpenneur University (EU) sebuah lembaga kursus yang pernah diikutinya tahun 2006. Lembaga ini sebenarnya tidak resmi dan tak berijazah, tapi banyak mencetak para alumni yang kemudian sukses di bidang bisnisnya masing-masing.
Dengan prinsip itulah, kini tiga usaha yang dijalankan Supriyanto mengalami kesuksesan luar biasa. Dalam waktu dekat, ia pun akan berusaha konsultasi dengan pakar manajemen bakery, untuk memungkinkan adanya kemitraan (semacam franchise).
Oleh Eef Khunaefi
Posting Komentar