Kedudukan wudhu juga begitu krusial dalam Islam. Ibadah ini
adalah syarat harus yang harus dikerjakan sebelum melaksanakan salat. Bila tidak benar wudhunya, jadi akan berpengaruh pada kesempurnaan salat.
Namun, sebagai umat Islam masih sering melakukan sebagian kesalahan saat berwudhu. Padahal dalam satu kisah dijelaskan kalau aktivitas bersuci ini jadi salah satu penentu apakah salat seseorang diterima atau tidak. Lalu bagaimana jadinya salat seseorang bila pada saat berwudhu saja telah melakukan kesalahan?
Berikut ini 10 kesalahan umum saat berwudhu yang harus anda tahu. Terkadang seseorang terasa wudhunya telah benar, namun ternyata masih ada kesalahan yang harus diperbaiki. Apa saja 10 kesalahan itu? Tersebut ringkasannya.
Pertama, tidak membaca Bismillah. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna wudhu’ sesorang yang tidak membaca basmallah”, (HR. Ahmad). Ke-2, tidak sempurna membasuh anggota wudhu. Hal ini mengakibatkan ada sebagian anggota wudhu yang tidak terbasuh oleh air.
Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam kitab Shahihnya. Dari Muhammad bin Ziyad, dia berkata : “Aku mendengar Abu Hurairah—saat itu beliau melewati kami, serta orang-orang sedang berwudhu : ”Sempurnakanlah wudhu kalian, sesungguhnya Abul Qosim (Rasulullah) bersabda :
”Celakalah tumit-tumit (yang tidak terbasuh air saat berwudhu) dari api neraka. ” Serta dari Khalid bin Mi’dan dari sebagian istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
”Sesungguhnya Rasulullah melihat seorang laki-laki yang shalat sedang di punggung kakinya ada sisi mengkilap karena tidak terbasuh oleh air wudhu seukuran uang dirham (uang logam), jadi Nabi menyuruhnya untuk mengulang wudhunya. ” (HR. Imam Ahmad serta Abu Dawud menambahkan : serta (mengulang) shalat).
Ketiga, membasuh anggota wudhu lebih dari 3 kali. Ini yaitu was-was dari setan, karena Rasulullah tidak pernah menambah cucian dalam wudhu lebih dari tiga kali, sebagaimana yang tsabit dalam Shohih Al-Bukhary kalau (Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- berwudhu tiga kali-tiga kali).
Maka yang wajib atas seorang muslim yaitu membuang semua was-was serta keragu-raguan (yang muncul) sesudah selesainya wudhu serta jangan dia menambah lebih dari tiga kali cucian untuk menolak was-was yang merupakan salah satu dari tipuan setan.
Keempat, boros dalam penggunaan air. Ini yaitu terlarang berdasarkan firman Allah Ta’ala : “Dan janganlah kalian berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am : 141 serta Al-A’raf : 31).
Rasulullah pun bersabda tentang hal ini : “Janganlah kalian boros dalam (penggunaan) air”, jadi beliau (Sa’ad) berkata, “Apakah dalam (masalah) air ada pemborosan? ”, beliau bersabda, “Iya, walaupun anda ada di sungai yang banyak airnya” (Kisah Ahmad).
Kelima, menyebut nama Allah di dalam WC atau masuk ke dalamnya dengan membawa sesuatu yang di dalamnya ada dzikir kepada Allah. Ini yaitu hal yang makruh jadi sepantasnya untuk seorang muslim untuk menjauhinya. Dari Ibnu ‘Umar -radhiallahu ‘anhuma- beliau berkata :
“Ada seorang lelaki yang berlalu sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang kencing. Maka orang itu juga mengucapkan salam namun Nabi tidak membalas salamnya”. (Kisah Muslim). Hal ini karena menjawab salam yaitu termasuk dzikir.
Keenam, beristinja’ (mencuci dubur) setelah buang angin (kentut). Tidak ada istinja’ saat buang angin (kentut). Istinja hanya pada buang air kecil serta buang air besar, jadi tidak disyari’atkan untuk orang yang kentut untuk beristinja sebelum berwudhu.
Hal ini dikarenakan dalil-dalil syari’at tidak ada yang menjelaskan akan istinja’ dari kentut, yang ada hanya penjelasan kalau kentut yaitu hadats yang mengharuskan wudhu, serta semua puji hanya punya Allah atas kemudahan dari-Nya.
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Tidak ada dalam Al-Kitab, tidak juga dalam sunnah Rasul-Nya ada istinja dalam kentut, yang ada hanyalah wudhu”. (Al-Minzhar fi Bayan Al-Akhtha` Asy-Syai’ah karya Asy-Syaikh Saleh bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh).
Ketujuh, tertidur lalu tidak mengulang wudhu. Sebagian orang tertidur di masjid, lalu apabila iqamat dikumandangkan dibangunkan oleh orang di sebelahnya lalu langsung bangkit shalat tanpa berwudhu lagi.
Orang yang seperti ini harus baginya untuk berwudhu, karena dia lelap dalam tidurnya. Adapun bila dia sebatas mengantuk serta tidur ringan sehingga masih tahu siapa yang ada di sekitarnya, jadi tidak harus baginya untuk berwudhu lagi.
Kedelapan, meninggalkan Istinsyaq serta Istintsar. Istinsyaq yaitu menghirup air melalui hidung hingga ke pangkal hidung, serta Istintsar yaitu mengeluarkannya (air yang dihirup tadi) dari hidung. Sebagian kaum muslimin saat bewudhu hanya memasukan jarinya yang basah dalam hidung.
Dalil mengenai Istinsyaq dan istintsar yaitu hadits yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari : Dari Humran, (beliau menyifati wudhu Utsman radhiyallahu ‘anhu). Lalu ia memasukkan tangan kanannya di bejana, lalu ia berkumur, hirup air ke hidung (serta mengeluarkannya, l/49).
Serta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ”Barangsiapa berwudhu, hendaklah ia menghirup air ke hidung (serta mengembuskannya kembali) ; serta barangsiapa yang melakukan istijmar (bersuci dari buang air besar dengan batu), hendaklah melakukannya dengan ganjil (tak genap). ”
Kesembilan, menganggap menyeka leher dianjurkan. Padahal sebenarnya tidak sekian, ia tidak dianjurkan serta tidak termasuk ibadah wudhu. Terakhir, doa pada saat membasuh anggota wudhu. Imam an-Nawawi berkata, “doa ketika membasuh anggota wudhu tidak memiliki dasar. ”
Dalam fatwa Lajnah Daimah Nomor. 2588 dikatakan, “Tidak ada doa dari Nabi saw ketika membasuh serta mengusap anggota wudhu serta doa yang disebutkan dalam hal ini yaitu bikinan orang tidak berdasar.
Hal yang dikatahui secara syar’i adalah basmalah di awal wudhu, mengucap dua kalimat syahadat di akhir wudhu, serta ditambah dengan : “Ya Allah jadikanlah saya termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci. ”
Wallahu’alam. Semoga Allah memperkenankan segala upaya kita dalam menyempurnakan ibadah serta menerima segala amalan yang kita lakukan semata-mata hanya untuk mengharap keridhoanNya.
sumber : islamberdakwah
Posting Komentar