![]() |
| foto: Radar Semeru |
Copet yang tak ada habisnya yanga bergentayangan di sekitar terminal minak koncar sesekali memang perlu dikerjai. Lha gimana. Aparat keamanan dan petugas yang berwenang kesannya juga membiarkan.
Sebagai salah seoarang pengusaha pasir asal tempeh, Cong Kenek yang berumur 40 tahun ini mau bepergian naik bus. Sebelum berangkat, uang yang dibawanya kejember tak dimasukan ke dompet. “ tak wadahi tas kresek wae, ben gak dicopet. Soale numpak bis jurusan jember lek bengi mesti rawan. Akeh copet karo penipu,” katanya.
Maklum saja, uang yang dibawa cukup lumayan. Ya semuanya senilai Rp 5 juta. Jika semua uang itu tidak dimasukan dalam dompet semua, ya tentu gak muat. Diapun memilih membungkusnya dalam tas kresek lalu dimasukan dalam kaus yang sudah dijamin aman.
Sementara dalam dompetnya hanya diisi lembaran kertas yang sudah tak berguna. Saat berangkat, munculah akal bulusnya. Dompet seharga 15 ribu itu dimasukan pada saku belakang celana jeans yang dikenakan. Baru naiklah dia kedalam bus sekitar pukul 23.00.
Seperti biasa, lepas dari terminal minak koncar lumajang, bis melaju pelan di depan kantor desa wonorejo kecamatan kedungjajang. Disitu bus yang dinaiki tak kunjung berangkat. “ jember. Jember, jember,,,,? Kata kernet bus. “ perasaan ket mau mandeg, gak budal- budal ikitah pak,” sindirnya pada Mat Tasan seorang kernet. Mat Tasan merespon mencureng.
Cong Kenek yang duduk sekitar 5 menitan akhrinya lega karena ada tambahan tiga penumpang. Didepan satu orang, dua lainya ada dibelakangnya. Kanan kirinya ada penumpang lain. Jadi di hitung- hitung berkisar 10 penumpang dalam bus
Dia tambah girang ketika sopir sudah naik dan bus sudah melaju pelan sambil menunggu penumpang susulan. ‘” kok gak budal-budal sehh pak,” kata Cong Kenek menegur. Sopir tak menjawab, malah, dua orang dibelakangnya yang terlihat sinis.
Sesekali batuk-batuk yang dibuat-buat. Cong Kenek yang sejak awal curiga pada dua orang dibelakangnya itu mulai pasang ancang-ancang. Uang yang di gembolnya didekap erat-erat. Sementara dompetnya dibiarkan menyembul dari saku celana belakangnya.
Dengan muka sedikti terpejam, Cong Kenek terlihat begitu mengantuk. Dia merasakan ada pergerakan di bagian saku letak dompetnya. “kok rasane enek sing obah-obah iki, jarne wes, penting duitku iki aman,” batin Cong Kenek yang juga dikenal sebagai preman di tempeh.
Saat pergerakan disakunya cukup lumayan, Cong Kenek turut bergerak. Dia menoleh kebelakang. Lalu dia betulkan lagi dompetnya yang nyaris keluar itu. Kemudian dia kembali duduk lagi. Hal itu dilakukan tak kurang dari 2 kali. “ wes kah mesakne pencopet iki. Jarne wes ben dijupuk, ben kecelek. Aku pura-pura turu wae,” batinnya.
Benar juga ternyata. Dalam waktu singkat, ketika matanya tepejam, dompetnya sudah lenyap. Dia baru sadar betul bahwa pencopet di belakangnya itu telah menggondol dan membawanya turun, “ kiri pir” kata Mat Nganu salah satu pencopet pada sopir dengan sinis.
Disaat itulah, mata Cong Kenek dibuka. “ iki copet kurang ajar iki wes apes mudun. Wes mudune gowoen dompetku seng kosong, murahan, isine kertas iku le,”gumam Cong Kenek. Diapun berdiri sambil tertawa nyengir menoleh pada dua kawanan copet yang baru saja turun di kawasan jatiroto itu.
Disaat tertawa nyengir itulah Mat Pi’I teman dua pencopet juga turun uktu juga turut berdiri. “beda apa !!!,” katanya dengan bengis dan sorot mata sinis. Disaat itulah nyali Cong Kenek langsung ciut. Mentalnya setelah ngerjain pencopet langsung down.
Dia geleng-geleng sambil menjawab pertanyaan itu dengan penuh ketakutan. “gak ada pak” ujarnya lalu duduk kembali ditempat semula sambil mendekap uang 5 juta yang digembol di balik kausnya. “ melas temen, iso ngerjain copet tapi gak iso ngerjain preman awak iki,” pungkasnya dalam hati sambil mendekap uangnya erat-erat.

Posting Komentar