Antre Gara-Gara Ada Keturunan BBM

Foto: Cong Kenek
Ada-ada saja. Di tengah sulitnya BBM masih saja berdebat di SPBU. Eker-ekeran di tengah antrean BBM dan dilihat banyak orang. Sudah begitu bahasanya belepotan lagi.

           Cong Kenek sudah lebih 15 menit mengantre di SPBU yang berada di kawasan Lumajang. Sambil ngantre, dia menyempatkan memasang jurigen yang mengular pada antrean. Diapun meninggalkan antrean sambil kebal-kebul rokok di luar kawasan SPBU. Sekembalinya ke lokasi antrean, jurigen yang dari tadi dipasang dilihat tak jalan-jalan. Padahal, sepeda motor yang baru saja datang sudah ada pada antrean depannya. “Loh-loh-loh, kok disalip punyaku. Hoi, ini kelakuan siapa ini,” teriaknya bikin gaduh antrean. Dia ngomel-ngomel tak ada hentinya. Sambil menenteng jurigen yang tepat di sampingnya. Tak lama berselang, Mat Tasan datang. “Eh mas, itu jurigen saya, sampean mau nyuri ya,” tegur Mat Tasan. “Eh enak saja. Ini punyaku mas,” ucapnya engkel-engkelan.
Mat Tasan berkeyakinan itu adalah jurigennya. Karena baru saja dia memasangnya disana. Sementara Cong Kenek mengaku miliknya. Tanpa disangka, Mat Pi’i yang sedang naik kendaraan bersedia menjadi saksi. “Jurigen warna biru itu miliknya bapak yang pakai kaus merah ini (Mat Tasan), saya saksinya,” ujarnya. Cong Kenek tidak terima. “Ini mulai sekongkol ini. Ini milik saya kok,” jelasnya tetap ngengkel. Mat Tasan akhirnya melihat jurigen yang didepannya. “Barangkali itu milikmu Cong,” katanya sambil menunjuk jurigen yang ada di barisan depan. “Waduh, kayaknya iya. Itu milik saya sesuai antrean tadi,” batinnya. Cong Kenek mendekati jurigennya lalu memastikan miliknya adalah yang berada di barisan depan. “Eh, janganjangan itu milik orang lain,” sindir Mat Tasan. “Ah, enggaklah, ini betul punyaku,” ucap Cong Kenek dengan gayanya yang begitu meyakinkan.
Orang-orang inipun kemudian kembali daam barisan antre BBM sore kemarin. Di sela-sela antrean itu, Cong Kenek mulai sambat. “Yo opo seh rek-rek, tiap ada kenaikan dan keturunan BBM kok langka seperti ini,” keluhnya dengan suara keras. “Ini BBM belum datang kok sudah antrenya hampir satu kilometer,” sambung Cong Kenek. Mat Tasan yang sudah paham alur sirkulasi BBM menyanggah ungkapan Cong Kenek. “Ah siapa bilang BBM langka. Sekarang ini loh BBM tidak langka,” jelasnya dengan nada tinggi sambil memasang muka sewot ngece-ngece Cong kenek. “Cuma orang sinting yang bilang sekarang ini BBM gak langka. Lawong antrean sepanjang ini kok gak langka,” ledeknya.
 Tidak terima dengan ungkapan Cong Kenek, Mat Tasan menyahut begitu lantang. Dia mengatakan bahwa sekarang ini BBM tidak langka. “Cuma pihak SPBU kehabisan stok. Karena tidak mengambil jatah seperti biasa dari Pertamina,” urainya dengan gayanya yang sok tahu. “Tenan toh, enek sing sinting tenan yoh. Lawong jelas saiki langka ngeneh bilangnya enggak. Gak masuk akal lah,” sanggah Cong Kenek yang disaksikan puluhan orang yang sedang mengantre. Mat Pi’i dan puluhan warga yang sedang antre menertawakan dua orang yang sedang ekerekeran itu. “Biarin saja pak, mereka satu alumni kok. Alumni orang waras semua hahaha,” bisiknya pada orang-orang di sekelilingnya yang juga ikutikutan terpingkal-pingkal.

 Keduanya terus berdebat. Antara BBM langka dan SPBU yang tidak mengambil stok dari pertamina. Sampai akhirnya dibalik mesin SPBU itu perempuan yang bernama Yu Tub melerai. “Sudah pak, sudaaah. Lawong nasibnya sama kok masih berantem. Kita ini sama-sama jadi korban kok. Korban antrean. Nasip wong celek kan gini ini,” sahut Yu Tub yang bikin keduanya langsung cup. Sementara pengantre lainnya hanya bisa bengong melihat kedua orang yang eker-ekeran tadi. Bahkan setelah terdiam, puluhan orang langsung mingkel-mingkel sambil menahan tawa sampai perut kembung. “Sudah pak, mereka satu alumni jangan heran,” pungkas Mat Pi’i lalu menceb ke arah kedua Mat Tasan dan Cong Kenek.