![]() |
| Foto: Cong Kenek |
Jika perut sudah lapar, apa saja jadi sasaran. Bukan cuma makanan, teman sendiri juga jadi sasaran olok-olokan. Bakar sate tak juga kelar. Saking lamanya, sampai pergantian tahun belum juga matang.
Tenda sudah terpasang rapi. Terpal sebagai alas juga telah dihampar di bawahnya. Para undangan dari para aktivis lingkungan juga datang satu persatu. Merekapun menempati terpal sebagai tempat duduk untuk menghabiskan dengan diskusi dengan tema lingkungan. Iklan Langganan 0334 884247 Di samping mereka, kambing sudah dipotong. Yu Tub dan Mat Tasan yang bergelut dengan daging itu seharian mulai mempersiapkan hidangan. Datanglah Cong Kenek ke area diskusi. “Rek, wes mateng satene rek?” tanya Cong kenek yang baru datang. Yu Tub yang sudah belepotan dengan arang dan asap pembakaran sate menjawab dengan lantang. “Sopo iku tas teko gawe perkoro. Sik di etet-etet iki daginge rek. Mosok siktas teko wes ape mbadok,” jawab Yutub dengan lantang sampai ditertawakan oleh para aktifis yang dayang.
“Ealah, tak kiro awak iki teko wes siap kabeh. Ternyata gurung diapak-apakno toh. Oke wes lanjutkan,” jawab Cong Kenek lalu berdiskusi dengan puluhan aktivis. Diskusi itupun berjalan dengan gayeng. Mulai isu lingkungan, aktifitas anti tambang sampai penanganan kasus dikupas habis di sana. Man Kapit sebagai moderator membawa forum diskusi itu terus berjalan dengan asyik. Saking asyiknya diskusi, malam berlalu begitu saja. Sampai terdengar suara gemuruh kembang api pertanda pergantian tahun. Man Kapit menyampaikan agar seluruh undangn bertepuk tangan. “Ayo beri tepukan yang gemuruuuh,” ucapnya. “Hussst, Pit, kayak komentator kak ros saja kamu ini,” ucap Cong Kenek yang bikin suasana diskusi bergelak tawa. Lagi-lagi, Cong kenek yang sebagai aktor diskusi itu menyinggung persoalan sate. “Te Sate, mana satenya wooi,” tanyanya lagi. Kali ini bukan Yu Tub yang menjawab. Giliran Mat Tasan yang menyambar celetukan Cong Kenek itu. “Hooop. Rausah kakean cangkem awakmu Cong. Iki sik pontang-panting,” jawabnya. “Adiaaah, payah kamu Mat,” keluh Cong Kenek. “Awakmu iki teko-tekone gawe perkoro. Coba bakar dewe lak gosong kabeh,” jawab Mat Tasan. Lagi-lagi keluhan itu membuat puluhan aktivis mingkel-mingkel. Itu sekaligus menjadi kesempatan Cong Kenek untuk ngerjain rekan-rekannya.
Dia berkeluh bahwa sate yang dibakar itu lama sekali. Termasuk gule yang dimasak sepertinya butuh waktu tidak sebentar. “Masak seh rek-rek, bakar sate lebih dari setahun. Sampai ganti tahun 2016 masih belum masak,” ledek Cong Kenek yang membuat puluhan aktivis semakin terpingkal-pingkal. Tanpa pikir panjang, Mat Tasan dan Yu tub langsung bereaksi. Semua masakan mereka dipindah ke tengah-tengah undangan. Ada sate, gule, dan makanan lainnya termasuk nasi. Piring juga dipersiapkan. Tanpa perintah, Cong Kenek langsung mengajak teman-temannya menyantap makanan itu. “Ayo bos, didoain dulu. Setelah itu kita hajar bareng-bareng,” ungkap Cong kenek. Puluhan undangan manut saja. Mereka langsung melahap sate dan gule yang ada di depan mereka. Mat Tasan dan Yu Tub hanya berada di pinggiran mereka. Sambil tertawa, Mat Tasan dan Yutub berbisik-bisik. “Bahbahno wes Mat, iku bumbune campur sambel. Marine iso kroso kepedesen kabeh, hahaha,” bisik Yu Tub. “Iyo, ben kapok wong-wong kuwi,” jawabnya.
Pada undangan terutama Cong Kenek yang sudah kaliren langsung saja menyantap sate. Gule langsung dipenuhi di piringnya. Dia terlihat seperti orang kelaparan yang belum makan setahun. Setelah beberapa saat kemudian, benar yang dikatakan Yu Tub. Semua sambatan. Semua tidak tahu kalau di bumbu sate itu lebih banyak sambalnya daripada bumbunya. “Aiiir, aiiir, aiiiir. Pedes iki loh rek,” sambat Cong Kenek. Disaat itulah Mat Tasan berkesempatan mengerjain Cong Kenek. Dia menyembunyikan satu kardus air mineral yang dibawa. “Hahahaha, rasakno awakmu Cong,” ledek Mat Tasan. “Ben weroh rasane kepedesen, hahaha,” sahut Yu Tub. Karena tidak tega dengan tamu puluhan aktivis, akhirnya air itupun dikeluarkan. “awuh, ojo balas dendam rek, aku cuma bercanda tadi,” kata Cong Kenek. “Alah, podo Cong, saiki aku yo bercanda kok,” kata Mat Tasan sambil terpingkal-pingkal. Membuat puluhan aktivis tertawa pada keusilan Cong Kenek dan Mat Tasan ini.

Posting Komentar