Jas Hujan Anti Polisi


Foto: Cong Kenek
Mau tahu trik mengelahui polisi yang tengah menggelar operasi lalu lintas? Pakai saja jas hujan. Kalau tidak lagi apes, bisa lolos dari razia. Tapi kalau apes? Ya salah sendiri, polisi kok mau dikelabui!
                Cong Kenek sudah lama sekali kompak dengan Mat Pi’i. Bapak dan anak itu selalu saja malas memakai helm ketika bepergian. Ketika ada polisi yang sedang beroperasi di jalan, mereka sering kali main kucingkucingan. Bulan-bulan hujan membuat mereka aman dari polisi. Pasalnya, polisi tidak akan beroperasi ketika hujan sedang deras-derasnya. Mereka pun bebas untuk mondarmandir dengan sepeda
butut mereka. Tentu dengan jas hujan yang menjadi andalan mereka melewati derasnya hujan yang ada.
                Tapi kalau sudah kemarau seperti ini mereka tidak bisa berbuat banyak. Kebanyakan, ketika ada operasi penertiban kendaraan, mereka pasti memilih berhenti dan menunggu lama sebelum tempat operasi Cara mereka mengetahui bagaimana di depan ada operasi itu pun sudah menjadi keahlian tersendiri bagi Cong Kenek. Cong Kenek dan Mat Pi’i sudah sangat hafal di mana biasanya polisi akan melakukan operasi penertiban. Caranya gampang. Ketika Cong Kenek sedang bepergian dan mendekati daerah-daerah yang biasa dijadikan tempat operasi, dia akan memelankan sepedanya. Dia akan menunggu orang-orang yang berlawanan arah dengan dirinya. Karena merekalah sumber informasi bagi Cong Kenek untuk tahu apa ada operasi di depan atau tidak. Cara itu biasanya sangat efektif. Tapi efektif untuk mengetahui saja. Sedangkan untuk melewati mereka sangat tidak memungkinkan. Karena biasanya polisi mencegat para pengendara di ja lan yang tidak ada alternatif jalan lain. Artinya hanya jalan itu yang dilewati oleh pengendara. Ketika hal itu terjadi, Cong Kenek harus menunggu lama sekali sampai polisi kembali ke markasnya. Dia akan memilih untuk marung, mengobrol dengan Mat Pi’i atau hanya sekedar menunggu saja tanpa melakukan apa-apa. Namun tidak setiap ada operasi Cong Kenek bisa menunggu di warung kopi. Yaitu ketika memang ada acara yang tidak bisa menunggu lama. Seperti ketika Cong Kenek dan Mat Pi’i diundang oleh saudaranya yang sedang ada hajatan manten. Tidak mungkin Cong Kenek dan Mat Pi’i menunggu sampai akad nikah dari saudara sedarahnya itu berlalu karena kecerobohan Cong Kenek yang malas memakai helm.
“Waduh piye Mat? Iki kudu ndang tutuk nang omahe Pak Dhe,” kata Cong Kenek yang dijawab Mat Pi’i hanya dengan gelengan kepala. Pas dengan apa yang di khawatirkan oleh Cong Kenek. Saat mereka mendekati tempat yang biasa dijadikan operasi lalu lintas, mereka memelankan sepedanya. Seorang yang dari arah berlawanan diteriaki. “Pak onok cegatan?” tanya Cong Kenek dengan berteriak. “Yo cak,” balas orang yang diteriaki itu juga dengan teriakan. Cong Kenek pun kebingungan. Kondisi itu tidak sama seperti yang biasanya dialami Cong Kenek. Bisa tidak tertangkap, kalau mau menunggu lama. Sedangkan waktu itu masih pagi sekali. Tentu saja polisi di tempat operasi akan masih sangat lama. Dan akad nikah anak saudaranya itu pasti sudah selesai. “Duuh piye iki Mat,” kata Cong Kenek dengan memegangi kepalanya. Mat Pi’i pun ikut memikirkan dengan serius. Bisanya Mat Pi’i selalu saja ngikut apa yang dipu tuskan oleh Cong Kenek. karena jelas Cong Kenek jauh lebih berpengalaman dibanding dengan dirinya. “Waduh maneh iki yo ora udan yo yo,” kata Cong Kenek mengeluh. Mendengar perkataan ba paknya itu Mat Pi’i mengusulkan untuk memakai jas hujan. Mungkin saja, dengan jas hujan itu po lisi akan mengira ada hujan di tempatnya Cong Kenek dan Mat Pi’i. “Iyo wes. Ndang digawe. Selak mari nikahane mbakmu,” kata Cong Kenek.
 Dengan pasrah, mereka menyiapkan mental untuk ditangkap para polisi yang sedang berope rasi itu. Dengan memakai jas hujan lowo, mereka berdua menundukkan kepala dan berjalan dengan wajar. Tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat. Pas di tengah-tengah jalur ope rasi itu mereka berteriak kepada polisi. “Pak, udan Pak!” seru Cong Kenek. Para polisi itu pun saling menoleh satu dengan yang lain. “Waduh ape udan iki. Piye iki, balik?” terdengar suara polisi berkata kepada polisi yang lain. Hari itu Cong Kenek dan Mat Pi’i lolos dari operasi polisi. Malahan para polisi itu bubar sebab teriakan Cong Kenek kalau ada hujan. “Iki iso digawe terus iki jase. Amaaannn!!” kata Cong Kenek.