Terbongkar Gara-Gara Glegeken Pentol Bakso

Foto: Cong Kenek
Sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Peribahasa pelajaran kelas tiga SD ini belum dipahami betul oleh Cong Kenek. Maksud hati bersandiwara, akhirnya ketahuan juga. He he hehe
Puasa baru hari pertama kemarin menjadi hari istimewa bagi Cong Kenek. Warga Lumajang berbodi mblobor ini tiba-tiba saja tampak begitu bersemangat. Malamnya sebelum buka sahur, Cong Kenek pergi ke pasar tradisional. Dipilihlah aneka ragam sayur mayur kesukaan anak istrinya. Daging dan ikan laut juga dimasukkan ke tas belanja. Tidak ketinggalan, tahu tempe yang menjadi menu kesukaan Cong Kenek juga dibelinya. ”Pokoknya, menu sahur hari pertama harus juossss,” batinnya. Rupanya Cong Kenek juga punya motivasi lain. Dia ingin memberikan kejutan kecil pada Yu Tub, istri tercintanya. Waktu sahur tiba, Cong Kenek bangun duluan. Padahal, Yu Tub masih kelihatan ngorok ngekep guling (untung nggak sampek ngile Meski ngantuk berat akibat begadang nonton sepak bola Piala Dunia, dia kuat-kuatin. Usai tuntas, pagi itu mereka sahur bersama. Jam enam pagi, Cong Kenek sudah dibangunkan Yu Tub. Pagi itu, Cong Kenek emang harus mengantar Yu Tub ke pasar. Meski mata Cong Kenek kemerah-merahan, dia kuatkuatin menjalankan rutinitas sehari-harinya.
 Masuk kerja hari pertama puasa, kemarin benar-benar memberikan ujian berat bagi Cong Kenek. Tugasnya yang harus selalu ada di lapangan, juga menjadi tantangan. “Isin nang anakku dhewe lek gak kuat poso,” mungkin, batinnya. Siang yang terik itu, Cong Kenek yang kerja lapangan sudah beberapa kali berhenti di POM bensin atau masjid. Tujuannya membasahi muka dan berkumur. Puasa di hari pertama itu ujian yang dilakoni Cong Kenek benarbenar berat. Puncaknya, saat melintas di Kali Bokong Lumajang, di tengah perjalanan ban motornya bocor kowor kowor.
 Maka, dia juga harus berjalan hampir 1 kilometer untuk mendapatkan tukang tambal ban. Nah, saat dapat tukang tambal ban inilah, Cong Kenek yang nafasnya ngos-ngosan seperti lupa, bahwa hari itu dia puasa. Saat parkir, spontan dia langsung pesen semangkuk bakso. ”Yang puedes ya Pak. Penthol-e tambahono,” pintanya. Penjual hanya ho-oh saja. Tapi alamaaakkk…. baru ngincipi sesendok, Cong Kenek ingat kalau hari itu dia sedang puasa! ”Wadhuhh, yak opo iki,” batinnya. Setelah terjadi pergulatan batin nan hebat, dia akhirnya kalah. Apalagi dia melihat penthol-penthol itu begitu mengundang seleranya. ”Wis, tak entekne wae lah. Bolong sedino gak popo, mengko iso disaur maneh,” katanya, dalam hati. Dia pun kian rakus melahap bakso kesukaannya.
Sampai di rumah, Cong Kenek tetap macak poso. Dia takut terus terang pada istrinya, jika hari itu dia mokel poso di tengah jalan. Tujuannya hanya untuk memberikan semangat pada anak istrinya agar tetap kuat sampai buka puasa. Sore itu, Cong Kenek macak lemes. Sambil merebahkan badan di sofa depan teve, anaknya yang baru duduk di bangku kelas 1 SD langsung menghampirinya. “Harus kuat ya, nak,” kata Cong Kenek pada si kecil. Tiba-tiba, saat si kecil menggelandot manja, Cong Kenek glegek-en. Huaieekkkkkk ! Mendengar glegek-en khas ayahnya itu si kecil curiga. “Bapak nggak puasa, ya?” tanyanya. Cong Kenek susah mengelak. Apalagi anaknya langsung nembak tepat sasaran: ”Baunya bakso, pak. Tadi malam kan kita sahur pake tahu tempe,” tanya anaknya. Terpaksa dia cari alasan lain. ”Bapak maag-nya kumat, Nak. Terpaksa makan duluan,” akhirnya Cong Kenek ngaku terus terang. Oalaaah, cong.. cong….