![]() |
| Foto: Cong Kenek |
Dengan SMS, kadang semua urusan bisa diselesaikan. Tapi dengan SMS pula kesalahpahaman bisa terjadi. Sering bikin orang marah marah. Apalagi kalau ngotot sudah berkirim SMS padahal nggak sadar kalau pulsa lagi tompes.
Pagi-pagi buta, Yu Tub yang merupakan pani tia pelaksana pertemuan para aktivis di pesisir pantai selatan menghubungi Mat Pi’i. “Mat, jadi acara bakar sate kan Mat? Kalau jadi mana iuranmu. Soalnya sudah mau dibuat belanja. Buat beli kambingnya,” ucapnya lewat telepon. Mat Pi’i yang baru terjaga dari tidurnya awalnya belum nyambung. “Sate? Iuran? Loh, buat apa itu?,” tanyanya. “Wadah, kamu pikun tah Mat? Payah kamu ini. Masak gak ingat sih?” keluh Yu Tub.
Setelah beberapa saat kemudian, Pi’i baru dong. Diapun menyanggupi membayar. “Oke wes Yu. Cepet kirim nomer rekeningmu. Mau kutransfer,” ungkapnya. “Oke kukirim lewat SMS nomor rekeningyo Mat,” ucapnya. “Cepetan wes,” jawab Mat Pi’i. Setelah komunikasi telepon itu, Pi’i lalu memulai aktivitasnya. Namun sayang, setelah ditunggu lama sambil beraktivitas, hingga sore hari tidak ada kiriman nomer rekening.
Tahu-tahu, sebelum fajar menyingsing Yu Tub menelepon. “Mat, aslinya kamu ini mau bayar apa enggak sih? Kok gak ada kiriman?” keluhnya. Mat Pi’i yang tidak mau disalahkan jengkel juga. Dia muntab. Karena sudah menunggu lama ternyata tidak ada kiriman nomor rekening lewat sms yang dijanjikan Yu Tub. Tahu-tahu dia ditelepon.Pakai marah-marah lagi. “Yang bener aja kamu Yu. Gimana mau transfer kalau gak ada nomer rekeningnya. Mana janjimu yang mau SMS nomor rekening?” ungkapnya kesal.
Yu Tub malah heran. “Loh, kamu ini bagaimana sih? Lawong sudah kukirim lewat SMS di no morku satunya.” Jawabnya. “Mannnaaaa? Yang bener aja,” tanya balik Mat Pi’i lalu menutup sambungan telepon. Pertanyaan itu bikin Yu Tub turut jengkel. Diapun sambat pada Mat Tasan ketua panitia pelaksana yang saat itu ada di sampingnya. “Mat Pi’i bikin onar ini bos. Masak gak bayar iuran. Yang bikin menjengkel lagi dia bilang belum terima SMS nomor rekening. Padahal sudah ku SMS tadi pagi,” keluh Yu Tub.
Spontan saja, karena waktu sudah sore dan kambing belum didapat, Mat Tasan marahmarah juga. Dia sempat me nelepon Mat Pi’i dengan marahmarah. “Pi’i kamu ini gimana? Kalau acara gagal gara-gara uang mu belum bayar, akan kuhajar kamu,” ancamnya. “Eh bos. Yang bener saja kalau ngobrol. Kalau aku urusan duit banyak ini. Pas mau kutransfer gak dikirim nomor rekening sama Yu Tub,” sanggahnya. “Loh, katanya sudah dikirim tadi. Ayo jangan bikin onar kamu ini Pi’i,” bantah Mat Tasan. “Sumpah bos, beneran. Kalau ada nomor rekening ya kutransfer dari tadi,” tegas Pi’i. Mat Tasan kini giliran mengamuk pada Yu Tub. “Tub, kamu ini kirim SMS bisa apa enggak? Katanya nomor rekening belum dikirim sama kamu. Awas kalau acara gagal. Kamu yang gantikan kambignnya ya. Kamu kan berisi, dagingmu juga banyak” amuk Mat Tasan.
Amukan itu bikin Yu Tub gemetaran. Dia takut kalau dirinya dipotong menggantikan kambing. Hal itu membuat dia langsung mengecek HP nya. Dipelo totin selulernya itu dengan serius. Saat itulah, dia terkejut. Betapa kagetnya ketika dilihat di selulernya ternyata pesan belum terkirim. “Waduh maaf bos. Sori bos. Setelah saya cek ternyata pesan belum terkirim. Pulsaku pas habis. Sori bos, soriiii,” jelasnya gelagapan. Kini giliran Yu Tub yang diamuk Mat Tasan. Bukan cuma itu, Mat Pi’i juga marah besar. “Sori Mat. Pas kirim SMS pulsaku habis ternyata. Sorii,” jawabnya.
Diapun memilih solusi lain. Dengan cara mencarikan pinja man uang untuk membeli kambing. Sore itu juga, kambing berhasil dia beli. “Daripada saya yang dipotong karena dimarahi bos, mending nyari duit hutangan saja,” batinnya sambil mengantar kan kambing ke rumah Mat Tasan petang itu.

Posting Komentar