Lupa dengan Sepeda Motor Sendiri

Foto: cong kenek


Banyaknya sepeda motor dengan merek dan warna yang sama tentu ada ruginya. Selain disebut-sebut pasaran kali ini juga bikin si pemilik bingung. Sampai lupa karena plat nomornya sudah berganti

               Di Kantor Kejaksaan Negeri Lumajang Cong Kenek terlihat buru-buru. Dia yang baru pulang dari mengurus nomor ken daraannya untuk diperpanjang langsung naik tangga. Saking terburunya, sejumlah teman yang sedang asyik kongkow-kongkow sekalipun juga tak disapa. Sampai-sampai Man Kapit me nyindirnya. “Aku yo pernah terburu-buru rek, tapi kalau ada teman ya pasti menyapa. Itu kalau aku loh rek,” ucapnya lantang sambil melirik Cong Kenek. Sambil jalan menaiki tangga, Cong kenek sempat membalas. “Sori brow… ini terburu. Urusan bangsa negara soal nya,” jawabnya sambil jalan yang ditertawakan Mat tasan dan Mat Pi’i yang sedang duduk bersama Man Kapit. “Alaaah, paling urusan kerjoan kamu ini Cong…Cong. Masak urusan kerjaan mengalahkan pertemanan. Gak setia itu namanya Cong,” tambah Mat Pi’i. Tetap saja Cong Kenek menaiki tangga. Dia terlihat tergesa-gesa mes kipun teman-temannya mengajak untuk menyeruput kopi barang sejenak. “Sori rek sori. Iki urusan negoro soale.
                Negoro lebih penting,” sanggahnya lalu hilang tertutup dinding-dinding kantor kejaksaan. Tanpa banyak tanya, Cong Kenek langsung menuju salah satu ruangan. Disana sudah ditunggu Mat Soleh di depan pintu. Rupanya Mat Soleh sedang menunggu salah seorang untuk ditemui. Kebetulan Cong Kenek yang punya tujuan sama niatnya bertemu bareng-bareng. Sesaat kemudian, merekapun terlihat menemui seseorang di kejaksaan negeri Lumajang yang kini berkantor di Jalan Pelita Lumajang. Entah apa yang didiskusikan, keduanya tampak murung. Cong kenek terlihat beberapa kali menggaruk-garuk kepala pertanda kecewa. Sementara Mat Soleh dengan gayanya yang santai hanya menteng kelek di hadapan seorang jaksa. Keduanyapun ditinggal begitu saja oleh seorang jaksa. Kembalilah mereka duduk di atas kursi tepat di depan pintu ruang Kajari. Cong Kenek menunjukkan raut muka kecewa, begitu juga dengan Mat Soleh. Itu karena mereka sudah menunggu berjam-jam tak membawa hasil memuaskan. Setelah lewat dua jam, mereka yang menunggu lama akhirnya menyerah. Keduanya turun dan menuju lokasi parkiran. Mat Soleh langsung mengambil sepeda motornya lalu tancap gas meninggalkan kantor kejaksaan. Sementara Cong Kenek terlihat lolak-lolok. Lagi-lagi dia ditegur teman-temannya.
“Cong, ngopi dulu lah Cong. Sini ngopi biar gak gagal paham,” celetuk Mat Pi’i. Mat Tasan menambahi. “Wes Cong urusan kerjaan gak akan ada habisnya. Tapi kalau teman sehidup semati Cong,” ucapnya senada meledek. Cong kenek yang kebingungan langsung saja mengumpat halus. “Sori rek, aku wes lali karo rikoriko iki. Jeneng-jenengmu kabeh aku yo wes pikun. Sori yo rek,” ucapnya sambil mondar-mandir mencari sepeda motornya yang diparkir berjajar dengan sepeda motor sejenis. Ucapan itu bikin teman-temannya sempat tersinggung. Namun tetap saja mereka meledek Cong Kenek. “Alah gayamu Cong-Cong. Coba ada duit pasti hilang pikunmu,” sindir Mat Tasan. Tetap saja Cong kenek tak menghiraukan. Dia tetap fokus memelototin satu persatu sepeda motornya. Justru dia sempat menuduh teman-temannya menyembunyikan sepeda motornya. “Wes rek, ojo guyon. Endio sepedaku rek, sepeda matic warna abang” tanya Cong Kenek dengan memasang muka cemberut. “Ngonoh iku rek lek sepeda pasaran. Akeh sing podo gak spesial blas,” jawab Mat Pi’i. “Yo wong olene 86 mesti lali,” jelas Mat Tasan. “Wes rek, ojok guyon. Endi sepedaku rek,”: ucapnya sambil berjalan menuju teman-temannya. “Cong, sepedamu kan diparkir di pojok situ, dekat tiang. Lah itu kan sepedamu Cong. Tempate tetep Cong,” ucap Mat Tasan. Spontan Cong Kenek terkejut. Dia baru sadar jika sepedanya tidak berubah posisi.

Hanya saja dia sedikit pangling karena nomor polisinya berganti. Yang baru saja diganti saat dia mengurus perpanjangan nomor kendaraan. “Waduh rek-rek, sori rek, soriii,” kata Cong Kenek sambil gelenggeleng. Spontan ungkapan itu bikin teman-temannya tergelak tawa. Mat Tasan, Mat Pi’i dan puluhan tamu di depan musala Kejaksaan terpingkal-pingkal. “Ngunuh iku lek kakean mikir negoro. Gak cuma pikun neng konco. Neng sepedamotore dewe yo pikun rek,” sindir Mat Tasan yang menambah teman-teman lainnya terbahak-bahak. “Yo ora po opo Cong. Sekalikali sesok bojomu konokne yoh. Omongo lek awakmu wes lali dadi bojone ha ha ha,” ledek Mat Pi’I yang bikin suasana tambah gaduh. “Gakpopo ngunuh Cong. Ben disiram banyu koca’an karo bojomu koyok ndisek,” sambat Mat Tasan bikin semua yang ada di parkiran terpingkal-pingkal.