Mulai Kapan Radio Nyiarke Fotone Uwong, Pak?

Foto: Radar Semeru
Kalau penjelasan tidak lengkap bisa jadi orang salah paham. Seperti wartawan radio ini, yang meminta foto ke nara sumber. Diapun sempat dicurigai. Bahkan sedikit diomeli.


Setiap kali ada kasus kriminal, hampir semua wartawan berkumpul. Begitu juga dengan Cong Kenek. Seorang wartawan radio. Sama seperti wartawan lainnya, namun beda dalam medianya saja. Perbedaan media ternyata juga bisa menimbulkan sedikit per ma salahan. Karena memang setiap media menonjolkan sisi masingmasing. Seperti media cetak berupa tulisan dan foto. TV menggunakan audio dan visual. Sedangkan radio, hanya menonjolkan suara saja. Tentu tak harus ada visual ataupun foto. Namun, apesnya bagi Cong Kenek. Ketika ada kasus kriminal, dia bergabung dengan wartawan yang lain. Merekam dan mencatat. Dan tentunya juga ikut memfoto. Salah satu nara sumbernya tiba-tiba mendatangi Cong Kenek. “Mas sampean kan wartawan radio?” kata Mat Pi’i. Tanpa tahu maksud dari Mat Pi’I, Cong Ke nek mengiyakan saja apa yang dita nyakan. Ditanya balik kenapa bertanya itu, Mat Pi’i menjawab hanya me mastikan saja. Namun demikian Mat Pi’i terus saja berbicara ketika direkam oleh Cong Kenek. Semua pertanyaan dijawab dengan lancar oleh Mat Pi’i. Dia merupakan salah satu keluarga korban kecelakaan tabrak lari. Berhubung tidak tahu banyak soal ke war tawanan, Mat Pi’i juga banyak bertanya kepada Cong Kenek. “Nek wartawan radio iku piye mas?” tanya Mat Pi’i lugu.

Cong Kenek pun menanggapi dengan baik pertanyaan Mat Pi’i. Selain menjelaskan bagaimana cara liputannya, Cong Kenek juga curhat. Bahwa dirinya tidak bisa libur seperti wartawan-wartawan lainnya. “Riyoyo gak onok libure pak. Mari salat ied iku langsung siaran,” katanya. “Tapi yo piye maneh iku wes dadi pekerjaanku,” kata Cong Kenek menambahkan. Tidak lama kemudian, Cong Kenek meminta foto Mat Pi’i. Mat Pi’i diminta berdiri di depannya dengan posisi siap. “Pak ngadek kene pak,” katanya. Mat Pi’i bingung. Tapi tetap mengikuti perintah Cong Kenek. “Ngene pak?” katanya dalam posisi siap. Setelah itu, Cong Kenek mengarahkan hapenya untuk motret Mat Pi’i. Mat Pi’i pun langsung protes ke Cong Kenek. “Sampean jare wartawan radio lha kok moto-moto barang pak? Aku mesio gak sekolah duwur yo ngerti nek wartawan radio gak onok bentuke pak. Mulai Kapan radio nyiarke fotone uwong, pak,” kata Mat Pi’i dengan nada tinggi. “Aku yo nang online pisan pak. Iku nek gak percoyo takon arekarek,” balas Cong Kenek meyakinkan Mat Pi’i. Untungnya teman-teman Cong Kenek mengiyakan. Mat Pi’i pun langsung percaya. “Sampean nek ngekei penjelasan gak lengkap. Sepurone rodok curiga yo pak,” kata Mat Pi’i, kemudian mempersilakan Cong Kenek motret dirinya.