Dunia Nabi ~ Pada awalnya Abu Ubaidah memeluk agama Islam atas ajakan Abu Bakar. Hidayah datang kepadanya sehingga timbul kesadaran untuk mengikuti ajaran Rasululllah saw. Ketika itu, Abu Ubaidah bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Utsmann bin Maz’un, dan Arqam mendatangi Rasulullah. Mereka mengucapkan kalimat syahadat di hadapan Rasulullah. Sejak itu, Abu Ubaidah mengamalkan ajaran agama Islam dengan penuh keikhlasan.
Abu Ubaidah bin Jarrah adalah salah seorang sahabat yang dijamin Rasulullah masuk surga. Bagaimana kepribadian Abu Ubaidah bin Jarrah sehingga Rasulullah menjanjikan surga bagi Abu Ubaidah bin Jarrrah ? Abu Ubaidah bin Jarrah senantiasa memegang amanah Allah swt.
Suatu ketika, Rasulullah pernah bersabda, “Tiap-tiap umat memiliki pemegang amanah. Pemegang amanah umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.” Hanya Abu Ubaidah bin Jarrah yang mendapat sebutan demikian. Abu Ubaidah bin Jarrah adalah seorang yang memiliki sifat-sifat mulia, seperti jujur, tawadhu, dan pemalu.
Pada suatu hari, serombongan kaum nasrani dari Najran mendatangi Rasulullah. Ketika itu, mereka sedang menghadapi suatu perselisihan. Mereka meminta Rasulullah mengutus negeri mereka. Kemudian Rasulullah menjawab, “Pada esok hari, aku akan mengutus seseorang yang benar-benar terpercaya, benar-benar terpecaya, benar-benar terpecaya.” Rasulullah mengucapkan kata “amiien” hingga tiga kali.
Berita tentang ucapan Rasulullah tersebut terdengar oleh para sahabat. Setiap sahabat ingin sekali dirinya yang ditunjuk sebagai utusan tersebut. Umar bin Khattab pun menginginkan dirinya yang ditunjuk oleh Rasulullah sebagai utusan. Rasulullah memandang ke arah para sahabat. Umar sengaja mengangkat kepalanya agar Rasulullah melihat dirinya dan menunjuknya sebagai utusan. Kemudian, Rasulullah berkata, “Wahai Abu Ubaidah, pergilah bersama penduduk Najran ke negeri mereka. Terapkanlah hukum-hukum kebenaran terhadap perselisihan di antara mereka.” Demikianlah, Abu Ubaidah adalah orang yang benar-benar terpercaya.
Pada suatu masa, terjadi peperangan Badar antara kaum muslim dengan kaum kafir Quraisy Mekkah. Di antara barisan tentara kaum kafir Quraisy terdapat ayah Abu Ubaidah.
Sementara itu, Abu Ubaidah berada di barisan tentara muslim untuk membela agama Allah. Ketika terjadi pertempuran itu, Abu Ubaidah menghindari ayahnya. Namun, ayahnya terus mengikutinya. Abu Ubaidah terus menghindar. Ayahnya sangat marah. Akhirnya, Abu Ubaidah tidak dapat menghindar lagi. Terjadilah pertempuran sengit di antara ayah dan anak. Abu Ubaidah dalam kondisi terdesak hingga ia terpaksa melawan serangan ayahnya dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, ia membunuh ayahnya sendiri.
Hatinya sangat berduka. Namun, ia ingin menegakkan amanah Allah. Kemudian, Allah menurunkan ayat 22 Surat Mujaadilah yang artinya, “Kamu tak akan mendapat kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat-Nya). Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”
Allah menjanjikan orang-orang seperti Abu Ubaidah akan dimasukkan ke dalam surga. Mereka adalah golongan yang beruntung.
Perjuangan Abu Ubaidah
Abu Ubaidah adalah seorang muslim yang benar-benar menyerahkan segala yang dimilikinya untuk agamanya. Ia memeluk agama Islam dengan sepenuh hati. Ia berjuang dengan penuh keikhlasan, baik dalam menerapkan ajaran Islam maupun berjuang di medan tempur.
Pada suatu ketika, Abu Ubaidah memimpin pasukan Islam dalam suatu peperangan. Mereka yang jumlahnya tiga ratus orang hanya dibekali dengan sekarung kurma tersebut.
Saat perbekalan sudah mulai menipis, Abu Ubaidah hanya membagikan satu buah kurma pada masing-masing tentaranya. Mereka mengisap-ngisap air yang ada dalam buah kurma tersebut.
Perbekalan sudah habis, tetapi perjalan jauh. Abu Ubaidah dan pasukanya sungguh keletihan. Mereka memutuskan untuk menempuh perjalanan di dekat pantai. Saat itulah mereka menemukan ikan besar yang sudah mati. Ketika itu, Abu Ubaidah melarang mereka memakannya. Akhirnya, karena mereka benar-benar kelaparan, Abu Ubaidah mengizinkannya. Demikianlah, Abu Ubaidah sangat bijaksana dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Abu Ubaidah Dihormati Umar bin Khattab
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khattab berkumpul dengan para sahabat. Ketika itu. Umar mengajukan suatu pertanyaan, “Apa cita-cita tertinggi kalian.?”
Setelah itu, mereka pun mengungkapkan keinginan terbesar mereka. Ada yang berkata, “Seandainya rumah ini dipenuhi oleh emas, maka saya akan menginfakkan semuanya untuk jalan Allah.” Ada juga yang menjawab, “Seandainya rumah ini dipenuhi dengan emas, intan dan permata, saya akan menginfakkannya di jalan Allah.”
Kemudian, Umar bertanya, “Apakah ada cita-cita kalian yang lebih baik dari pada itu?”. Menurut mereka, cita-cita itu adalah hal yang terbaik. Khalifah Umar berkata, “Keinginan yang terbaik ialah seandainya Allah memenuhi ruangan ini dengan pejuang muslim seperti Abu Ubaidah bin Jarrah yang jujur, adil dan bijaksana.”
Khalifah Umar juga memandang Abu Ubaidah, sebagai seorang yang pantas memimpin kaum muslim. Ketika itu, Khalifah Umar sudah mendekati ajalnya. Ia berkata, “Sekiranya, Abu Ubaidah masih hidup, aku akan menunjuknya sebagai khalifah pengganti. Apabila kelak aku ditanya oleh Allah tentang alasannya, Aku akan menjawab, ”Aku memilihnya karena ia adalah seorang pemegang amanah umat dan Rasulullah.” Begitulah Umar bin Khattab memandang Abu Ubaidah.
Oleh Sugiasih, S.Si.
Posting Komentar