Kisah Insyafnya Abu Sufyan bin Harb

Dunia Nabi ~ Pada zamannya, Abu Sufyan adalah seorang  saudagar yang terkemuka di wilayah Arab, ia telah berdagang hingga ke negeri Syam dan negeri-negeri di wilayah Arab. Selain sebagai seorang saudagar, Abu Sufyan bin Harb adalah juga salah seorang tokoh Quraisy. Ia adalah seorang yang senang dipuji dan dibanggakan oleh orang. Apabila ia melakukan perjalanan, ia sering kali membawa panji para pemimpin Quraisy yang dikenal dengan nama ‘Al-Uqab’. Panji itu hanya dipegang oleh pemimpin Quraisy, pada masa peperangan panji itu dibawa oleh Abu Sufyan bin Harb.


Pada suatu masa, Rasulullah mulai menyebarkan ajarannya, saat itu, Abu Sufyan adalah salah seorang yang sangat menentang  dan memusuhi Rasulullah. Peran Abu Sufyab dalam memerangi Islam terlihat pada beberapa peristiwa. Abu Sufyan ikut serta dalam rombongan kaum Quraisy yang mendatangi Abu Thalib, paman Rasulullah. Ketika itu, kaum Quraisy meminta Abu Thalib untuk menyerahkan Nabi Muhammad untuk dipenggal kepalanya. Abu Sufyan juga berperan serta dalam pembuatan surat pernyataan pengasingan Bani Hasyim. Ketika itu, Rasulullah dan pengikutnya menderita karena tidak mendapatkan pasokan makanan.

Pada suatu ketika, ajaran agama Islam telah menyebar hingga ke Madinah. Oleh karena itu, Rasulullah memerintahkan kaum muslim di Mekkah untuk berhijrah ke Madinah. Di Madinah, kaum muslim Mekkah diterima dengan baik oleh penduduk Madinah. Mereka dapat  hidup dengan tenteram dan damai. Beberapa lama kemudian, terjadi peperangan di Badar antara tentara Muslim dan tentara Quraisy. Peperangan itu berakhir dengan kemenangan oleh tentara kaum muslim. Kaum Quraisy merasa terhina dan menyimpan rasa dendam kepada kaum muslim.

Kurang dari setahun, kaum Quraisy telah berhasil mempersatukan kabilah-kabilah di Mekkah dan sekitarnya untuk menyerang Rasulullah dan kaum muslim di Madinah.  Mereka mengumpulkan dana untuk membiayai peperangan tersebut. Sumber dana diambil dari sebagian keuntungan penjualan barang dagangan mereka.

Angkatan perang Quraisy yang berjumlah lebih dari 3.000 orang tentara yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Mereka berangkat ke Madinah dengan membawa tuhan mereka yang paling besar, yaitu berhala Hubal. Dalam iringan pasukan Quraisy, terdapat perempuan-perempuan yang bernyanyi, dan Minuman mereka minuman keras dan berbagai macam alat musik dibawa turut serta. Istri Abu Sufyan, Hindun binti Uqbah, juga ikut serta dalam rombongan itu. Sehingga peperangan tejadi di gunung Uhud. Kali ini, peperangan berakhir dengan kemenangan tentara Quraisy. Tentara muslim kalah setelah parah pemanah tidak mematuhi perintah Rasulullah. Para pemanah telah meninggalkan pos-pos mereka. Hal itu memudahkan tentara Quraisy untuk menyerang pertahanan  tentara muslim.

Setelah perang usai, Abu Sufyan yang berada di puncak Gunung Uhud berteriak meminta kaum muslim untuk menyembah berhala Hubal. Kemudian, Rasulullah memerintahkan kepada Umar untuk menjawab ajakan Abu Sufyan. Umar pun menjawab, “Allah Maha Agung”, mayat orang-orang kami berada di surga, sementara mayat orang-orang kalian berada di neraka.”

Kemudian, Abu Sufyan meminta Umar untuk mendekat kepadanya. Rasulullah pun memerintahkan Umar untuk mendekatinya. Setelah Umar mendekat. Abu Sufyan bertanya, “Wahai Umar, katakan kepadaku apakah pasukan  kami berhasil membunuh Muhammad?”. Pada Perang Uhud telah tersebar berita bohong yang mengatakan bahwa Rasulullah telah terbunuh. Umar menjawab, “Demi Allah, tidak, ia  masih mampu mendengar perkataanmu.” Kemudian, Abu Sufyan berkata, “Aku lebih percaya kepadamu dari pada Ibnu Qamiah yang mengatakan ia telah berhasil membunuh Muhammad !”

Sebelum  kembali ke Mekkah, Abu Sufyan juga berkata, “Kita akan bertemu lagi di tahun mendatang di Badar,” Rasulullah memerintahkan seorang sahabat untuk menjawab tantangan Abu Sufyan. Sesuai perintah Rasulullah, sahabat itu menjawab, “Kami akan sambut tantanganmu.” Demikianlah, Abu Sufyan adalah seorang yang sangat memusuhi agama Islam pada awalnya. Kelak, ia tidak dapat menyangkal sedikit pun  tentang kebenaran  ajaran agama Islam.

Abu Sufyan bin Harb Yang Ketakutan

Perang Uhud telah berakhir. Abu Sufyan dan pasukannya hendak kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan tersebut ada seorang yang mengusulkan untuk menyerbu  kaum muslim di Madinah. Ternayata Abu Sufyan menyetujui usul tersebut. Sementara itu, Rasulullah yang berada di Madinah merasa tidak tenang. Ia khawatir pasukan Quraisy akan melakukan penyerangan ke Madinah. Ternyata benar, Rasulullah  mendengar kabar bahwa pasukan Quraisy hendak menyerang kota Madinah dan dalam perjalan ke Ar-Rauha. Oleh karena itu, Rasulullah menyeru kaum muslim bersiap untuk perang. Mereka harus berangkat ke medan perang, padahal saat itu banyak kaum muslim yang terluka sepulang dari Perang Uhud. Namun kaum muslim mematuhi perintah Rasulullah. Pasukan muslim tiba di Hamra’ul Asad.

Saat di Hamra’ul Asad, datang seorang yang bernama Mabad menemui Rasulullah. Mabad adalah seorang dari suku Khuzab. Ia menyatakan keinginannya untuk memeluk  agama Islam. Rasulullah pun mengislamakannya. Setelah itu Rasulullah memerintahkan Mabad untuk menemui Abu Sufyan di Ar-Rauha. Sesampai di Ar-Rauha. Mabad menemui Abu Sufyan. Saat itu, Abu Sufyan tidak mengetahui bahwa Mabad telah memeluk agama Islam. Mabad berkata, “Aku melihat tentara Muhammad dalam jumlah besar dan persenjataan yang lengkap. Mereka hendak mengejarmu dan menuntut balas atas kekalahan mereka.”

Abu Sufyan, “Ah, kamu berbohong.” Mabad berkata, “Jika engkau tidak percaya kepadaku, tunggulah kedatangan pasukan Muhammad. Pasti, engkau akan hancur nanti.” Abu Sufyan berkata dengan sombongnya, “Kalau demikian, aku akan mengumpulkan kekuatan. Setelah itu, kami akan membinasakan mereka,” Mabad berkata, “Jangan engkau lakukan itu. Jumlah tentaramu lebih sedikit dibandingkan mereka. Aku khawatir engkau dan pasukanmu akan dihancurkan oleh tentara Muhammad.” Raut wajah Abu Sufyan berubah setelah mendengar perkataan Mabad. Akhirnya, Abu Sufyan kembali ke Mekkah. Ia benar-benar ketakutan membayangkan Rasulullah dan tentaranya menyerang pasukannya. Berita dari Mabad mempengaruhi dirinya.

Abu Sufyan Dalam Perang Khandak

Pada suatu masa, Abu Sufyan kembali berhasil mengerahkan pasukan Quraisy. Mereka hendak menyerang Madinah. Tentara Quraisy merupakan gabungan dari kabilah Arab dan Yahudi. Oleh karena itu, mereka disebut tentara sekutu. Tentara sekutu dipimpin oleh Abu Sufyan dan jumlahnya mencapai 10.000 orang. Mereka yakin  mampu memusnahkan seluruh penduduk Madinah. Berita kedatangan pasukan Quraisy telah sampai di telinga Rasulullah. Oleh karena itu, Rasulullah pun bersiap diri dengan membuat parit di sekitar Kota Madinah. Saat itu, Rasulullah hanya berhasil mengumpulkan tentara muslim sebanyak 3.000 orang.

Alangkah terkejutnya Abu Sufyan dan tentaranya, ketika mereka sampai di pinggir Kota Madinah. Kota Madinah di kelilingi oleh parit yang besar dan benteng pertahanan yang kokoh. Akibatnya, tentara Quraisy hanya dapat berkemah dipinggir parit. Mereka ingin mencoba mencari cela atau jalan yang dapat ditembus. Namun, mereka tidak menemukannya.

Pada waktu itu, kaum muslim di  kota Madinah sangat ketakutan. Hal ini dikarenakan mereka menghadapi musuh dari luar, yaitu tentara Quraisy dan Bani Ghathafan serta musuh dari dalam, yaitu Bani Quraizhah. Ketakutan kaum muslim digambarkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 10-11. “Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat hebat.”

Pada masa itu, Nuaim bin Mas’ud yang berasal dari Bani Ghathafan menemui Rasulullah . Ia  menyatakan bahwa dirinya telah memeluk agama Islam dan menawarkan bantuan. Rasulullah memerintahkan kepada Nuaim untuk menyusup ke tempat musuh.

Kemudian, Nuaim bin Mas’ud pergi mendatangi Bani Quraizhah. Bani Quraizhah adalah kaum Yahudi di Kota Madinah. Mereka tidak mengetahui bahwa Nuaim telah menjadi anggota muslim. Nuaim menyatakan bahwa sesungguhnya kaum Quraisy dan kaum Ghathafan hanya merasa sebagai pendatang. Apabila ada kesempatan, mereka akan meninggalkan Bani Quraizhah, sehingga ia akan berperang sendirian untuk mengahadapi tentara muslim. Kepada mereka, Nuaim menyarankan agar Bani Quraizhah tidak mau berperang bersama kaum ghathafan dan kaum Quraisy, kecuali kaum Quraisy dan Ghathafan menyerahkan tokoh-tokoh mereka sebagai jaminan.

Setelah itu, Nuaim mendatangi tempat kaum Quraisy, Nuaim memberikan beberapa  nasihat kepada kaum Quraisy. Mereka menganggap Nuaim ada di pihak mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa Nuaim telah menjadi muslim. Mereka pun menerima nasihat Nuaim. Ketika itu, Nuaim berkata, ”Apabila orang-orang dari Bani Quraizhah meminta jaminan tokoh-tokoh kalian, janganlah kalian menyerahkannya. Tokoh- tokoh kalian hanya akan mereka serahkan kepada Muhammad. Dengan demikian, Muhammad dan Bani Quraizhah akan bersatu  untuk mengusir kalian dari Madinah.”

Kemudian, Nuaim menemui kaum Ghathafan seperti halnya yang ia katakan kepada kaum Quraisy. Pada pagi harinya, Abu Sufyan yang memimpin kaum Quraisy mengirim utusan kepada Bani Quraizhah. Abu Sufyan meminta Bani Quraizhah untuk membantu melawan tentara muslim. Namun, pemimpin Bani Quraizhah tidak mau membantu jika kaum Quraisy tidak menyerahkan tokoh-tokohnya sebagai jaminan. Saat itulah terjadi perdebatan antara kaum Quraisy dan Bani Quraizhah.

Sementara itu, Allah memberikan pertolongan dengan mengirimkan angin topan. Perkemahan tentara Quraisy menjadi porak poranda. Peristiwa  ini dikisahkan dalam Al-Qur’an Surat  Al-Azhab ayat 9, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan Allah maha Melihat akan apa yang  kamu kerjakan.”

Abu Sufyan dan pasukannya merasa putus asa. Kemudian mereka memutuskan untuk kembali ke Kota Mekkah.

Abu Sufyan Memeluk Agama Islam

Pada tahun keenam Hijrah, Rasulullah dan kaum Quraisy menyepakati suatu perjanjian damai. Perjanjian itu dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibah, mereka pun dapat hidup damai. Sudah sejak lama, Bani Khuza’ah dan Bani Khuza’ah bermusuhan. Permusuhan mereka berakhir setelah disepakati perjanjian Hudaibah. Ketika itu, Bani Khuza’ah bersekutu dengan Rasulullah, sedangkan Bani Bakar bersekutu dengan kaum Quraisy.

Pada bulan Sya’ban tahun kedelapan Hijrah, Bani Bakar  menyerang Bani Khuza’ah. Banyak orang dari Bani Khuza’ah yang terbunuh. Di antara Bani Khuza’ah yang selamat meminta pertolongan kepada Rasulullah. Rasulullah segera  mempersiapkan pasukannya untuk menyerang Kota Mekkah. Sejak itu, orang-orang Quraisy merasa telah melakukan kesalahan yang fatal, seperti halnya orang Quraisy lainnya, Abu Sufyan bin Harb  juga merasa gelisih. Kemudian, orang-orang Quraisy meminta Abu Sufyan untuk pergi menemui Rasulullah. Tujuannya adalah untuk membujuk Rasulullah untuk mengadakan perjanjian damai yang kedua. Lalu ia pergi ke Madinah tanpa pasukan dan tanpa senjata.

Sejak beberapa waktu sebelumnya, Abu Sufyan telah menyadari kebenaran ajaran agama Islam. Namun nafsunya terhadap kekuasaan menghalangi dirinya untuk memeluk agama Islam. Ia takut kehilangan kekuasaannya sebagai pemimpin kaum Quraisy. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ternyata, Abu Sufyan tidak lama memimpin kaum Quraisy  karena Rasulullah akan segera menaklukan Kota Mekkah.

Ketika ia sampai di Madinah, Abu Sufyan mendatangi rumah Ummu Habibah, putrinya yang menjadi istri Rasiulullah, setelah masuk rumah, Abu Sufyan hendak duduk ditikar. Akan tetapi, Ummu Habibah segera melipatnya tikar tersebut, sehingga Abu Sufyan terkejut melihat tindakan anaknya (Ummu Habibah). Ummu habibah berkata, “Ini adalah tikar Rasulullah saw, sedang engkau adalah seorang musyrik yang najis. Aku tidak ingin engkau duduk di atas tikar Rasulullah. Abu Sufyan marah dan berkata, “Demi Allah, engkau akan mengalami hal yang buruk sepeninggal aku.” Ummu Habibah  menjawab dengan tenang, “Semoga Allah memberi hidayah kepadaku.” Kemudian, Abu Sufyan pergi dengan hati penuh amarah.

Baca juga :
Abu Sufyan menemui Abu Bakar untuk membujuk Rasulullah agar mengadakan perjanjian damai lagi. Namun, Abu Bakar menyatakan bahwa dirinya tidak dapat melakukan hal itu. Setelah itu, Abu Sufyan mendatangi Umar bin Khattab, saat melihat Abu Sufyan, Umar langsung berlari ke tempat Rasulullah. Umar berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya.” Abbas yang kebetulan ada di sana juga berkata, “Ya Rasulullah, Aku telah menjamin dan melindunginya”.

Pada siang harinya, Abu Sufyan di bawah menghadap Rasulullah, ketika Rasulullah berkata, “Celaka engkau Abu Sufyan, apakah engkau belum juga menyadari bahwa tiada Tuhan selain Allah?”. Abu Sufyan menjawab, “Hal itu tidak dapat aku sangkal sedikit pun”. Kemudian Rasulullah berkata lagi. “Celaka engkau Abu Sufyan, apakah engkau juga belum mengakui bahwa aku adalah Rasul Allah?”. Abu Sufyan menjawab, “Untuk hal itu, jiwaku masih sedikit keberatan untuk mengakuinya.” Mendengar perkataan itu, Abbas membentak Abu Sufyan dan memintanya mengucapkan kalimat syahadat dengan yang benar. Akhirnya Abu Sufyan sang pemimpin Quraisy, memeluk agama Islam.

Setelah itu, Rasulullah mengutus Abu Sufyan ke Mekkah, Abu Sufyan diminta memberitakan kepada penduduk Mekkah tentang kedatangan Rasulullah dan pasukannya. Ketika itu Rasulullah berpesan, ”Barangsiapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, Masjidil Haram, atau berada di rumah masing-masing maka ia akan aman”.

Kemudian Abu Sufyan kembali ke Mekkah. Sesampai di sana.Abu Sufyan segera memberitakan akan datangnya pasukan Rasulullah dalam jumlah yang besar. Tidak lupa, ia juga menyampaikan pesan Rasulullah dan mengajak orang-orang Quraisy  memeluk agama Islam.

Semenjak memeluk agama Islam, Abu Sufyan bin Harb, ikut serta dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Ia juga ikut berjuang di medan Perang Yarmuk. Dalam peperangan itu, ia  tampak  sangat bersemangat menyerang musuh yang seolah-olah  hendak menebus dosanya selama ini. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosanya. 

Oleh Sugiasih, S.Si.