Menjadi Hamba Yang Bersyukur

Reportase Terkini - Hidup ini pada hakikatnya adalah ujian. Melalu ujian kehidupan, nilai amal dan tingkat keimanan bisa diketahui. Melalui ujian kehidupan, kita bisa mengukur sejauh mana kesalahan seseorang.



Pada dasarnya, ujian kehidupan selalu memiliki dua bentuk: kenikmatan dan kesengsaraan. Ada kekayaan dan kemiskinan. Ada kesehatan dan penyakit. Ada juga kelapangan dan kesempitan. Seorang muslim yang baik akan menerima ujian kelapangan, kekayaan, dan kenikmatan dengan sikap penuh syukur.

Sifat syukur memang harus dimiliki oleh setiap orang, termasuk seorang suami yang menjadikan kepala keluarga dan istri yang menjadi pendamping hidupnya. Dengan mengedepankan sifat syukur, akan lahir kekuatan yang luar biasa dalam hidup ini. Selain itu, juga akan terbentuk sumber daya manusia yang arif lagi bijaksana.

Keteladanan untuk selalu bersyukur ini telah lama diajarkan oleh Rasulullah Saw. Ditengah mengerjakan salat malam, Rasulullah menangis. Aisyah, sang istri, pun bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis seperti itu, padahal Allah telah mempunyai dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?"

Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah menjawab, "Apakah tidak boleh jika aku menjadi hamba yang bersyukur, wahai Aisyah? Di hari kiamat ada seruan kepada orang-orang yang memuji, kemudian berdirilah sekelompok orang dari kelompok itu beri sebuah bendera menuju surga."

Aisyah kemudian bertanya lagi, "Siapakah orang-orang yang memuji itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang senantiasa bersyukur dalam segala keadaan."

Kisah ini memberikan keteladanan kepada kita untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt. Bahkan, Allah menjanjikan surga kepada mereka yang bersyukur. Syukur memiliki dimensi yang sangat luas. Syukur bukan hanya timbul dari mulut saja, tapi ucapan tulus sebagai bentuk dari keadaan hati yang selalu mengingat kemurahan Allah Swt.
Baca Juga : Jika Kamu Takut Pada Neraka Sedekahlah Walau Sebiji Kurma
Pada ulama menjelaskan bahwa syukur adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah, baik secara lahir maupun batin. Orang yang mengatakan dirinya bersyukur tapi tidak mengerjakan apa yang diperintahkan Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya, maka dia bukan tergolong orang yang bersyukur. Banyak ayat Al-Quran yang menjadi landasan agar manusia selalu bersyukur kepada Allah, diantaranya adalah: "Maka, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Dalam ayat ini, dengan tegas Allah Swt. memerintahkan kepada semua manusia untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah pada kita, agar tidak menjadi orang yang ingkar atas segala kenikmatan-Nya. Kita tidak mungkin bisa menghitung nikmat yang kita terima selama ini. Kita hanya diminta untuk bersyukur sebagai bentuk kesadaran seorang hamba kepada Penciptanya. [reportaseterkini]