Suryana (43) pemilik Kafe Stand 5758, Surya Enjoy I dan II Kalijodo, ini menyediakan bermacam kesenangan berupa minuman bir dan soda, musik, dan tentu saja pelacur alias pekerja seks komersial (PSK).
Khusus untuk perempuan penghibur, Suryana mengakui bahwa dari tiga kafe yang dimilikinya, terdapat total 47 PSK. Wanita-wanita itu, kata Suryana berasal dari berbagai daerah, bahkan bekas primadona lokalisasi Doli pun ada.
"Banyak dari NTB, Kalimantan, Jawa, yang Doli juga ada 1-2. Di sini nggak ada paksaan," tutur Suryana saat berbincang dengan awak media di Kalijodo, Jakarta Utara, kemarin.
Menurut Suryana, tak ada aturan main khusus yang diterapkannya bagi wanita-wanita penghibur itu. Dia mengaku tak pernah memaksa dan hanya bertugas menyediakan tempat.
"Kalau mau kerja silakan saya sediakan tempat. Kalau nggak ada, ya silakan keluar. Saya enggak mau buat ribet," ucap Suryana.
Tarif setiap perempuan pemuas nafsu di Kalijodo bervariasi. Namun, Suryana enggan menyebutkannya. Pelanggannya pun, menurut Suryana, juga ada yang berasal dari ekspatriat. Berdasarkan obrolan mulut ke mulut, tarif di Kalijodo berada di kisaran Rp100-200 ribu untuk sekali “permainan”.
Meski diakui terdapat praktik prostitusi, Suryana mengklaim tak ada praktik judi dan penggunaan narkoba di Kalijodo. Untuk judi, menurutnya telah lama hilang.
Adapun untuk minuman beralkohol, hanya ada bir yang dijual di tempatnya. Berdasarkan pantuan CNNIndonesia.com, setiap kafe terpampang papan salah satu merek bir sebagai sponsor.
Minuman bir, kata Suryana, sudah dipasok oleh orang yang disebut sebagai tokoh warga lokal, alias Daeng Abdul Aziz. Pria Cianjur ini menyatakan selama ini di Kalijodo tak ada keributan.
Hanya saja, kata dia, keributan kerap terjadi akibat orang luar yang membawa minuman keras yang kadar alkoholnya tinggi dan berplesir ke Kalijodo.
"Di sini aman aja. Kalau orang bilang ribut-ribut enggak pernah," ucap Suryana.
Tiga tempat ibadah berdiri
Di sisi lain, Kalijodo memiliki kehidupan religiusnya. Tak dinyana, berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, terdapat tiga tempat ibadah di lokasi ini. Tepatnya, dua masjid dan satu gereja kristen protestan.
Salah satu masjid terletak di ujung jalan Kepanduan II atau memasuki wilayah Kalijodo. Bangunan berwarna putih dengan dua lantai itu bernama Masjid Nurul Hasanah.
Muhammad Subli (27) seorang guru mengaji anak-anak setempat mengaku bersyukur, masjid ini sering didatangi masyarakat untuk salat.
"Syukur Alhamdulillah meski dekat lokalisasi tapi masyarakat di sini masih sering ke masjid," katanya.
Apalagi, masjid ini diisi kegiatan pengajian anak-anak Kalijodo usai melaksanakan salat maghrib berjamaah. Subli ingin anak-anak di kawasan Kalijodo tak terpengaruh dengan kondisi wilayah mereka yang menjadi lokalisasi.
Menurut Subli, sejauh ini anak-anak dinilainya gemar mengaji. Hal ini menumbuhkan harapan baru baginya. Sebab, dengan kehadiran pengajian dan masjid di area lokalisasi, dianggapnya dapat menjadi benteng iman yang kuat bagi anak-anak.
"Bagi saya agama tidak harus di tempat bersih justru di mulai tempat seperti ini dengan agama kita coba sadarkan mereka terlebih tak semuanya PSK," kata Subli.
Selain Masjid Nurul Hasanah, satu masjid lain berada di dalam gang kecil melewati kafe, warung, dan rumah-rumah warga yang padat. Masjid itu berada di perbatasan antara wilayah Kalijodo Jakarta Utara dengan Jakarta Barat.
Sementara, satu Gereja Bethel Indonesia atau untuk pemeluk Kristen Protestan, berdiri di dekat pos rukun warga (RW) dan posyandu. Dengan kelir putih dan pagar hitam, gereja ini juga hadir di tengah kafe dan padatnya rumah warga.
Posting Komentar