![]() |
| Foto: Radar Semeru |
Ini bukan lagu. Kalau lagu kan Cuma hamil tiga bulan. Lha ini lima bulan. Bedanya lagi, kalau di lagu kan kelihatannya hepi banget meski sempat kecelakaan. Buktinya yang nyanyi joget-joget riang. Lha kalau yang ini tangis-tangisan. Pakai ngamuk-ngamuk lagi.
Awalnya sih Cuma lirik-lirikan, tapi katanya,,,,, dari mata jatuh ke hati. Dan ternyata benar. Berawal dari mata itu, Cong Kenek berhasil mendapatkan perhatian Yu Tub.
Cong Kenek yang masih kelas satu smp itu rupanya sudah kena ranjau cinta monyet. Bocah yang tinggal di kawasan senduro ini benar-benar jatuh cintrong sama Yu Tub. Padahal, kalau disawang-sawang sebenarnya juga taka da yang istimewa dari Yu Tub. Tapi namanya juga cinta monyet.
Dan, ternyata juga sama. Yu Tub juga lagi puber dan kena cinta monyet juga. Makanya, ketika ada yang lirak-lirik dia ikutan curi-curi pandang. Hingga, ahirnya klop lah. Cinta monyet ketemu cinta monyet. Apa jadinya ya kira-kira …
Nah darisinilah petualangan cinta itu dimulai. Yu Tub yang juga masih kelas satu smp tak berdaya ketika Cong Kenek melepas panah asmaranya. Kebetulan, mereka bertetangga. Jadi mudah ketemu. Bias kapan saja meski beda sekolah. Dan, yang paling bias dipastikan, pas maghriban di mushola kampungnya.
Cong Kenek meski masih ingusan ternyata jago juga merawat bunga-bunga asmara. Hingga Yu Tub pun semakin dibuat keblinger. Tak Cuma kesemsem berat. Yu Tub bak kerbau di cocok hidungnya . pokoknya demi Cong Kenek apapaun akan dilakukaknya. Nunggu lama dia sabar. Diajak janjian meski harus sembunyi – sembunyi dari orang tuanya oke oke saja.
Singkat kata, suatu hari Cong Kenek mengajak Yu Tub untuk jalan-jalan kepinggir hutan.jauh msuk dikawasan senduro sana. “ nko enak mlaku-mlaku bareng karo ndeloki pemandangan.” Katanya.
Yu Tub sempat bingung. Sebab, untuk kesana tentulah butuh waktu yang lama. Nggak cukup sejam, tapi, dasar sudah cintrong berat, diapun cari akal agar dapat izin dari orang tuaanya. Alasanya ikut kegiatan pramuak abis sekolah.
Engingeng…. Izin pun didapat. Hari sabtu itu, mereka berduapun langsung berboncengan dengan motor milik orang tua Cong Kenek.. dan tentu, mereka harus sembunyi-sembunyi ketemuannya. Dan, di pinggir hutan itulah awal mula petaka itu, dua sejoli yang masih ingusan itu kebablas. Tak sekedar jalan-jalan, tetapi malah sudah mempraktikan pelajaran biologi. Yu Tub sempat nangis “ yok opo ki pas” katanya usai begituan dengan Cong Kenek.
Cong Kenek sempat panic juga melihat Yu Tub nangis. Tapi, ahirnya dia bias menguasai keadaan. “ wis talah tenang ae.” Kita kan slaing cinta . sudah, aku tanggung jawab kalau ada apa-apa. Kita hadapi dunia ini berdua sayaangg.. katanya sok bijaksana dan ternyata ampuh membuat hati Yu Tub tenang.
Mereka berduapun ahirnya pulang. Sampai rumah sebelum maghrib. Hari-hari berikutnya mereka lalui tetep dengan suka cita. Bahkan keduanya terlihat semakin kasmaran.
Celakanya, gara-gara sudah menikmati “enaknya” itu tadi, keduanya malah makin kecanduan. Maunya lagi dan lagi. Hingga, merekapun selalu berusha cari-cari kesmepatan. Kadang saat rumah Yu Tub sepi. Cong Kenek menyelinap. Saat orang tuanya berada di sawah, kedua sejoli itupun mabuk kepayang. Berbuat yang tak sepatutnya. Semakin hari semakin sering. Bahkan, sampai dibelani mbolos sekolah. “ aku makin yayang deh sama kamu.” Cong Kenek semakin rajin mengeluarkan jurus rayuanya. Apalagi sebelum begituan.
Beberapa bulan kemudian ada yang aneh dari tubuh Yu Tub. Badanya agak melar. Tamu bulanana juga tak lagi dating. Tapi, Cong Kenek mencoba menghibur diri dan pasanganya itu dengan kata taka pa-apa. Pokoknya beres, meski sebenarnya dia juga bingung. Tapi namanya anak-anak, mereka tak bias berbuat apa-apa.
Mat Nganu dan Yu Nah yang melihat gelagat tak beres dari tubuh anaknya ahirnya menanyai Yu Tub . awalnya tak ngaku. Tapi setelah didesak-desak, ahirnya dia buka mulut. Kini, perutnya dusah buncit. Maka, dibawalah Yu Tub ke bidan setempat. Dan, alamaak…. Bak disamabar petir. Sudah lima bulan katanya. Tanpa banyak cakap , Mat Nganu langsung melabrak Cong Kenek. Yu Tub diajak ikut serta kerumah pacarnya itu. “ Mbok kapakne anakku. Kudu tanggung jawab. Pakne mbokne yo gak genah. Duwe anak gak dididik seng bener” katanya dihadapan kedua orang tua Cong Kenek.
Mat Nganu sudah kalap. Dua juga tak sadar kalau sudah lalai juga mengawasi ankanya. Pokoknya ngamuk. “ yopo nek wis ngene” katanya menghadik Cong Kenek. Bocah itu pun tak bias menjawab. Wajahnya tertunduk. Dan ketika melihat Yu Tub nangis, dia ahirnya ikut nangis. “ sepuntene…pak” katanya lirih. Semua salaing berpandangan.
Tak berapa lama, rumah Cong Kenek pun ahirnya jadi ajang tangis-tangisan. Cong Kenek , Yu Tub dan semua orang tua mereka sesengukan. Marah, mangkel , takut semua jadi satu. Setelah agak reda, mereka pun sepakat besanan. Meski terpaksa. Yah. Gara-gara sudah lima bulaann…

Posting Komentar