Berbukalah dengan Yang Manis...

Foto: Cong Kenek
Berbukalah dengan yang manis. Begitu nasihat bijak yang sering kita dengar. Tapi, kalau lantas macak bermanis-manis dan ngajak cewek untuk buka bersama, apa jadinya?

           Yu Tub terbiasa hidup di kota besar dan lumayan ramai. Belum lama ini, dia pulang kampung. Ke rumah kakeknya yang lumayan ndeso tempatnya. Di kampung kakeknya itu dia merasa tenang. Lepas dari kebisingan kota dan kemacetan. Udaranya segar lagi. “Asyik sekali tinggal di sini. Enakan di sini,” katanya kepada Yuk Nah, saudara sepupunya. Yuk Nah yang sejak kecil tinggal di desa itu menyambut biasa. “Biasa wae. Aku malah pingin ke kota besar. Biar nemu cowok ganteng,” kata Yuk Nah. Keduanya asyik mengobrol sambil jalanjalan di jalan desa lihat-lihat pemandangan desa. Memang suasana sore itu lumayan cerah. Meski pemandangannya hanyalah kebun tebu, sungai dan gerombolan anak muda yang nongkrong ngabuburit, Yu Tub cukup terhibur. Beda dengan Yuk Nah. Karena sudah terbiasa dia menyikapi datar-datar saja.
Yu Tub yang berparas cantik itu kemudian mengajak Yuk Nah melanjutkan perjalanan. Kebetulan yang dilintasi adalah gerombolan anak muda yang sukanya arogan. Meski jalan kaki, Yu Tub terbiasa melintas di depan gerombolan anak muda itu. Sementara Yuk Nah sedikit kikuk. Maklum dia tidak terbiasa. Sedangkan Yu Tub di Jakarte sering sekali melewati hal-hal seperti itu. Tak pelak, keduanya disambut gaduh oleh godaan-godaan anak muda yang nangkring diatas sepeda motornya. “Suit –suiiiit enek cewek anyar rek,” Cong Kenek menggoda Yu Tub yang merupakan gadis baru di kampungnya. Yuk Nah merasa risih. “Wes rausah rame ae awakmu Cong. Minggir-minggir aku ape liwat,” ucapnya. Cong Kenek menjawab. “Ora usah Ge Er awakmu Nah. Aku ora nggudo awakmu,” jawab spontan Cong Kenek. Jawaban itu langsung disambut rekan-rekan Cong Kenek yang jumlahnya puluhan. “Huuuuuu,” sambut rekan-rekan Cong Kenek. “Alah awakmu wanine polane akeh koncone Cong,” jawab Yuk Nah. Keusilan itu kemudian disikapi Yutub. Dia langsung menarik tangan Yuk Nah dan mengajaknya melanjutkan perjalanan melintasi gerombolan pemuda yang arogan itu.
“Sudah yuk, ayuk kita tinggalin aja. Di Jakarta anak-anak kayak gini sudah biasa,” ajak Yu Tub. Ucapan Yu Tub disambut Cong Kenek. “Sip iku mbak, Saking Yuk Nah wae yang ke Ge Er an,” katanya yang mendapat dukungan dari rekan-rekannya. “Eh mbak mau kemana sih? Di sini aja ngabuburit bersama kita-kita. Bisa kenalan satu-satu nih teman saya,” jawab Cong Kenek. Karena warga baru, Yu Tub menanggapinya. “Oh gitu yah. Boleh, Namaku Yu Tub,” ucap Yu Tub sambil bersalaman dengan para pemuda begundalbegundal itu. Cara bersalaman itu juga bikin Cong Kenek terpikat. “Tangane alus rek. Gak koyok tangane Yuknah, hahahaha,” usil Cong Kenek. Yuk Nah muntab kali ini. Dia malah menghina Cong Kenek. “Alaaaah... awakmu rausah kakean gaya. Potongane koyok jemblem kakean gaya,” ejek Yuk Nah. “Ora popo, meski jemblem penting Mbak Yu Tub ngelirik ae aku seneng,” jawab Cong Kenek dengan PD nya. Karena sudah kadung kepincut Yu Tub. Akhirnya Cong kenek berbaik-baik kali ini dengan Yuk Nah. Diajaklah keduanya untuk berbuka bersama. “Eh mau kemana nih, mau kuantar tah,” kata Cong Kenek sambil membuka penawaran memberi jasa.
“Mau Nyari buka,” kata Yutub dengan sopan. Yuknah menjawab enteng. “Wes ora usah sok baik hati. Paling ada maunya kamu Cong,” tanggap Yuk Nah. Yuk Nah langsung saja mengajak Yu Tub pergi. Namun, Cong kenek tidak mati akal. Dia memilih memegang tangan Yu Tub. “Sebentar, kalau mau berbuka itu kan harus dengan yang manis-manis. Manis seperti aku laaah,” rayu Cong Kenek. Yutub hanya tertawa kecil. “Aku sudah manis kok, gak butuh pemanis seperti Mas,” jawabnya simpel. Jawaban itu langsung direspons rekan-rekan Cong Kenek. “Adiaaaaah. Rayuan gombale ketahuan rek,” sahut Mat Pi’i yang ada di dekat Cong kenek. “Cong Kenek ini bukan pemanis Mbak. Tapi sudah kadaluwarsa,” jawabnya yang langsung disambut gelak tawa rekanrekannya. Mendengar jawaban rekan Cong Kenek yang kompak itu, Yu Tub hanya tersenyum tipis. Sedangkan Yuk Nah cengengesan mendapat dukungan dari temanteman Cong Kenek. “Mampus kamu Cong,” singkat Yutub. Gara-gara ucapan Mat Pi’i itu, Cong Kenek langsung down. Dia tidak berani lagi menggoda Yu Tub jika ada teman-temannya.
Setelah Yu Tub dan Yuk Nah pergi, dia berusaha mengejar dengan motor matic satu-satunya milik bapaknya itu. Cong Kenek yang ngibrit itu sempat ditarik oleh Mat Pi’i. “Wes Cong, ora usah dikejar. Gadis iku mau kelas berat. Sak manis-manise awakmu gak kiro ngangkat Cong,” katanya yang didukung teman-teman lainnya. Mat Nganu yang juga di dekat Cong Kenek hanya menyidir singkat. “Lek ngeneh carane gampang Cong. Sesok awakmu adus banyu gulo. Ben manis. Yo menowo Yu Tub iku mau gelem. Lek Yutub gak gelem iso dientup tawon awakmu polane kemanisen,” sindirnya. Ucapan-teman-temannya itu akhirnya membuat Cong Kenek sadar diri. Dia memilih diam dan mengurungkan mengejar Yutub. Tapi dengan spontan Cong Kenek berteriak ke arah Yu Tub dan Yuk Nah.
“Woi....!!! meski gak manis, aku iki halaaaaaal rekk!!!,” teriak Cong Kenek yang membuat puluhan teman-temannya kembung mendengarnya. Ucapan itu tak digubris oleh Yu Tub dan Yuk Nah. Keduanya tetap saja berjalan menuju tempat tujuan ke desa seberang membeli takjil untuk berbuka bersama. “Tadi itu teman-temanmu ya Yuk?,” tanya Yu Tub. “Iyo, teman sempel kabeh. Podo gendeng kabeh arek-arek iku mau,” jawab Yuk Nah yang disambut cekikian oleh Yu Tub.