Berbagai pandangan dan pernyataan mulai bermunculan setelah berita agenda Raja Salman dan Staf berlibur di Bali diekspos oleh media. Sehingga banyak pihak mulai bekomentar dengan berbagai nada nyinyir, antara lain:
"Lho kok Raja Wahabi malah liburan ke Bali bukannya ke Banda Aceh atau Lombok?"
"Wahabi kurang piknik, ingin merasakan surga dunia di Bali..."
"Ternyata Raja Salman sangat MODERAT, tidak seperti Wahabi Indonesia"
Catatan saya mengenai agenda liburan Raja Salman dan Staf ada beberapa poin, yaitu:
1. Apa yang salah dengan berlibur? semua orang berhak meluangkan waktu untuk refreshing. Berlibur adalah kebutuhan semua manusia, bukan aib dan bukan perkara yang diharamkan Agama selagi dalam koridor syari'at.
2. Lalu mengapa di Bali? jawabannya: mengapa tidak? Bali juga memiliki tempat-tempat yang baik dan halal. Jika anda generalkan Bali seluruhnya buruk, bagaimana dengan New York, Paris, Berlin, Seoul dan Tokyo? Bukankah lebih tidak layak dikunjungi, karena tentu disana lebih banyak maksiat dan hal-hal yang haram?
Come on, kita harus dewasa melihat dan menilai, jangan memakai kaca mata kuda yang hanya melihat dari satu arah!
3. Seharusnya isu utama yang kita bahas adalah dana investasi Arab Saudi sebesar 25 miliar US Dollar atau setara 334 triliun Rupiah yang akan Raja Salman investasikan di Indonesia. Dana sebesar itu bahkan mengalahkan total investasi RRC yang sangat didewakan oleh Pemerintah kita saat ini. Kedatangan Raja Salman dengan dana investasi super besar dan memborong 1500 staf bersamanya adalah pesan kuat bahwa Arab Saudi adalah alternatif bijak untuk masa depan ekonomi Indonesia.
4. Dampak kunjungan Raja Salman dan 1500 stafnya akan sangat besar. Yang paling signifikan adalah dampak ekonomi, dimana perhotelan dan restoran tentu akan kebanjiran order dan rejeki. Ditambah dengan rencana berlibur di Bali, bisa dibayangkan bagaimana dampak ekonomi yang akan dirasakan langsung oleh pelaku usaha di Bali. Selain itu, tidak menutup kemungkinan kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk survei investasi. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah kanal berita nasional, bahwa motif utama Raja Salman berkunjung ke Bali karena banyak mendapatkan informasi tentang banyaknya pengantin baru Saudi berbulan madu di Bali. Mungkin saja nantinya Arab Saudi akan berinvestasi paket wisata halal di Bali dengan Hotel dan pelayanan syar'i yang super mewah. Sehingga bisa mewarnai Bali menjadi lebih baik.
5. Masih ingat kehebohan media internasional saat Raja Salman dan rombongannya berlibur di Paris? Pantai La Mirandole yang merupakan lokasi elit ditutup total untuk akses publik saat Raja Salman dan rombongannya menghabiskan waktu disana. Perancis yang menerapkan UU larangan cadar bagi wanita di muka umum tertunduk tak berdaya saat Raja Salman memboyong ratusan keluarga dekatnya bersantai di pantai elit kebanggaan rakyat Perancis tersebut. Para wanita yang datang dalam rombongan Raja Salman tentu berpakaian serba hitam dan bercadar. Setelah peristiwa itu, Pemerintah Perancis menuai kritik pedas oleh rakyatnya sendiri, kerena terkesan bersikap hina dan rendah di hadapan Raja Saudi.
Lalu, kunjungan Raja Salman dan 1500 stafnya ke Bali bermakna apa? Bayangkan 1500 wisatawan muslim dari kalangan royal bangsawan dengan nilai kekayaan super datang ke Bali, para pria memakai jubah putih dan wanita berhijab tertutup dan serba hitam. Bukankah ini adalah "Psy-War", perang budaya dan perang urat saraf? Bali yang selama ini dibanggakan dengan berbagai corak hedonisnya, akan menerima tamu penting yang membawa identitas kuat "KEARABAN" dan "KEISLAMAN". Dua hal yang sekarang ini manjadi objek dan bahan olok-olok kalangan Nasrani dan mereka yang mengaku sekuler dan liberal di Indonesia.
6. Jadi mari bersikap positif dan bijak.
Posting Komentar