Dunia Nabi ~ Beberapa waktu sebelum Nabi Muhammad saw lahir terjadi peristiwa yang sangat dikenang oleh kaum Quraisy. Peristiwa tersebut adalah kehancuran pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah. Abrahah adalah seorang raja di daerah Yaman. Dia melihat orang-orang Arab berdatangan ke Ka’bah di Kota Mekkah. Dia merasa iri hati melihat keberkahan yang terjadi di Mekkah. Oleh karena itu, dia membangun sebuah gereja di Kota Sana’a.
Abrahah membangun gereja yang sangat indah. Gereja tersebut dibangun dengan seni arsitektur yang sagat tinggi. Di setiap sudutnya terdapat batu permata yang berkilauan. Dia bertekad ingin memindahkan orang-orang Arab ke gereja itu, bukan ke Ka’bah lagi.
Melihat hal tersebut, orang-orang Arab Adnaniyah dan Qahtaniyah sangat membencinya. Kaum Quraisy pun sangat marah. Kemudian, salah seorang Quraisy datang ke gereja tersebut pada malam hari. Dia membuat kerusuhan di dalamnya. Bahkan dia berani membakarnya. Pada saat itu, angin bertiup sangat kencang sehingga menghanguskan seluruh bangunan gereja
.
Mengetahui gerejanya telah terbakar, Abrahah sangat marah. Apalagi yang membakarnya adalah orang Quraisy. Abrahah bersumpah akan menghancurkan Ka’bah di Mekkah. Kemudian, Abrahah menyiapkan pasukan yang sangat banyak. Setiap pasukan menunggangi seekor gajah yang sangat besar yang bernama Mamut. Pasukan bergajah akhirnya bergerak menuju kota Mekkah.
Mengetahui gerejanya telah terbakar, Abrahah sangat marah. Apalagi yang membakarnya adalah orang Quraisy. Abrahah bersumpah akan menghancurkan Ka’bah di Mekkah. Kemudian, Abrahah menyiapkan pasukan yang sangat banyak. Setiap pasukan menunggangi seekor gajah yang sangat besar yang bernama Mamut. Pasukan bergajah akhirnya bergerak menuju kota Mekkah.
Orang-orang Arab bertekad untuk mempertahankan Ka’bah. Salah seorang pemuda Quraisy, Dzu Nafar, menghadang pasukan bergajah. Namun, ia dengan mudah dikalahkan dan ditawan oleh Abrahah. Begitu pula, Nufail bin Habib Al-Khatsami. Dia bersama dengan teman-temannya berusaha menghadang pasukan bergajah. Namun, ia pun dapat dikalahkan.
Pasukan bergajah terus bergerak sampai ke Kota Al-Mughommas, yaitu suatu tempat yang sangat dekat dengan Mekkah. Di tempat tersebut, Abrahah dan pasukannya turun dari gajah. Mereka merampas harta kekayaan kaum Quraisy. Di antara harta rampasan tersebut adalah 200 ekor unta milik Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Abrahah mengutus Hanathah Al-Himyari agar menangkap orang Quraisy yang paling terhormat untuk menghadap kepadanya.
Hanathah datang kepada Abdul Muthalib. Dia mengajak Abdul Muthalib untuk menghadap Abrahah. Sesampainya di hadapan Abrahah, Abrahah menghormatinya dan turun dari kursinya. Kemudian dia duduk bersama dengan Abdul Muthalib di atas permadani. Abdul Muthalib berkata, “Aku datang ke sini hanya ingin mengutarakan maksudku. Aku ingin engkau mengembalikan 200 ekor unta milikku.
Abrahah berkata, “Aku sangat heran denganmu. Kamu ke sini hanya untuk membicarakan unta milikku. Kamu tidak menyinggung sedikit pun tentang bangunan yang merupakan simbol agama kamu dan peninggalan nenenk moyangmu. Padahal aku ke sini ingin menghancurkannya.” Abdul Muthalib menjawab, “Sesungguhnya aku adalah pemilik unta-unta tersebut. Sedangkan bangunan itu ada yang memilikinya. Dia sendiri yang akan mempertahankannya.” Abrahah dengan sombong berkata, “Dia tidak akan sanggup menghalangiku.” Abdul Muthalib membalas, “Silakan, kamu akan berurusan dengan-Nya.”
Kemudian, Abrahah mengembalikan unta-unta milik Abdul Muthalib. Abdul Muthalib menemui kaum Quraisy dan menyuruh mereka berlindung di puncak gunung. Dia khawatir kaumnya akan diserang oleh pasukan bergajah. Abdul Muthalib memegang pintu Ka’bah. Dia berkata, “Tidak ada kesedihan. Sesungguhnya setiap orang telah mempertahankan miliknya. Oleh karena itu, pertahankanlah milik-Mu. Kekuatan dan tipu daya mereka tidak akan dapat mengalahkan tipu daya-Mu.”
Pada saat Abrahah menyiapkan gajahnya dan mengarahkannya menuju Ka’bah, datanglah Nufail bin Habib. Dia berdiri di samping gajah sambil berbisik, “Berhentilah hai Mamut! Kembalilah ke tempat asalmu. Sekarang kamu berada di tanah Allah swt yang diharamkan untukmu.” Tidak lama kemudian, gajah itu pun berhenti dan duduk. Nufail pun meninggalkan tempat itu untuk bergabung dengan kaum Quraisy yang telah bersembunyi di balik gunung.
Pasukan Abrahah memukul gajah itu agar berdiri. Namun, gajah-gajah itu tidak mau berdiri. Jika mereka mengarahkan gajah itu ke arah selain Ka’bah, gajah itu mau pergi. Namun, jika diarahkan ke Ka’bah, gajah itu kembali berhenti sambil mengeluarkan suara yang keras. Melihat kejadian tersebut, Abrahah menaiki punggung gajah. Dia membentak dan memukul gajah itu untuk memaksanya masuk ke tanah haram. Abdul Muthalib dan kaum Quraisy lainnya melihat semua kejadian yang aneh tersebut. Mereka sangat heran melihat tingkah laku gajah-gajah itu.
Baca juga : Kisah Nabi Isa Di Angkat Oleh Allah
Pada saat itulah, Allah swt mengirimkan sekawanan burung ababil yang sangat banyak. Setiap burung membawa tiga buah batu yang berasal dari neraka. Dua batu diletakkan di kedua kakinya, sedangkan satu batu di paruhnya. Burung-burung itu datang tepat di atas pasukan bergajah. Kemudian burung-burung itu melemparkan batu-batu itu. Pada saat itu, tidak ada satu buah batu pun yang menimpa kepala seseorang melainkan batu itu akan keluar melalui duburnya. Tidak ada satu buah batu pun yang menimpa tubuh seseorang melainkan batu itu akan keluar melalui sisi sebelahnya. Di antara pasukan bergajah itu ada yang langsung mati dan ada juga yang dagingnya jatuh sepotong-sepotong. Mereka lari tunggang langgang karena sangat ketakutan.
Abrahah, sang pemimpin pasukan, mengalami luka yang sangat parah. Daging dan anggota tubuhnya jatuh sepotong-sepotong. Bahkan jari jemarinya terlepas. Dia berhasil meninggalkan tempat itu hingga ke negerinya. Namun akhirnya, dia tewas setelah menceritakan kejadian hebat itu kepada kaumnya. Orang-orang Quraisy mendapatkan harta rampasan perang yang sangat berlimpah. Bahkan Abdul Muthalib mendapat emas sebanyak satu lubang besar. Demikianlah azab yang menimpa pasukan bergajah karena mereka ingin menghancurkan rumah Allah swt. Namun, Allah swt melindungi rumah-Nya dengan kekuasaan yang tanpa batas.
Oleh Sugiasih, S.Si.
Posting Komentar